Thursday, October 6, 2022

PENGEMBANGAN INSTRUMEN EVALUASI JENIS TES DAN NON TES

 

BAB IV

PENGEMBANGAN INSTRUMEN EVALUASI

JENIS TES DAN NON TES

A.     TEKNIK TES

Teknik tes sebagai alat evaluasi hasil belajar, lebih banyak digunakan untuk mengevaluasi hasil belajar peserta didik dari segi ranah proses berpikirnya (cognitive domain).

1.      Pengertian Tes

Istilah ‘tes’ diambil dari kata testum suatu pengertian dalam bahasa Prancis kuno yang berarti untuk menyisihkan logam-logam mulia atau ukuran untuk membedakan emas, perak dan logam lainnya. Ada pula yang mengartikan sebagai sebuah piring yang dibuat dari tanah.  Dalam konteks Indonesia, ‘piring’yang dimaksud dapat diartikan sebagai penampi; alat untuk menampi seperti nyiru dan badang, yang digunakan untuk  membersihkan/menampi (beras, padi,kedelai,dsb). Jadi, secara etimologis tes berarti suatu “alat”yang digunakan untuk memisahkan atau membedakan sesuatu dari sesuatu yang lain. Tes merupakan suatu teknik atau cara yang digunakan dalam rangka melaksanakan kegiatan pengukuran, yang didalamnya terdapat berbagai pertanyaan, pernyataan atau serangkaian tugas yang harus dikerjakan atau dijawab oleh peserta didik untuk mengukur aspek perilaku peserta didik.

Tes merupakan prosedur yang digunakan untuk mengetahui atau mengukur sesuatu dalam suasana dengan cara dan aturan-aturan yang sudah ditentukan.Tes merupakan salah satu prosedur evaluasi yang komperemsif , sistematik, dan obyektif yang hasilnya dapat dijadikan dasar dalam pengambilan keputusan dalam proses pengajaran yang dilakukan oleh guru. Tes juga sebagai suatu prosedur yang sistematis untu mengamati dan mendeskripsikan satu aatau lebih karakteristik seseorang dengan menggunakan standar numeric atau system kategori. Test merupakan instrumen prinsip guna mengukur “human performance”, sehingga sering dikatakan sebagai pengukur paling prinsip “behavior” dari sampel.

2.      Fungsi Tes

              Tes merupakan suatu cara atau teknik yang disusun secara sistematis dan digunakan dalam rangka kegiatan pengukuran.Dalam tes terdapat berbagai pertanyaan dan pernyataan atau serangkaian tugas yang harus dijawab dan dikerjakan oleh peserta didik. Tes digunakan untuk mengukur suatu aspek perilaku peserta didik. Hasil tes peserta didik perlu diberi skor dan nilai.

Beberapa fungsi tes diantaranya:

1.      Sebagai alat untuk mengukur prestasi belajar siswa dengan maksud untuk mengukur tingkat perkembangan atau kemajuan yang telah dicapai siswa setelah menempuh proses belajar-mengajar dalam jangka waktu tertentu.

2.      Sebagai motivator dalam pembelajaran, dengan adanya nilai sebagai umpan balik diharapkan meningkatnya intensitas kegiatan belajar. Fungsi ini dapat optimal apabila nilai hasil tes yang diperoleh siswa betul-betul obyektif dan sahih, baik secara internal maupun secara eksternal yangb dapat dirasakan langsung oleh siswa yang diberi nilai melaui tes.

3.      Berfungsi untuk upaya perbaikan kualitas pembelajaran. Hal ini dapat dilakukan melalui tes penempatan, tes diagnostic dan tes formatif.

4.      Untuk menentukan barhasil atau tidaknya siswa sebagai syarat untuk menentukan berhasil atau tidaknya siswa sebagai syarat untuk melanjutkan pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi.

3.      Penggolongan Tes

Tes digolongkan menjadi 6 golongan yang berbeda yaitu:

1). Berdasarkan fungsinya, tes dibedakan menjadi 5 golongan yaitu :

a.       Tes Awal (Pre-Test); bertujuan untuk mengetahui sejauh mana materi pelajaran yang akan diajarkan telah diketahui oleh siswa.

b.      Tes Akhir (Post -Test); bertujuan untuk mengetahui apakah semua materi pelajaran yang penting telah dikuasai dengan baik oleh siswa.

c.       Penempatan (Placement Test)

Tes jenis ini dilakukan pada awal tahun ajaran untuk mengetahui tingkat kemampuan peserta didik sehubungan dengan pelajaran yang akan disajikan. Dengan demikian peserta didik dapat ditempatkan pada kelompok yang tepat, misalnya pada kelompok atas, sedang atau yang lain. Penilaian demikian biasanya menggunakan tes yang disusun dalam lingkup yang luas dan tingkat kesukaran yang bervariasi agar dapat membedakan peserta didik yang sudah atau belum menguasi pelajaran/standar kompetensi tertentu.

d.      Formatif (Formative Test)

        Tes formatif dilaksanakan saat pembelajaran sedang berlangsung. Hal demikian untuk memantau kemajuan belajar peserta didik agar dapat memberikan umpan balik baik bagi guru maupun pada peserta didik sendiri. Guru dapat melihat apakah metode atau media yang digunakan sudah tepat untuk  pencapaian tujuan pembelajaran bagi peserta didik.Tes formatif biasanya mengacu pada kriteria tertentu yaitu tercapainya tujuan, sedangkan pada tes penempatan mengacu pada norma tertentu yaitu norma kelompok.

e.       Diagnostik (Diagnostic Test)

        Tes diagnostik bertujuan untuk mendiagnose kesulitan belajar peserta didik. Karena tujuannya mendiagnose kesulitan belajar maka harus lebih dahulu diberikan tes formatif untuk mengetahui ada tidaknya bagian yang belum dikuasai. Setelah diketahui ada bagian yang belum dikuasai maka dibuatkan butir-butir soal yang lebih memusat pada bagian itu untuk dapat mendeteksi bagian mana pada pokok bahasan atau subpokok bahasan yang belum dikuasai. Untuk tiap unit dibuatkan beberapa soal yang tingkat kesukarannya relatif rendah, Tujuannya agar dapat diketahui bahwa unit tertentu belum dikuasai sehingga soal-soal tidak dapat diselesaikan meskipun soalnya mudah.

f.        Sumatif (Summative Test)

        Tes sumatif dapat mempunyai makna yang sempit sampai yang meluas. Tes sumatif dapat berarti tes yang diberikan pada akhir pokok bahasan, akhir semester, akhir tahun ajaran atau pada akhir jenjang atau program tertentu. Dalam makna sebagai tes akhir tahun ajaran atau jenjang pendidikan tes sumatif  dimaksudkan untuk memberikan nilai  yang menjadi dasar penentuan kelulusan atau pemberian sertifikat kepada peserta didik. Oleh karena itu tes tersebut biasanya disusun dalam lingkup yang luas mencakup semua pokok bahasan yang telah dipelajari dan dengan tingkat kesukaran yang bervariasi.

2).      Berdasarkan Aspek Psikis ynag diungkap, dibedakan menjadi 5 golongan yaitu:

a.       Tes Intelegensi (Intelegency test) yaitu tes yang dilaksanakan dengan tujuan untuk mengungkap atau memprediksi tingkat kecerdsan seseorang.

b.      Tes Kemampuan (Aptitude test) yaitu tes yang dilaksanakan dengan tujuan untuk mengungkap kemampuan dasar atau bakat khusus yang dimiliki oleh peserta tes.

c.       Tes Sikap (Atitude test) yaitu tes yang dilaksanakan dengan tujuan untuk mengungkap pre-disposisi atau kecenderungan seseorang untuk melakukan suatu respon terhadap obyek yang disikapi.

d.      Tes Kepribadian (Personally Test) yaitu tes yang dilaksanakan dengan tujuan untuk mengungkap cirri-ciri khas dari seseorang yang bersifat lahiriah seperti bentuk tubuh, cara bergaul dan cara mengatasi masalah.

e.       Tes Hasil Belajar (Achievement test) yaitu tes yang dilaksanakan dengan tujuan untuk mengungkap tingkat pencapaian terhadap tujuan pembelajaran atau prestasi belajar.

3).      Berdasarkan Peserta, dibedakan menjadi dua golongan:

a.       Tes Individual  (Individual Test) yaitu tes dimana pelaksana hanya berhadapan dengan satu orang peserta saja

b.      Tes Kelompok (Group Test) yaitu tes dimana pelaksana hanya berhadapan dengan lebih dari satu orang peserta.

4).      Berdasarkan Waktu, dibedakan menjadi dua golongan:

a.       Power test  yaitu tes dimana waktu yang disediakan bagi peserta tidak dibatasi

b.      Speed test yaitu tes dimana waktu yang disediakan bagi peserta dibatasi, biasanya singkat dan hanya siswa pandai saja yang dapat menyelesaikan tes sesuai dengan waktu yang ditentukan.

5).      Berdasarkan cara merespon, dibedakan menjadi dua golongan:

a.       Tes Verbal yaitu tes yang menghendaki jawaban yang tertuang dalam bentuk ungkapan kata-kata atau kalimat.

b.      Tes Non-verbal yaitu tes yang menghendaki jawaban peserta tes bukan dalam bentuk ungkapan kata-kata atau kalimat melainkan berupa tingkah laku.

6).      Berdasarkan cara mengajukan pertanyan, dibedakan menjadi tiga golongan:

a.       Tes Tertulis (Pencil and Paper Test) yaitu tes dimana pelaksana tes dalam mengajukan butir –butir pertanyaannnya dilakukan secara tertulis dan peserta tes memberikan jawaban tertulis juga.

b.      Tes Tidak Tertulis (non-Pencil and Paper Test) yaitu tes dimana pelaksana tes dalam mengajukan butir –butir pertanyaannnya dilakukan secara tidak tertulis /lisan dan peserta tes memberikan jawaban dengan lisan  juga.

c.       Tes Perbuatan  yang diberikan dalam bentuk tuga satau instruksi kemudian peserta tes mengerjakan tugas sesuai instruksi tersebut dan hanya dinilai oleh pemberi 

4.    Hasil Test/ Hasil Belajar

               Hasil test/ Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa sebagai hasil kegiatan pembelajaran, yang terdiri atas empat macam, yaitu : pengetahuan, keterampilan, intelektual, keterampilan motorik dan sikap. Briggs (dalam Ekawarna, 2010:40) Hasil belajar adalah seluruh kecakapan dan hasil yang dicapai melalui proses belajar mengajar di sekolah yang dinyatakan dengan angka-angka atau nilai-nilai berdasarkan tes hasil belajar. Arikunto (2010:3) “Hasil belajar siswa adalah suatu keputusan untuk memproleh nilai diakhir belajar.

Dan untuk menganalisis data hasil belajar tersebut digunakan rumus sebgai berikut:

a.       Ketuntasan Individu

Untuk mengetahui ketuntasan belajar siswa (individu) digunakan rumus sebagai berikut:

KB =                                   

Keterangan : 

KB : Ketuntasan Belajar

T          : Jumlah skor yang diperoleh siswa

Tt         : jumlah skor total 

b.      Ketuntasan Klasikal

Untuk mengetahui ketuntasan belajar secara klasikal, digunakan rumus sebagai berikut :

P =                

Keterangan:

P : Ketuntasan klasikal hasil observasi

Kriteria Tingkat Keberhasilan Belajar Siswa dalam %

1.      >80%        :

2.      60-79%     :

3.      40-59%     :

4.      20-39%     :

5.      <20%        :

Sangat Tinggi

Tinggi

Sedang

Rendah

Sangat Rendah

                       

 

c.       Rata-Rata Hasil Belajar Siswa

Untuk mengetahui tingkat rata-rata penguasaan yang terdapat dalam satu kelas, di gunakan rumus rata-rata yaitu:

X=                                             

Keterangan : 

X          : Rata – Rata

        : Jumlah semua nilai siswa

        : Jumlah siswa.

   B. Teknik Non Tes

     Teknis non tes ini pada umumnya memegang peranan yang penting dalam rangka mengevaluasi hasil belajar peserta didik dari segi ranah sikap hidup(affective domain)dan ranah keterampilan(psychomotoric domain).

1. Observasi (observation)

Observasi merupakan salah satu alat evaluasi jenis nontes yang dilakukan dengan jalan pengamatan dan pencatatan secara sistematis, logis, objektif dan rasional mengenai berbagai fenomena, baik dalam  situasi  yang  sebenarnya maupun  dalam  situasi  buatan  untuk  mencapai  tujuan  tertentu.  Observasi tidak hanya digunakan dalam kegiatan evaluasi,  tetapi  juga  dalam  bidang penelitian, terutama penelitian kualitatif (qualitative research). Tujuan utama observasi adalah (1) untuk mengumpulkan data dan informasi mengenai suatu fenomena, baik yang berupa peristiwa maupun tindakan, baik dalam situasi yang sesungguhnya maupun dalam situasi buatan, (2) untuk mengukur perilaku kelas, interaksi antara peserta didik dengan guru, dan faktor-faktor yang dapat diamati lainnya, terutama kecakapan sosial (social skills). Dalam evaluasi, observasi dapat digunakan untuk menilai proses dan hasil belajar peserta didik, seperti tingkah laku peserta didik pada waktu belajar, berdiskusi, mengerjakan tugas, dan lain-lain.

 

Observasi  mempunyai  beberapa  karakteristik,  antara  lain 

(1)  mempunyai arah dan tujuan yang jelas. Hal ini dimaksudkan agar pelaksanaan observasi tidak menyimpang dari permasalahan. Oleh sebab itu, dalam pelaksanaannya harus ada pedoman observasi.

(2) bersifat ilmiah, yaitu dilakukan secara sistematis, logis, kritis, objektif dan rasional

(3) terdapat berbagai aspek-aspek yang akan diobservasi

(4) praktis penggunaannya.

 

 Selanjutnya Good dkk. mengemukakan enam ciri observasi, yaitu :

1. Observasi mempunyai arah yang khusus, bukan secara tidak teratur melihat sekeliling untuk mencarai kesan-kesan umum.

2. Observasi  ilmiah  tentang  tingkah  laku  adalah  sistematis,  bukan  secara sesuka hati dan untung-untungan mendekati situasi.

3. Observasi bersifat kuantitatif, mencatat jumlah peristiwa tentang tipe-tipe tingkah laku tertentu.

4. Observasi mengadakan pencatatan dengan segera; pencatatan-pencatatan dilakukan secepat-cepatnya, bukan menyandarkan diri pada ingatan.

5. Observasi meminta keahlian, dilakukan oleh seseorang yang memang telah terlatih untuk melakukannya.

6. Hasil-hasil observasi dapat dicek dan dibuktikan untuk menjamin keadaan dan kesahihan.

 

Dilihat dari kerangka kerjanya, observasi dibedakan menjadi dua jenis, yaitu :

1. Observasi berstruktur, yaitu semua kegiatan guru sebagai observer telah ditetapkan terlebih dahulu berdasarkan kerangka kerja yang berisi faktor- faktor yang telah diatur kategorisasinya. Isi dan luas materi observasi telah ditetapkan dan dibatasi dengan jelas dan tegas.

2. Observasi tak berstruktur, yaitu semua kegiatan guru sebagai observer tidak dibatasi oleh suatu kerangka kerja yang   pasti. Kegiatan observer hanya dibatasi oleh tujuan observasi itu sendiri.

Dari teknis pelaksanaannya, observasi dapat ditempuh melalui tiga cara, yaitu :

1. Observasi langsung, yaitu observasi yang dilakukan secara langsung terhadap objek yang diselidiki.

2. Observasi tak langsung, yaitu observasi yang dilakukan melalui perantara, baik teknik maupun alat tertentu.

3. Observasi partisipasi, yaitu observasi yang dilakukan dengan cara ikut ambil bagian atau melibatkan diri dalam situasi objek yang diteliti.

 

Ada tiga jenis obsevasi  :

1.      Observasi partisipan adalah observasi yang dilakukan dimana observer turut ambil bagian dalam peri kehidupan orang atau objek-objek yang diobservasi. Sedangkan observasi dengan pura-pura disebut quasi participant observation. Jika unsur-unsur partisipasi sama sekali tidak terdapat didalamnya, maka disebut nonparticipant observation.

2.      Observasi sistematik (systematic observation) disebut juga observasi berstruktur (structured observation). Ciri pokok observasi ini adalah adanya kerangka yang memuat faktor-faktor yang telah diatur kategorisasinya lebih dahulu, dan ciri-ciri khusus dari tiap-tiap faktor dalam kategori-kategori itu. Sedangkan observasi yang tidak menggunaan kerangka disebut observasi non-sistematik. Kadang-kadang observasi sistematik menggunakan beberapa macam alat pencatat mekanis (mechanical recording devices) seperti film, kamera, tape recorder. Keuntungannya adalah kita dapat memutarnya kembali setiap waktu bila diperlukan, sehingga dapat dianalisis lebih lanjut. Kelemahannya antara lain membutuhkan biaya yang besar dan tenaga yang profesional.

3.      Observasi eksperimental Dalam peristiwa-peristiwa tertentu Anda mungkin tidak terlibat dalam dinamika dan kompleksitas situasi yang diselidikinya, tetapi Anda merasa perlu mengendalikan unsur-unsur penting dalam situasi tertentu, sehingga situasi itu dapat diatur sesuai dengan tujuan observasi dan dapat dikendalikan untuk menghindari bahaya timbulnya faktor-faktor yang tak diharapkan. Observasi yang dilakukan dalam situasi seperti itu disebut observasi eksperimental atau observasi dalam situasi tes. Observasi eksperimental biasanya tidak memerlukan observer yang banyak. Faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi tingkah laku observi (yang diobservasi) telah dikontrol secermat-cermatnya, sehingga observasi ini dipandang orang sebagai suatu alat penilaian yang relatif murni untuk mengamati pengaruh kondisi-kondisi tertentu terhadap tingkah laku peserta didik.

  Kebaikan observasi eksperimental antara lain :

 1. Tersedianya kesempatan bagi guru untuk mengamati sifat-sifat tertentu dari peserta didik yang jarang sekali timbul dalam keadaan normal. Misalnya, keberanian, reaksi-reaksi terhadap frustasi, dan ketidakjujuran.

           2. Observasi ini merupakan observasi yang dibakukan secermat-cermatnya.

 

            Observasi kelas merupakan sumber informasi yang penting di dalam evaluasi. Untuk mempermudah proses pengamatan dan mencatat apa yang terjadi di dalam kelas, Anda dapat menggunakan selembar kertas yang cukup lebar dan selanjutnya menuliskan nama-nama peserta didik yang disusun dalam sebuah daftar. Selembar kertas ini selanjutnya disebut pedoman observasi. Melalui pedoman  observasi  ini,  Anda  dapat  mengetahui  apa  yang  terjadi  di  kelas dan apa yang dilakukan oleh setiap peserta didik dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. Pedoman atau lembar observasi ini harus terus diisi oleh guru dengan catatan baru, sehingga perkembangan peserta didik dari waktu ke waktu dapat diketahui.

           

Kelebihan observasi antara lain:

(1) observasi merupakan alat untuk mengamati berbagai macam fenomena

(2) observasi cocok untuk mengamati peserta didik yang sedang melakukan  

      suatu  kegiatan

(3) banyak hal yang tidak dapat diukur dengan tes, tetapi justru lebih tepat

     dengan observasi

(4) tidak terikat dengan laporan pribadi.

Kelemahan observasi adalah

(1) sering kali pelaksanaan observasi terganggu oleh keadaan cuaca, bahkan ada  kesan yang kurang menyenangkan dari observer ataupun dari observi itu sendiri

(2) biasanya masalah pribadi sulit diamati

(3) jika proses yang diamati memakan waktu lama, maka observer sering menjadi

      jenuh.

(4) dalam penyelidikan yang bersifat eksploitatif, justru yang bersifat kuantitatif  kebanyakan dikesampingkan

(5)  dalam observasi partisipan tidak dapat dilakukan pencatatan dengan segera. Oleh sebab itu, observasi harus dilakukan dengan hati-hati dan terencana.

 

Untuk  menyusun  pedoman  observasi,  Anda  sebaiknya  mengikuti  langkah- langkah sebagai berikut :

1. Merumuskan tujuan observasi.

2. Membuat lay-out atau kisi-kisi observasi.

3. Menyusun pedoman observasi.

  4. Menyusun aspek-aspek yang akan diobservasi, baik yang berkenaan dengan  

      proses  belajar peserta didik maupun kepribadiannya.

5.  Melakukan uji-coba pedoman observasi untuk melihat kelemahan-kelemahan  

pedoman observasi.

6. Merevisi pedoman observasi berdasarkan hasil uji-coba.

7. Melaksanakan observasi pada saat kegiatan berlangsung.

8. Mengolah dan menafsirkan hasil observasi.

 

Berikut ini di disajikan contoh aspek pengamatam/observasi terhadap gurun dan siswa yang dilakukan saat proses pembelajaran berlangsung.

 

NO

ASPEK YANG DIOBSERVASI

(GURU)

PENILAIAN

SKORE

A

B

C

D

E

1.

Keterampilan membuka pembelajaran

 

 

 

 

 

2.

Mengadakan Aspersepsi

 

 

 

 

 

3.

Menyampaikan topik materi pembelajaran

 

 

 

 

 

4.

Menyampaikan tujuan pembelajaran

 

 

 

 

 

5.

Memberikan penjelasan dangan bahasa sederhana dan jelas

 

 

 

 

 

6.

Melaksanakan pembelajaran yang sesuai dengan indikator yang ingin dicapai

 

 

 

 

 

7.

Melaksanakan pembelajaran secara

Sitematis

 

 

 

 

 

8.

Menggunakan waktu pembelajaran

dengan efektif dan efisien

 

 

 

 

 

9.

Menguraikan metode pembelajaran sesuai dengan urutan dan uraian kegiatan inti Pembelajaran

 

 

 

 

 

10.

Pelaksanaan metode maupun model dalam melibatkan siswa 

 

 

 

 

 

11.

Mengadakan evaluasi

 

 

 

 

 

12.

Melakukan arahan menyelesaikan tes

 

 

 

 

 

13.

Membuat rangkuman

 

 

 

 

 

14.

Memberi tugas rumah

 

 

 

 

 

15.

Keterampilan menutup pembelajaran

 

 

 

 

 

 

 

Untuk mengetahui pelaksanaan pembelajaran pada guru, dapat di gunakan rumus sebagai berikut :             

                                   HP =  x 100 %                

                        

Dengan kriteria sebagai berikut :

1. 0 – 20%             = Sangat Kurang

2. 21 – 40%          = Kurang

3. 41 – 60%          = Cukup

4. 61 – 90%          = Baik

5. 91 – 100%        = Baik Sekali

 

No

ASPEK YANG DIOBSERVASI

 (SISWA)

PENILAIAN

Skor

1

2

3

4

5

1.

Kesiapan menerima pelajaran

 

 

 

 

 

3

2.

Mendengarkan penjelasan guru dengan

Baik

 

 

 

 

 

2

3.

Mengikuti arahan/petunjuk yang diberikan guru

 

 

 

 

 

3

4.

Mengerti/memahami penjelasan guru

 

 

 

 

 

3

5.

Memperhatikan contoh yang diberikan

Guru

 

 

 

 

 

4

6.

Menjawab pertanyaan guru

 

 

 

 

 

2

7.

Keinginan untuk bertanya kepada guru

 

 

 

 

 

2

8.

Peningkatan pemahaman/kemampuan

Siswa

 

 

 

 

 

3

9.

Ketenangan kelas waktu belajar

 

 

 

 

 

3

10.

Peningkatan waktu belajar

 

 

 

 

 

2

11.

Peningkatan  minat belajar

 

 

 

 

 

3

12.

Menyelesaikan soal tes dengan baik

 

 

 

 

 

3

13.

Kesenangan belajar

 

 

 

 

 

4

 

Untuk mengetahui hasil pelaksanaan pembelajaran pada siswa, dapat di gunakan rumus sebagai berikut :

           Nilai =  

Dengan Kriteria sebagai berikut :

1.      Nilai = 10 – 29 Sangat kurang

2.      Nilai = 30 – 49 Kurang

3.      Nilai = 50 – 69 Cukup

4.      Nilai = 70 – 89 Baik

5.      Nilai = 90 – 100 Sangat Baik

 

2. Wawancara (interview)

  Wawancara  merupakan  salah  satu  bentuk alat  evaluasi  jenis  non-tes  yang dilakukan melalui percakapan dan tanya-jawab, baik langsung maupun tidak langsung dengan peserta didik. Pengertian wawancara langsung adalah wawancara yang dilakukan secara langsung antara pewawancara (interviewer) atau guru dengan orang yang diwawancarai (interviewee) atau peserta didik tanpa melalui perantara. Sedangkan wawancara tidak langsung artinya pewawancara atau guru menanyakan sesuatu kepada peserta didik melalui perantara orang lain atau media. Jadi, tidak menemui langsung kepada sumbernya.

 

Tujuan wawancara adalah :

1. Untuk memperoleh informasi secara langsung guna menjelaskan suatu situasi dan kondisi tertentu.

2. Untuk melengkapi suatu penyelidikan ilmiah.

3. Untuk  memperoleh  data  agar  dapat  mempengaruhi  situasi  atau  orang tertentu.

 

Kelebihan wawancara antara lain:

(1)  dapat berkomunikasi secara langsung kepada peserta didik, sehingga informasi yang

diperoleh dapat diketahui objektifitasnya

(2) dapat memperbaiki proses dan hasil belajar

(3) pelaksanaan wawancara lebih fleksibel, dinamis dan personal.

 

Kelemahan wawancara antara lain:

(1)   jika jumlah peserta didik cukup banyak, maka proses wawancara banyak menggunakan waktu, tenaga, dan biaya

(2)   adakalanya terjadi wawancara yang berlarut-larut tanpa arah, sehingga data kurang

dapat memenuhi apa yang diharapkan

(3)   sering timbul sikap yang kurang baik dari peserta didik yang diwawancarai dan sikap overaction dari guru sebagai pewawancara, karena itu perlu adanya adaptasi diri antara pewawancara dengan orang yang diwawancarai.

 

Pertanyaan wawancara dapat menggunakan bentuk seperti berikut :

1. Bentuk pertanyaan berstruktur, yaitu pertanyaan yang menuntut jawaban agar sesuai dengan apa yang terkandung dalam pertanyaan tersebut. Pertanyaan semacam ini biasanya digunakan jika masalahnya tidak terlalu kompleks dan jawabannya sudah konkret.

2. Bentuk petanyaan tak berstruktur, yaitu  pertanyaan yang bersifat terbuka dimana peserta didik secara bebas menjawab pertanyaan tersebut. Pertanyaan semacam ini tidak memberi struktur jawaban kepada peserta didik, karena jawaban dalam pertanyaan itu bebas.

3. Bentuk pertanyaan campuran, yaitu pertanyaan yang menuntut jawaban campuran, ada yang berstruktur ada pula yang bebas.

langkah- langkah dalam menyusun wawancara sebagai berikut :

1. Merumuskan tujuan wawancara

2. Membuat kisi-kisi atau layout dan pedoman wawancara.

3. Menyusun  pertanyaan  sesuai  dengan  data  yang  diperlukan  dan  bentuk pertanyaan yang diinginkan. Perlu diperhatikan kata-kata yang digunakan, cara bertanya, dan jangan membuat peserta didik bersikap defensif.

4. Melaksanakan  uji-coba  untuk  melihat  kelemahan-kelemahan  pertanyaan yang disusun, sehingga dapat diperbaiki lagi.

5. Melaksanakan wawancara dalam situasi yang sebenarnya.

            Dalam melaksanakan wawancara, Anda harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut :

1. Hubungan  baik  antara  pewawancara  dengan  orang  yang  diwawancarai perlu dipupuk dan dibina, sehingga akan tampak hubungan yang sehat dan harmonis.

2. Dalam wawancara jangan terlalu kaku, tunjukkan sikap yang bebas, ramah, terbuka, dan adaptasikan diri dengannya.

3. Perlakukan responden itu sebagai sesama manusia secara jujur.

4. Hilangkan prasangka-prasangka yang kurang baik, sehingga pertanyaan- pertanyaan yang diajukan bersifat netral.

5. Pertanyaan hendaknya jelas, tepat, dengan bahasa yang sederhana.

 

3) Angket (Questionnare)

Angket adalah sebuah daftar pertanyaan yang harus diisi oleh orang yang akan diukur (responden). Pada umumnya tujuan penggunaan angket atau kuesioner dalam proses pembelajaran terutama adalah untuk memperoleh data mengenai latar belakang peserta didik sebagai salah satu bahan dalam menganalisis tingkah laku dan proses belajar mereka. Hal ini juga disampaikan oleh Yusuf (dalam Arniatiu, 2010) yang menyatakan kuisioner adalah suatu rangkaian pertanyaan yang berhubungan dengan objek yang dinilai dengan maksud untuk mendapatkan data. Selain itu, data yang dihimpun melalui angket biasanya juga berupa data yang berkenaan dengan kesulitan-kesulitan yang dihadapi oleh siswa dalam mengikuti pelajaran. Misalnya: cara belajar, bimbingan guru dan orang tua, sikap belajar dan lain sebagainya. Angket pada umumnya dipergunakan untuk menilai hasil belajar pada ranah afektif. Angket dapat disajikan dalam bentuk pilihan ganda atau skala sikap.

Teknik evaluasi melalui angket ini dapat membantu guru membimbing siswa belajar lebih efektif dan kreatif. Selain itu guru juga dapat membantu siswa yang lemah belajar serta mengetahui kesulitan-kesulitan siswa dalam belajar. Hal tersebut akan membantu guru memilih model dan metode apa yang sesuai dengan kemampuan dan keinginan siswanya.

Adapun beberapa tujuan dari pengembangan angket adalah :

1) Mengumpulkan informasi sebanyak mungkin dari siswa tentang pembelajaran

2) Membimbing siswa untuk belajar efektif sampai tingkat penguasaan tertentu.

3) Mendorong siswa untuk lebih kreatif dalam belajar.

4) Membantu anak yang lemah dalam belajar.

5) Untuk mengetahui kesulitan – kesulitan siswa dalam pembelajaran biologi

Jenis-jenis kuesioner menurut Yusuf (dalam Artiatiu, 2010) berdasarkan dari segi isi dapat dibedakan atas 4 bagian yaitu pertanyaan fakta, pertanyaan perilaku, pertanyaan informasi,  pertanyaan pendapat dan sikap. Sedangakan jenis-jenis kuesioner berdasarkan jenisnya dapat dibedakan menjadi 3 jenis yaitu : kuesioner tertutup, kuesioner terbuka dan kuesioner tertutup dan terbuka. Kuesioner jika dilihat dari narasumbernya dapat dibedakan menjadi kuesioner langsung dan kuesioner tidak langsung. (Mania, 2012).

 

Kelebihan angket antara lain:

1)      Dengan angket kita dapat memperoleh data dari sejumlah anak yang banyak yang hanya membutuhkan waktu yang sigkat.

2) Setiap anak dapat memperoleh sejumlah pertanyaan yang sama

3) Dengan angket anak pengaruh subjektif dari guru dapat dihindarkan

 

       Kelemahan angket, antara lain:

1)      Pertanyaan yang diberikan melalui angket adalah terbatas, sehingga apabila ada hal-hal yang kurang jelas maka sulit untuk diterangkan kembali

2)      Kadang-kadang pertanyaan yang diberikan tidak dijawab oleh semua anak, atau mungkin dijawab tetapi tidak sesuai dengan kenyataan yang sebenarnya. Karena anak merasa bebas menjawab dan tidak diawasi secara mendetail.

3)      Ada kemungkinan angket yang diberikan tidak dapat dikumpulkan semua, sebab banyak anak yang merasa kurang perlu hasil dari angket yang diterima, sehingga tidak memberikan kembali angketnya.

 

4.      Skala Sikap (attitude scale)

            Sikap merupakan suatu kecenderungan tingkah laku untuk berbuat sesuatu dengan  cara,  metode,  teknik  dan  pola  tertentu  terhadap  dunia  sekitarnya, baik berupa orang-orang maupun berupa objek-objek tertentu. Sikap mengacu kepada perbuatan atau perilaku seseorang, tetapi tidak berarti semua perbuatan identik dengan sikap. Perbuatan seseorang mungkin saja bertentangan dengan sikapnya. Anda perlu mengetahui norma-norma yang ada pada peserta didik, bahkan sikap peserta didik terhadap dunia sekitarnya, terutama terhadap mata pelajaran dan lingkungan sekolah. Jika terdapat sikap peserta didik yang negatif, Anda perlu mencari suatu cara atau teknik tertentu untuk menempatkan atau mengubah sikap negatif itu menjadi sikap yang positif.

 

Dalam mengukur sikap, Anda hendaknya memperhatikan tiga komponen sikap, yaitu (1) kognisi, yaitu berkenaan dengan pengetahuan peserta didik tentang  objek, (2) afeksi, yaitu berkenaan dengan perasaan peserta didik terhadap  objek,  (3) konasi, yaitu berkenaan dengan kecenderungan berprilaku peserta  didik terhadap objek.

Adapun model-model skala sikap yang biasa digunakan untuk menilai sikap peserta didik terhadap suatu objek, antara lain :

1. Menggunakan bilangan untuk menunjukkan tingkat-tingkat dari objek sikap yang dinilai, seperti 1, 2, 3, 4 dan seterusnya.

2. Menggunakan frekuensi terjadinya atau timbulnya sikap itu, seperti : selalu, seringkali, kadang-kadang, pernah dan tidak pernah.

3. Menggunakan istilah-istilah yang bersifat kualitatif, seperti : bagus sekali, baik, sedang, dan kurang. Ada juga istilah-istilah lain, seperti : sangat setuju, setuju, ragu-ragu (tidak punya pendapat), tidak setuju, dan sangat tidak setuju.

              4. Menggunakan istilah-istilah yang menunjukkan status/kedudukan, seperti :

         sangat rendah, di bawah rata-rata, di atas rata-rata, dan sangat tinggi.

5.  Menggunakan kode bilangan atau huruf, seperti : selalu (diberi kode 5),  

     kadang-kadang (4), jarang (3), jarang sekali (2), dan tidak pernah (1).

       Salah satu model untuk mengukur sikap, yaitu dengan menggunakan skala sikap yang dikembangkan oleh Likert. Dalam skala Likert, peserta didik tidak disuruh memilih pernyataan-pernyataan yang positif saja, tetapi memilih juga penyataan-pernyataan   yang negatif. Tiap item dibagi   ke dalam lima skala, yaitu sangat setuju, setuju, tidak tentu, tidak setuju, dan sangat tidak setuju. Setiap pernyataan positif diberi bobot 4, 3, 2, 1, dan 0, sedangkan pernyataan negatif diberi bobot sebaliknya, yaitu 0, 1, 2, 3, dan 4.

Langkah-langkah dalam menentukan skala Likert adalah:

1. Memilih variabel afektif yang akan diukur.

2. Membuat beberapa pernyataan tentang variabel afektif yang akan diukur.

3. Mengklasifikasikan pernyataan positif dan negatif.

    4. Menentukan  jumlah  gradual  dan  frase  atau  angka  yang  dapat  menjadi 

         alternatif pilihan.

5. Menyusun pernyataan dan pilihan jawaban menjadi sebuah alat penilaian.

6. Melakukan uji-coba.

7. Membuang butir-butir pernyataan yang kurang baik.

8. Melaksanakan penilaian.

Contoh 1 : sikap peserta didik terhadap mata pelajaran PKN

Petunjuk :

Pilihlah  salah  satu  alternatif  jawaban  yang  paling  sesuai  dengan  cara memberikan tanda cek ( V ) pada kolom kosong yang telah disediakan.

Keterangan :

SS    =  Sangat Setuju

S       =  Setuju

TT    =  Tidak Tahu

TS    =  Tidak Setuju

STS  =  Sangat Tidak Setuju

 

 

No

       Pernyataan

SS

S

TT

TS

STS

01

Saya   mempersiapkan   diri   untuk menerima pelajaran PKN di kelas.

 

 

 

 

 

02

Saya berperan aktif dalam kegiatan pembelajaran PKN.

 

 

 

 

 

03

Saya    suka    melakukan    praktik ibadah.

 

 

 

 

 

04

Saya       tertarik       artikel       yang berhubungan dengan  PKN

 

 

 

 

 

05

Dst

 

 

 

 

 

 

5.  Pemeriksaan Dokumen (Documentary Analysis)

Teknik evaluasi pemeriksaan dokumen yaitu teknik evaluasi yang mengenai kemajuan, perkembangan atau keberhasilan belajar peserta didik tanpa menguji (teknik non-tes) juga dapat dilengkapi atau diperkaya dengan cara melakukan pemeriksaan terhadap dokumen-dokumen, misalnya: dokumen yang menganut informasi mengenai riwayat hidup (auto biografi). Beberapa informasi, baik mengenai peserta didik, orang tua dan lingkungannya itu bukan tidak mungkin pada saat-saat tertentu sangat diperlukan sebagai bahan pelengkap bagi pendidik dalam melakukan evaluasi hasil belajar terhadap peserta didiknya.

No comments:

Post a Comment