BAB IV
PENGEMBANGAN
INSTRUMEN EVALUASI
JENIS TES DAN NON TES
A.
TEKNIK
TES
Teknik
tes sebagai alat evaluasi hasil belajar, lebih banyak digunakan untuk
mengevaluasi hasil belajar peserta didik dari segi ranah proses berpikirnya
(cognitive domain).
1.
Pengertian
Tes
Istilah
‘tes’ diambil dari kata testum suatu
pengertian dalam bahasa Prancis kuno yang berarti untuk menyisihkan logam-logam
mulia atau ukuran untuk membedakan emas, perak dan logam lainnya. Ada pula yang
mengartikan sebagai sebuah piring yang dibuat dari tanah. Dalam konteks Indonesia, ‘piring’yang dimaksud
dapat diartikan sebagai penampi; alat untuk menampi seperti nyiru dan badang,
yang digunakan untuk
membersihkan/menampi (beras, padi,kedelai,dsb). Jadi, secara etimologis
tes berarti suatu “alat”yang
digunakan untuk memisahkan atau membedakan sesuatu dari sesuatu yang lain. Tes merupakan suatu teknik
atau cara yang digunakan dalam rangka
melaksanakan kegiatan pengukuran, yang didalamnya terdapat berbagai pertanyaan,
pernyataan atau serangkaian tugas yang harus dikerjakan atau dijawab oleh peserta didik
untuk mengukur aspek
perilaku peserta didik.
Tes merupakan prosedur yang digunakan untuk
mengetahui atau mengukur sesuatu dalam suasana dengan cara dan aturan-aturan
yang sudah ditentukan.Tes
merupakan salah satu prosedur evaluasi yang komperemsif , sistematik, dan
obyektif yang hasilnya dapat dijadikan dasar dalam pengambilan keputusan dalam
proses pengajaran yang dilakukan oleh guru. Tes juga sebagai suatu prosedur
yang sistematis untu mengamati dan mendeskripsikan satu aatau lebih
karakteristik seseorang dengan menggunakan standar numeric atau system
kategori. Test merupakan instrumen prinsip guna mengukur “human performance”,
sehingga sering dikatakan sebagai pengukur paling prinsip “behavior”
dari sampel.
2.
Fungsi
Tes
Tes merupakan suatu cara atau teknik yang disusun secara sistematis dan digunakan dalam rangka kegiatan pengukuran.Dalam tes terdapat berbagai pertanyaan dan pernyataan atau serangkaian tugas yang harus dijawab dan dikerjakan oleh peserta didik. Tes digunakan untuk mengukur suatu aspek perilaku peserta didik. Hasil tes peserta didik perlu diberi skor dan nilai.
Beberapa fungsi tes diantaranya:
1. Sebagai
alat untuk mengukur prestasi belajar siswa dengan maksud untuk mengukur tingkat
perkembangan atau kemajuan yang telah dicapai siswa setelah menempuh proses
belajar-mengajar dalam jangka waktu tertentu.
2. Sebagai
motivator dalam pembelajaran, dengan adanya nilai sebagai umpan balik
diharapkan meningkatnya intensitas kegiatan belajar. Fungsi ini dapat optimal
apabila nilai hasil tes yang diperoleh siswa betul-betul obyektif dan sahih,
baik secara internal maupun secara eksternal yangb dapat dirasakan langsung
oleh siswa yang diberi nilai melaui tes.
3. Berfungsi
untuk upaya perbaikan kualitas pembelajaran. Hal ini dapat dilakukan melalui
tes penempatan, tes diagnostic dan tes formatif.
4. Untuk menentukan barhasil atau tidaknya siswa sebagai syarat untuk menentukan berhasil atau tidaknya siswa sebagai syarat untuk melanjutkan pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi.
3. Penggolongan Tes
Tes
digolongkan menjadi 6 golongan yang berbeda yaitu:
1).
Berdasarkan fungsinya, tes dibedakan menjadi 5 golongan yaitu :
a. Tes
Awal (Pre-Test); bertujuan untuk
mengetahui sejauh mana materi pelajaran yang akan diajarkan telah diketahui
oleh siswa.
b. Tes
Akhir (Post -Test); bertujuan untuk mengetahui apakah semua materi pelajaran
yang penting telah dikuasai dengan baik oleh siswa.
c. Penempatan (Placement
Test)
Tes jenis ini dilakukan pada awal tahun ajaran untuk mengetahui tingkat kemampuan peserta didik sehubungan dengan pelajaran yang akan disajikan. Dengan demikian peserta didik dapat ditempatkan pada kelompok yang tepat, misalnya pada kelompok atas, sedang atau yang lain. Penilaian demikian biasanya menggunakan tes yang disusun dalam lingkup yang luas dan tingkat kesukaran yang bervariasi agar dapat membedakan peserta didik yang sudah atau belum menguasi pelajaran/standar kompetensi tertentu.
d. Formatif (Formative
Test)
Tes
formatif dilaksanakan saat pembelajaran sedang berlangsung. Hal demikian untuk
memantau kemajuan belajar peserta didik agar dapat memberikan umpan balik baik
bagi guru maupun pada peserta didik sendiri. Guru dapat melihat apakah metode
atau media yang digunakan sudah tepat untuk pencapaian tujuan
pembelajaran bagi peserta didik.Tes formatif biasanya mengacu pada kriteria
tertentu yaitu tercapainya tujuan, sedangkan pada tes penempatan mengacu pada
norma tertentu yaitu norma kelompok.
e. Diagnostik (Diagnostic Test)
Tes
diagnostik bertujuan untuk mendiagnose kesulitan belajar peserta didik. Karena
tujuannya mendiagnose kesulitan belajar maka harus lebih dahulu diberikan tes
formatif untuk mengetahui ada tidaknya bagian yang belum dikuasai. Setelah
diketahui ada bagian yang belum dikuasai maka dibuatkan butir-butir soal yang
lebih memusat pada bagian itu untuk dapat mendeteksi bagian mana pada pokok
bahasan atau subpokok bahasan yang belum dikuasai. Untuk tiap unit dibuatkan
beberapa soal yang tingkat kesukarannya relatif rendah, Tujuannya agar dapat
diketahui bahwa unit tertentu belum dikuasai sehingga soal-soal tidak dapat
diselesaikan meskipun soalnya mudah.
f.
Sumatif (Summative Test)
Tes sumatif dapat mempunyai makna yang sempit sampai yang meluas. Tes sumatif dapat berarti tes yang diberikan pada akhir pokok bahasan, akhir semester, akhir tahun ajaran atau pada akhir jenjang atau program tertentu. Dalam makna sebagai tes akhir tahun ajaran atau jenjang pendidikan tes sumatif dimaksudkan untuk memberikan nilai yang menjadi dasar penentuan kelulusan atau pemberian sertifikat kepada peserta didik. Oleh karena itu tes tersebut biasanya disusun dalam lingkup yang luas mencakup semua pokok bahasan yang telah dipelajari dan dengan tingkat kesukaran yang bervariasi.
2).
Berdasarkan
Aspek Psikis ynag diungkap, dibedakan menjadi 5 golongan yaitu:
a. Tes
Intelegensi (Intelegency test) yaitu
tes yang dilaksanakan dengan tujuan untuk mengungkap atau memprediksi tingkat
kecerdsan seseorang.
b. Tes
Kemampuan (Aptitude test) yaitu tes
yang dilaksanakan dengan tujuan untuk mengungkap kemampuan dasar atau bakat
khusus yang dimiliki oleh peserta tes.
c. Tes
Sikap (Atitude test) yaitu tes yang
dilaksanakan dengan tujuan untuk mengungkap pre-disposisi atau kecenderungan
seseorang untuk melakukan suatu respon terhadap obyek yang disikapi.
d. Tes
Kepribadian (Personally Test) yaitu tes yang dilaksanakan
dengan tujuan untuk mengungkap cirri-ciri khas dari seseorang yang bersifat
lahiriah seperti bentuk tubuh, cara bergaul dan cara mengatasi masalah.
e. Tes
Hasil Belajar (Achievement test)
yaitu tes yang dilaksanakan dengan tujuan untuk mengungkap tingkat pencapaian
terhadap tujuan pembelajaran atau prestasi belajar.
3).
Berdasarkan
Peserta, dibedakan menjadi dua golongan:
a. Tes
Individual (Individual Test) yaitu tes dimana pelaksana hanya berhadapan dengan
satu orang peserta saja
b. Tes Kelompok (Group Test) yaitu tes dimana pelaksana hanya berhadapan dengan lebih dari satu orang peserta.
4).
Berdasarkan
Waktu, dibedakan menjadi dua golongan:
a. Power
test yaitu tes dimana waktu yang
disediakan bagi peserta tidak dibatasi
b. Speed test yaitu tes dimana waktu yang disediakan bagi peserta dibatasi, biasanya singkat dan hanya siswa pandai saja yang dapat menyelesaikan tes sesuai dengan waktu yang ditentukan.
5).
Berdasarkan
cara merespon, dibedakan menjadi dua golongan:
a. Tes
Verbal yaitu tes yang menghendaki jawaban yang tertuang dalam bentuk ungkapan
kata-kata atau kalimat.
b. Tes Non-verbal yaitu tes yang menghendaki jawaban peserta tes bukan dalam bentuk ungkapan kata-kata atau kalimat melainkan berupa tingkah laku.
6).
Berdasarkan
cara mengajukan pertanyan, dibedakan menjadi tiga golongan:
a. Tes
Tertulis (Pencil and Paper Test) yaitu
tes dimana pelaksana tes dalam mengajukan butir –butir pertanyaannnya dilakukan
secara tertulis dan peserta tes memberikan jawaban tertulis juga.
b. Tes
Tidak Tertulis (non-Pencil and Paper
Test) yaitu tes dimana pelaksana tes dalam mengajukan butir –butir
pertanyaannnya dilakukan secara tidak tertulis /lisan dan peserta tes
memberikan jawaban dengan lisan juga.
c. Tes Perbuatan yang diberikan dalam bentuk tuga satau instruksi kemudian peserta tes mengerjakan tugas sesuai instruksi tersebut dan hanya dinilai oleh pemberi
4.
Hasil
Test/ Hasil Belajar
Hasil
test/ Hasil belajar adalah
kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa sebagai hasil kegiatan pembelajaran,
yang terdiri atas empat macam, yaitu : pengetahuan, keterampilan, intelektual,
keterampilan motorik dan sikap”. Briggs (dalam Ekawarna, 2010:40) “Hasil belajar adalah seluruh kecakapan dan hasil yang
dicapai melalui proses belajar mengajar di sekolah yang dinyatakan dengan
angka-angka atau nilai-nilai berdasarkan tes hasil belajar”. Arikunto (2010:3) “Hasil belajar siswa adalah suatu keputusan untuk memproleh
nilai diakhir belajar”.
Dan untuk menganalisis data hasil belajar tersebut
digunakan rumus sebgai berikut:
a.
Ketuntasan
Individu
Untuk mengetahui ketuntasan belajar siswa (individu) digunakan rumus
sebagai berikut:
KB =
Keterangan :
KB : Ketuntasan Belajar
T : Jumlah skor yang
diperoleh siswa
Tt : jumlah skor total
b.
Ketuntasan
Klasikal
Untuk mengetahui ketuntasan belajar secara klasikal, digunakan rumus
sebagai berikut :
P =
Keterangan:
P : Ketuntasan klasikal hasil observasi
Kriteria Tingkat Keberhasilan Belajar Siswa dalam %
1.
>80% : 2.
60-79% : 3.
40-59% : 4.
20-39% : 5.
<20% : |
Sangat Tinggi Tinggi Sedang Rendah Sangat Rendah |
c.
Rata-Rata
Hasil Belajar Siswa
Untuk mengetahui tingkat rata-rata penguasaan yang terdapat dalam satu
kelas, di gunakan rumus rata-rata yaitu:
X=
Keterangan :
X : Rata – Rata
B. Teknik Non Tes
Teknis non tes ini pada
umumnya memegang peranan yang penting dalam rangka mengevaluasi hasil belajar
peserta didik dari segi ranah sikap hidup(affective domain)dan ranah
keterampilan(psychomotoric domain).
1. Observasi
(observation)
Observasi merupakan salah satu alat
evaluasi jenis nontes yang dilakukan dengan jalan pengamatan dan pencatatan
secara sistematis, logis, objektif dan rasional mengenai berbagai fenomena, baik dalam situasi
yang sebenarnya maupun dalam
situasi buatan untuk
mencapai tujuan tertentu.
Observasi tidak hanya digunakan dalam kegiatan evaluasi,
tetapi juga
dalam bidang penelitian, terutama
penelitian kualitatif (qualitative research). Tujuan utama observasi adalah (1) untuk
mengumpulkan data dan informasi
mengenai suatu fenomena, baik yang berupa peristiwa maupun tindakan, baik dalam
situasi yang sesungguhnya maupun
dalam situasi buatan,
(2) untuk mengukur
perilaku kelas, interaksi antara peserta didik dengan guru, dan
faktor-faktor yang dapat diamati lainnya, terutama kecakapan sosial (social
skills). Dalam evaluasi, observasi dapat digunakan
untuk menilai proses dan hasil belajar peserta
didik, seperti tingkah laku peserta didik pada waktu belajar, berdiskusi, mengerjakan tugas, dan lain-lain.
Observasi mempunyai beberapa
karakteristik, antara lain
(1)
mempunyai arah dan tujuan yang jelas. Hal ini dimaksudkan agar
pelaksanaan observasi tidak menyimpang dari permasalahan. Oleh sebab itu, dalam
pelaksanaannya harus ada pedoman observasi.
(2) bersifat ilmiah, yaitu dilakukan secara sistematis, logis, kritis,
objektif dan rasional
(3) terdapat berbagai
aspek-aspek yang akan diobservasi
(4) praktis penggunaannya.
Selanjutnya Good dkk.
mengemukakan enam ciri observasi, yaitu :
1. Observasi mempunyai arah yang khusus,
bukan secara tidak
teratur melihat sekeliling
untuk mencarai kesan-kesan umum.
2. Observasi ilmiah
tentang tingkah laku
adalah sistematis, bukan
secara sesuka hati dan untung-untungan mendekati situasi.
3. Observasi
bersifat kuantitatif, mencatat jumlah peristiwa tentang tipe-tipe tingkah laku
tertentu.
4. Observasi mengadakan pencatatan dengan segera; pencatatan-pencatatan dilakukan
secepat-cepatnya, bukan menyandarkan diri pada ingatan.
5. Observasi
meminta keahlian, dilakukan oleh seseorang yang memang telah terlatih untuk
melakukannya.
6. Hasil-hasil
observasi dapat dicek dan dibuktikan untuk menjamin keadaan dan kesahihan.
Dilihat dari kerangka kerjanya, observasi dibedakan menjadi dua
jenis, yaitu :
1. Observasi berstruktur, yaitu semua kegiatan guru sebagai observer telah
ditetapkan terlebih dahulu berdasarkan kerangka kerja yang berisi faktor-
faktor yang telah diatur kategorisasinya. Isi dan luas materi observasi telah
ditetapkan dan dibatasi dengan jelas dan tegas.
2. Observasi tak berstruktur, yaitu semua kegiatan
guru sebagai observer
tidak dibatasi oleh suatu kerangka kerja yang pasti. Kegiatan observer
hanya dibatasi oleh tujuan observasi itu sendiri.
Dari teknis pelaksanaannya, observasi
dapat ditempuh melalui tiga cara, yaitu :
1. Observasi langsung,
yaitu observasi yang dilakukan secara langsung terhadap objek yang diselidiki.
2. Observasi tak langsung, yaitu observasi yang dilakukan melalui
perantara, baik teknik maupun alat tertentu.
3. Observasi partisipasi, yaitu observasi yang dilakukan dengan cara ikut ambil
bagian atau melibatkan diri dalam situasi objek yang diteliti.
Ada tiga jenis obsevasi :
1.
Observasi
partisipan adalah observasi yang dilakukan dimana observer turut ambil bagian
dalam peri kehidupan orang atau objek-objek yang diobservasi. Sedangkan
observasi dengan pura-pura disebut quasi participant observation. Jika
unsur-unsur partisipasi sama sekali tidak terdapat didalamnya, maka disebut nonparticipant observation.
2.
Observasi sistematik (systematic observation)
disebut juga observasi
berstruktur (structured observation). Ciri pokok observasi ini adalah adanya kerangka
yang memuat faktor-faktor yang telah diatur
kategorisasinya lebih dahulu, dan ciri-ciri khusus dari tiap-tiap faktor dalam kategori-kategori itu.
Sedangkan observasi yang tidak menggunaan
kerangka disebut observasi non-sistematik. Kadang-kadang observasi sistematik
menggunakan beberapa macam alat pencatat mekanis (mechanical recording
devices) seperti film, kamera, tape recorder. Keuntungannya adalah kita dapat memutarnya kembali setiap waktu bila
diperlukan, sehingga dapat dianalisis lebih lanjut. Kelemahannya antara lain
membutuhkan biaya yang besar dan tenaga yang profesional.
3.
Observasi
eksperimental Dalam peristiwa-peristiwa tertentu Anda mungkin tidak terlibat
dalam dinamika dan kompleksitas situasi yang diselidikinya, tetapi Anda merasa perlu
mengendalikan unsur-unsur penting
dalam situasi tertentu, sehingga situasi itu
dapat diatur sesuai dengan tujuan observasi dan dapat dikendalikan untuk
menghindari bahaya timbulnya
faktor-faktor yang tak diharapkan.
Observasi yang dilakukan dalam situasi seperti itu disebut observasi
eksperimental atau observasi dalam situasi
tes. Observasi eksperimental biasanya tidak memerlukan observer yang banyak.
Faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi tingkah laku observi (yang
diobservasi) telah dikontrol secermat-cermatnya, sehingga observasi ini
dipandang orang sebagai suatu alat penilaian yang relatif murni untuk mengamati
pengaruh kondisi-kondisi tertentu terhadap tingkah laku peserta didik.
Kebaikan observasi eksperimental antara lain :
1. Tersedianya kesempatan bagi guru untuk mengamati sifat-sifat tertentu dari peserta
didik yang jarang sekali timbul dalam keadaan normal. Misalnya, keberanian,
reaksi-reaksi terhadap frustasi, dan ketidakjujuran.
2. Observasi ini merupakan observasi yang dibakukan
secermat-cermatnya.
Observasi kelas merupakan sumber informasi yang penting di
dalam evaluasi. Untuk mempermudah proses pengamatan dan mencatat apa yang
terjadi di dalam kelas, Anda dapat menggunakan selembar kertas yang cukup lebar
dan selanjutnya menuliskan nama-nama peserta didik yang disusun dalam sebuah
daftar. Selembar kertas ini selanjutnya disebut pedoman observasi. Melalui
pedoman observasi ini,
Anda dapat mengetahui apa yang
terjadi di kelas dan apa yang dilakukan oleh setiap
peserta didik dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. Pedoman atau lembar
observasi ini harus terus diisi oleh guru dengan catatan baru, sehingga
perkembangan peserta didik
dari waktu ke waktu
dapat diketahui.
Kelebihan observasi
antara lain:
(1) observasi
merupakan alat untuk mengamati berbagai
macam fenomena
(2) observasi cocok untuk mengamati peserta didik yang sedang melakukan
suatu kegiatan
(3) banyak hal yang tidak dapat diukur dengan tes, tetapi justru lebih tepat
dengan
observasi
(4) tidak terikat
dengan laporan pribadi.
Kelemahan
observasi adalah
(1) sering kali pelaksanaan observasi
terganggu oleh keadaan
cuaca, bahkan ada kesan yang kurang menyenangkan dari observer
ataupun dari observi itu sendiri
(2) biasanya masalah pribadi sulit diamati
(3) jika proses yang diamati memakan waktu lama, maka observer
sering menjadi
jenuh.
(4) dalam penyelidikan yang bersifat eksploitatif, justru yang bersifat kuantitatif kebanyakan dikesampingkan
(5) dalam observasi partisipan tidak dapat dilakukan pencatatan dengan segera. Oleh sebab itu, observasi harus dilakukan dengan hati-hati dan terencana.
Untuk menyusun pedoman observasi,
Anda
sebaiknya
mengikuti
langkah-
langkah sebagai berikut :
1. Merumuskan tujuan
observasi.
2. Membuat lay-out
atau kisi-kisi observasi.
3. Menyusun pedoman
observasi.
4. Menyusun aspek-aspek yang
akan diobservasi, baik yang berkenaan dengan
proses belajar peserta didik
maupun kepribadiannya.
5. Melakukan uji-coba pedoman
observasi untuk melihat
kelemahan-kelemahan
pedoman observasi.
6. Merevisi pedoman
observasi berdasarkan hasil uji-coba.
7. Melaksanakan
observasi pada saat kegiatan berlangsung.
8. Mengolah dan
menafsirkan hasil observasi.
Berikut ini di disajikan contoh aspek pengamatam/observasi
terhadap gurun dan siswa yang dilakukan saat proses pembelajaran berlangsung.
NO |
ASPEK YANG DIOBSERVASI (GURU) |
PENILAIAN |
SKORE |
||||
A |
B |
C |
D |
E |
|||
1. |
Keterampilan
membuka pembelajaran |
|
√ |
|
|
|
|
2. |
Mengadakan
Aspersepsi |
|
√ |
|
|
|
|
3. |
Menyampaikan
topik materi pembelajaran |
|
|
√ |
|
|
|
4. |
Menyampaikan
tujuan pembelajaran |
|
|
√ |
|
|
|
5. |
Memberikan
penjelasan dangan bahasa sederhana dan jelas |
|
|
√ |
|
|
|
6. |
Melaksanakan
pembelajaran yang sesuai dengan indikator yang ingin dicapai |
|
|
√ |
|
|
|
7. |
Melaksanakan
pembelajaran secara Sitematis |
|
|
√ |
|
|
|
8. |
Menggunakan
waktu pembelajaran dengan
efektif dan efisien |
|
|
√ |
|
|
|
9. |
Menguraikan
metode pembelajaran sesuai dengan urutan dan uraian kegiatan inti
Pembelajaran |
|
|
√ |
|
|
|
10. |
Pelaksanaan
metode maupun model dalam melibatkan siswa
|
|
|
√ |
|
|
|
11. |
Mengadakan
evaluasi |
|
|
√ |
|
|
|
12. |
Melakukan
arahan menyelesaikan tes |
|
|
√ |
|
|
|
13. |
Membuat
rangkuman |
|
√ |
|
|
|
|
14. |
Memberi tugas
rumah |
|
√ |
|
|
|
|
15. |
Keterampilan
menutup pembelajaran |
|
√ |
|
|
|
|
Untuk mengetahui
pelaksanaan pembelajaran pada guru, dapat di gunakan rumus sebagai berikut
:
HP
=
Dengan kriteria sebagai berikut :
1. 0 – 20% = Sangat Kurang
2. 21 – 40% = Kurang
3. 41 – 60% = Cukup
4. 61 – 90% = Baik
5. 91 – 100% = Baik Sekali
No |
ASPEK YANG DIOBSERVASI (SISWA) |
PENILAIAN |
Skor |
||||
1 |
2 |
3 |
4 |
5 |
|||
1. |
Kesiapan menerima pelajaran |
|
|
|
|
|
3 |
2. |
Mendengarkan penjelasan guru dengan Baik |
|
|
|
|
|
2 |
3. |
Mengikuti
arahan/petunjuk yang diberikan guru |
|
|
|
|
|
3 |
4. |
Mengerti/memahami
penjelasan guru |
|
|
|
|
|
3 |
5. |
Memperhatikan
contoh yang diberikan Guru |
|
|
|
|
|
4 |
6. |
Menjawab
pertanyaan guru |
|
|
|
|
|
2 |
7. |
Keinginan
untuk bertanya kepada guru |
|
|
|
|
|
2 |
8. |
Peningkatan
pemahaman/kemampuan Siswa |
|
|
|
|
|
3 |
9. |
Ketenangan
kelas waktu belajar |
|
|
|
|
|
3 |
10. |
Peningkatan waktu
belajar |
|
|
|
|
|
2 |
11. |
Peningkatan minat belajar |
|
|
|
|
|
3 |
12. |
Menyelesaikan
soal tes dengan baik |
|
|
|
|
|
3 |
13. |
Kesenangan
belajar |
|
|
|
|
|
4 |
Untuk mengetahui
hasil pelaksanaan pembelajaran pada siswa, dapat di gunakan rumus sebagai
berikut :
Nilai =
Dengan Kriteria sebagai berikut :
1.
Nilai = 10 – 29 Sangat kurang
2.
Nilai = 30 – 49 Kurang
3.
Nilai = 50 – 69 Cukup
4.
Nilai = 70 – 89 Baik
5.
Nilai = 90 – 100 Sangat Baik
2. Wawancara (interview)
Wawancara
merupakan
salah
satu
bentuk alat evaluasi jenis non-tes
yang dilakukan melalui percakapan dan tanya-jawab, baik langsung maupun
tidak langsung dengan peserta didik. Pengertian wawancara langsung adalah
wawancara yang dilakukan secara langsung antara pewawancara (interviewer) atau guru
dengan orang yang
diwawancarai (interviewee) atau peserta didik tanpa melalui perantara. Sedangkan wawancara
tidak langsung artinya
pewawancara atau guru menanyakan sesuatu kepada peserta didik melalui perantara orang lain atau media. Jadi, tidak menemui langsung kepada sumbernya.
Tujuan
wawancara adalah :
1. Untuk memperoleh informasi secara langsung
guna menjelaskan suatu
situasi dan kondisi tertentu.
2. Untuk melengkapi
suatu penyelidikan ilmiah.
3. Untuk memperoleh
data agar dapat mempengaruhi situasi
atau orang tertentu.
Kelebihan
wawancara antara lain:
(1) dapat berkomunikasi secara
langsung kepada peserta didik, sehingga informasi yang
diperoleh dapat diketahui objektifitasnya
(2) dapat
memperbaiki proses dan hasil belajar
(3) pelaksanaan wawancara
lebih fleksibel, dinamis dan personal.
Kelemahan wawancara
antara lain:
(1)
jika jumlah peserta didik cukup banyak, maka
proses wawancara banyak menggunakan waktu, tenaga, dan biaya
(2)
adakalanya
terjadi wawancara yang berlarut-larut tanpa arah, sehingga data kurang
dapat memenuhi apa yang diharapkan
(3)
sering timbul
sikap yang kurang
baik dari peserta
didik yang diwawancarai dan sikap overaction dari
guru sebagai pewawancara, karena itu perlu adanya adaptasi diri antara
pewawancara dengan orang yang
diwawancarai.
Pertanyaan wawancara dapat menggunakan bentuk seperti berikut :
1. Bentuk
pertanyaan berstruktur, yaitu pertanyaan yang menuntut jawaban agar sesuai
dengan apa yang terkandung dalam pertanyaan tersebut. Pertanyaan semacam ini biasanya digunakan jika
masalahnya tidak terlalu kompleks dan jawabannya sudah konkret.
2. Bentuk
petanyaan tak berstruktur, yaitu pertanyaan yang bersifat terbuka dimana peserta
didik secara bebas
menjawab pertanyaan tersebut. Pertanyaan semacam ini tidak memberi struktur jawaban kepada
peserta didik, karena jawaban dalam pertanyaan itu bebas.
3. Bentuk pertanyaan campuran, yaitu pertanyaan yang menuntut jawaban campuran, ada yang berstruktur ada
pula yang bebas.
langkah- langkah dalam menyusun wawancara sebagai berikut :
1. Merumuskan
tujuan wawancara
2. Membuat
kisi-kisi atau layout dan
pedoman wawancara.
3. Menyusun pertanyaan sesuai dengan data
yang
diperlukan
dan
bentuk
pertanyaan yang diinginkan. Perlu diperhatikan kata-kata yang digunakan, cara
bertanya, dan jangan membuat peserta didik bersikap defensif.
4. Melaksanakan uji-coba
untuk melihat kelemahan-kelemahan pertanyaan yang disusun, sehingga dapat
diperbaiki lagi.
5. Melaksanakan
wawancara dalam situasi yang sebenarnya.
Dalam melaksanakan wawancara,
Anda harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
1. Hubungan baik antara pewawancara
dengan orang yang
diwawancarai perlu dipupuk dan dibina, sehingga akan tampak hubungan
yang sehat dan harmonis.
2. Dalam
wawancara jangan terlalu kaku, tunjukkan sikap yang bebas, ramah, terbuka, dan
adaptasikan diri dengannya.
3. Perlakukan
responden itu sebagai sesama manusia secara jujur.
4. Hilangkan prasangka-prasangka yang kurang baik, sehingga
pertanyaan- pertanyaan yang diajukan bersifat netral.
5. Pertanyaan
hendaknya jelas, tepat, dengan bahasa yang sederhana.
3) Angket (Questionnare)
Angket
adalah sebuah daftar pertanyaan yang harus diisi oleh orang yang akan diukur
(responden). Pada umumnya tujuan penggunaan angket atau kuesioner dalam proses
pembelajaran terutama adalah untuk memperoleh data mengenai latar belakang
peserta didik sebagai salah satu bahan dalam menganalisis tingkah laku dan
proses belajar mereka. Hal ini juga disampaikan oleh Yusuf (dalam Arniatiu,
2010) yang menyatakan kuisioner adalah suatu rangkaian pertanyaan yang
berhubungan dengan objek yang dinilai dengan maksud untuk mendapatkan data.
Selain itu, data yang dihimpun melalui angket biasanya juga berupa data yang
berkenaan dengan kesulitan-kesulitan yang dihadapi oleh siswa dalam mengikuti
pelajaran. Misalnya: cara belajar, bimbingan guru dan orang tua, sikap belajar
dan lain sebagainya. Angket pada umumnya dipergunakan untuk menilai hasil
belajar pada ranah afektif. Angket dapat disajikan dalam bentuk pilihan ganda
atau skala sikap.
Teknik
evaluasi melalui angket ini dapat membantu guru membimbing siswa belajar lebih
efektif dan kreatif. Selain itu guru juga dapat membantu siswa yang lemah
belajar serta mengetahui kesulitan-kesulitan siswa dalam belajar. Hal tersebut
akan membantu guru memilih model dan metode apa yang sesuai dengan kemampuan
dan keinginan siswanya.
Adapun
beberapa tujuan dari pengembangan angket adalah :
1)
Mengumpulkan informasi sebanyak mungkin dari siswa tentang pembelajaran
2)
Membimbing siswa untuk belajar efektif sampai tingkat penguasaan tertentu.
3)
Mendorong siswa untuk lebih kreatif dalam belajar.
4)
Membantu anak yang lemah dalam belajar.
5)
Untuk mengetahui kesulitan – kesulitan siswa dalam pembelajaran biologi
Jenis-jenis
kuesioner menurut Yusuf (dalam Artiatiu, 2010) berdasarkan dari segi isi dapat
dibedakan atas 4 bagian yaitu pertanyaan fakta, pertanyaan perilaku, pertanyaan
informasi, pertanyaan pendapat dan
sikap. Sedangakan jenis-jenis kuesioner berdasarkan jenisnya dapat dibedakan
menjadi 3 jenis yaitu : kuesioner tertutup, kuesioner terbuka dan kuesioner
tertutup dan terbuka. Kuesioner jika dilihat dari narasumbernya dapat dibedakan
menjadi kuesioner langsung dan kuesioner tidak langsung. (Mania, 2012).
Kelebihan angket antara
lain:
1)
Dengan angket kita dapat
memperoleh data dari sejumlah anak yang banyak yang hanya membutuhkan waktu
yang sigkat.
2)
Setiap anak dapat memperoleh sejumlah pertanyaan yang sama
3)
Dengan angket anak pengaruh subjektif dari guru dapat dihindarkan
Kelemahan
angket, antara lain:
1) Pertanyaan
yang diberikan melalui angket adalah terbatas, sehingga apabila ada hal-hal
yang kurang jelas maka sulit untuk diterangkan kembali
2) Kadang-kadang
pertanyaan yang diberikan tidak dijawab oleh semua anak, atau mungkin dijawab
tetapi tidak sesuai dengan kenyataan yang sebenarnya. Karena anak merasa bebas
menjawab dan tidak diawasi secara mendetail.
3) Ada
kemungkinan angket yang diberikan tidak dapat dikumpulkan semua, sebab banyak
anak yang merasa kurang perlu hasil dari angket yang diterima, sehingga tidak
memberikan kembali angketnya.
4.
Skala Sikap
(attitude scale)
Sikap merupakan suatu kecenderungan tingkah laku untuk
berbuat sesuatu dengan cara, metode,
teknik dan pola
tertentu terhadap dunia
sekitarnya, baik berupa orang-orang maupun berupa objek-objek tertentu.
Sikap mengacu kepada perbuatan atau perilaku seseorang, tetapi tidak berarti
semua perbuatan identik dengan sikap. Perbuatan seseorang mungkin saja bertentangan dengan sikapnya. Anda perlu mengetahui
norma-norma yang ada pada peserta didik, bahkan sikap peserta didik
terhadap dunia sekitarnya, terutama terhadap mata pelajaran dan lingkungan sekolah.
Jika terdapat sikap peserta didik yang negatif, Anda perlu mencari
suatu cara atau teknik tertentu
untuk menempatkan atau
mengubah sikap negatif itu menjadi sikap yang positif.
Dalam
mengukur sikap, Anda hendaknya memperhatikan tiga komponen sikap, yaitu (1) kognisi, yaitu berkenaan
dengan pengetahuan peserta didik tentang
objek, (2) afeksi,
yaitu berkenaan dengan perasaan peserta
didik terhadap objek, (3) konasi, yaitu berkenaan dengan
kecenderungan berprilaku peserta didik terhadap objek.
Adapun model-model skala sikap yang biasa digunakan untuk
menilai sikap peserta didik terhadap suatu objek, antara lain :
1. Menggunakan bilangan
untuk menunjukkan tingkat-tingkat dari objek sikap yang dinilai, seperti 1, 2, 3, 4
dan seterusnya.
2. Menggunakan
frekuensi terjadinya atau timbulnya sikap itu, seperti : selalu, seringkali,
kadang-kadang, pernah dan tidak pernah.
3. Menggunakan
istilah-istilah yang bersifat kualitatif, seperti : bagus sekali, baik, sedang,
dan kurang. Ada juga istilah-istilah lain, seperti : sangat setuju, setuju, ragu-ragu (tidak punya pendapat), tidak setuju, dan sangat tidak
setuju.
4. Menggunakan istilah-istilah yang menunjukkan status/kedudukan, seperti :
sangat rendah, di
bawah rata-rata, di atas rata-rata, dan sangat tinggi.
5. Menggunakan kode bilangan
atau huruf, seperti
: selalu (diberi
kode 5),
kadang-kadang (4),
jarang (3), jarang sekali (2), dan tidak pernah (1).
Salah satu model untuk mengukur sikap,
yaitu dengan menggunakan skala sikap yang dikembangkan oleh Likert. Dalam skala
Likert, peserta didik tidak disuruh memilih pernyataan-pernyataan yang positif saja, tetapi memilih juga
penyataan-pernyataan yang negatif.
Tiap item dibagi
ke dalam lima skala,
yaitu sangat setuju, setuju, tidak tentu, tidak setuju, dan sangat tidak
setuju. Setiap pernyataan positif diberi bobot 4, 3, 2, 1, dan 0, sedangkan
pernyataan negatif diberi bobot sebaliknya, yaitu 0, 1, 2, 3, dan 4.
Langkah-langkah dalam menentukan skala
Likert adalah:
1. Memilih variabel
afektif yang akan diukur.
2. Membuat beberapa
pernyataan tentang variabel afektif yang akan diukur.
3. Mengklasifikasikan pernyataan positif dan negatif.
4. Menentukan jumlah
gradual
dan
frase
atau
angka
yang
dapat
menjadi
alternatif pilihan.
5. Menyusun
pernyataan dan pilihan jawaban menjadi sebuah alat penilaian.
6. Melakukan
uji-coba.
7. Membuang
butir-butir pernyataan yang kurang baik.
8. Melaksanakan
penilaian.
Contoh 1 : sikap
peserta didik terhadap mata pelajaran PKN
Petunjuk :
Pilihlah salah satu
alternatif
jawaban
yang
paling
sesuai
dengan
cara
memberikan tanda cek ( V ) pada kolom kosong yang telah disediakan.
Keterangan :
SS = Sangat
Setuju
S = Setuju
TT = Tidak
Tahu
TS = Tidak
Setuju
STS = Sangat Tidak Setuju
No |
Pernyataan |
SS |
S |
TT |
TS |
STS |
01 |
Saya mempersiapkan diri
untuk menerima pelajaran PKN di
kelas. |
|
|
|
|
|
02 |
Saya berperan aktif
dalam kegiatan pembelajaran
PKN. |
|
|
|
|
|
03 |
Saya suka melakukan praktik ibadah. |
|
|
|
|
|
04 |
Saya tertarik artikel yang berhubungan dengan PKN |
|
|
|
|
|
05 |
Dst |
|
|
|
|
|
5. Pemeriksaan
Dokumen (Documentary Analysis)
Teknik
evaluasi pemeriksaan dokumen yaitu teknik evaluasi yang mengenai kemajuan,
perkembangan atau keberhasilan belajar peserta didik tanpa menguji (teknik non-tes)
juga dapat dilengkapi atau diperkaya dengan cara melakukan pemeriksaan terhadap
dokumen-dokumen, misalnya: dokumen yang menganut informasi mengenai riwayat
hidup (auto biografi). Beberapa informasi, baik mengenai peserta didik,
orang tua dan lingkungannya itu bukan tidak mungkin pada saat-saat tertentu
sangat diperlukan sebagai bahan pelengkap bagi pendidik dalam melakukan
evaluasi hasil belajar terhadap peserta didiknya.
No comments:
Post a Comment