Thursday, October 6, 2022

ISU-ISU DAN MASALAH SOSIAL BUDAYA DALAM PENGAJARAN IPS SD

 

BAB II

ISU-ISU DAN MASALAH SOSIAL BUDAYA

DALAM PENGAJARAN IPS SD

Oleh : Antonius Gultom

 

Pada bab ini akan dibahas hal-hal yang berkenaan dengan isu dan masalah sosial budaya dalam pengajaran IPS. Didalamnya akan dibicarakan secara khusus tentang Trend Globalisasi, masalah-masalah sosial yang timbul dari keragaman budaya terhadap pembelajaran IPS, juga akan dibahas halhal yang berkenaan dengan masalah-masalah lingkungan, hukum, keterkaitan, kesadaran huk`um dan pendidikan kesadaran hukum warga negara.

Dengan mempelajari isi bab ini diharapkan anda memiliki kemampuan dapat:

1) Menjelaskan trend globalisasi beserta pengaruhnya terhadap pembelajaran IPS;

2) .. Mengidentifikasi masalah-masalah sosial yang timbul dari keragaman budaya;

3) Mengidentifikasi masalah-masalah lingkungan dan pendidikan lingkungan

4) .. Mengidentifikasi masalah-masalah hukum dan ketertiban;

5)... Mengidentifikasi masalah-masalah kesadaran hukum dan pendidikan kesadaran hukum.

Kemampuan tersebut sangat penting dimiliki oleh seorang guru dalam menyajikan pendidikan IPS di kelas. Mudah-mudahan Anda akan tampil lebih percaya diri dengan dilandasi kemampuan yang mendukungnya.

Murid-murid Anda akan lebih merasa puas belajar dalam bimbingan Anda sehingga Anda dapat mengantarkan suasana belajar di kelas dalam hubungan interaksi antara Anda dengan murid-murid Anda lebih baik lagi. Suasana kelas akan lebih hidup dan menyenangkan.

Untuk membantu Anda memperoleh informasi mengenai hal yang dikemukakan di atas, akan disajikan uraian dan latihan dalam bentuk penjelasan sebagai berikut :

 

A.         Globalisasi

Globalisasi inti katanya adalah global, yang artinya bumi atau dunia. Globalisasi artinya suatu keadaan atau kondisi dimana isu dan masalah-masalah yang ada menyangkut berbagai bangsa dan negara atau bahkan seluruh dunia. Pengertian lain bisa berasal dari kata global yang bermakna keseluruhan.

Menurut Tye dalam bukunya Global Education Form Thought to Action, pemahaman terhadap globalisasi merupakan proses belajar tentang masalah-masalah dan isu-isu yang melintasi batas-batas negara (nation) dan tentang sistem keterhubungan dalam lingkungan, budaya, ekonomi, politik, dan teknologi. Di samping itu, untuk dapat memahami lebih mendalam diperlukan berbagai perspektif atau sudut pandang dan pendekatan terhadap kenyataan bahwa sementara para individu dan kelompok-kelompok memiliki pandangan hidup yang berbeda, tetapi mereka juga memiliki kebutuhan-kebutuhan dan keinginan-keinginan yang sama (Skeel, 1995:136).

Masalah-masalah dan isu-isu tidak selalu menjadi tanggung jawab suatu bangsa sebagai dampak dari adanya hubungan saling ketergantungan, tetapi menjadi tanggung jawab bersama sebagai manusia penghuni planet yang sama, yaitu Bumi. Setiap orang dari segala bangsa harus dapat bertanggung jawab atas keberlangsungan kehidupan di muka bumi ini. Anderson mengatakan bahwa tidak ada satu pun negara di dunia yang mampu menolak bahkan menghindari globalisasi, tidak ada pilihan lain, kecuali menyesuaikan diri dengan langkah melakukan perubahan.

Perubahan yang penting, antara lain menyesuaikan sistem pendidikan, dalam arti penyesuaian seperlunya agar dapat mengantisipasi realita yang ada. Seyogianya pendidikan nasional mampu mengantisipasi satu langka lebih maju dibanding segi kehidupan yang lainnya. Pendidikan tidak hanya memberikan pengertian dan keterampilan untuk hidup secara efektif dalam masyarakat global dewasa ini, tetapi juga harus memberikan kemampuan untuk memanfaatkan dengan sebaik-baiknya peluang-peluang di masa mendatang dan mampu menghargai masa lampau.

Pemahaman terhadap globalisasi merupakan suatu proses cara memandang dunia dengan hubungan-hubungan yang terjadi di dalamnya. Pemahaman tersebut menurut King dan kawan-kawan harus mengandung hal-hal berikut:

1)... Pengertian terhadap bumi beserta manusia sebagai bagian dari jaringan yang memiliki keterkaitan;

2)... Kepedulian bahwa terdapat pilihan-pilihan yang bersifat individu, nasional maupun universal. Namun demikian, keputusan yang diambil haruslah demi tatanan dunia yang lebih baik di masa mendatang;

3)... Menerima bahwa bangsa-bangsa lain memiliki pandangan-pandangan yang berbeda dan mungkin lebih senang pada pilihan-pilihan yang lain.

Pendidikan global adalah salah satu sarana agar siswa mengerti bahwa mereka adalah bagian dari masyarakat dunia, sekalipun demikian tidak berarti harus mengingkari dirinya sebagai warga dari sebuah bangsa. Demikian pula sebaliknya, sebagai warga negara yang baik seharusnya bisa menjadi warga dunia yang baik.

Pendidikan global mencoba lebih banyak mengangkat persamaan daripada perbedaan-perbedaan yang dimiliki oleh berbagai bangsa. Di samping itu, berusaha memberikan penekanan untuk berpikir tentang kesetiaan kepada bumi tempat kita semua hidup dan tidak hanya berpikir tentang negerinya sendiri, terutama berkenaan dengan masalah-masalah dan isu-isu yang mampu melintasi batas-batas negara.

 

B.         Keragaman Budaya

Keragaman budaya mengandung dua arti, yaitu keragaman artinya ketidaksamaaan, perbedaan dan budaya dalam rangka kehidupan bermasyarakat yang dijadikan milik manusia dengan belajar. Dengan demikian, keanekaragaman budaya dapat diartikan sebagai suatu keadaan dimana suatu masyarakat memiliki lebih dari satu perangkat gagasan, tindakan, dan hasil karya. (Koentjaraningrat 1980).

Triandis, dikutip oleh Skeel, membedakan antara objek budaya dan subjek budaya. Objek budaya meliputi hal-hal yang dapat dilihat oleh mata, seperti makanan, upacara (peralatannya), sementara subjek budaya meliputi gagasan, tindakan, nilai-nilai sikap, kebiasaan, dan kepercayaan dimana semuanya hanya bisa diketahui keberadaannya dengan menggunakan rasa dan pikiran.

Dalam masyarakat yang memiliki keanekaragaman budaya timbul berbagai masalah dan isu di antaranya adalah pembauran, prasangka dan etnocentrism (melahirkan superioritas dan inferioritas).Dua hal yang terakhir sebenarnya lebih bersifat bagian yang tidak terpisahkan dari proses pembauran (asimilasi).

Menurut Koentjaraningrat pembauran adalah proses sosial yang timbul apabila ada hal-hal berikut ini:

1)... Golongan-golongan manusia dengan latar belakang kebudayaan yang berbeda;

2)... Saling bergaul secara intensif untuk waktu yang lama;

3)... Kebudayaan- kebudayaan golongan tadi masing-masing berubah sifatnya yan khas dan juga unsur-unsurnya berubah wujud menjadi unsur-unsur kebudayaan campuran.

Biasanya golongan-golongan yang tersangkut dalam proses asimilasi adalah suatu golongan mayoritas dan beberapa golongan minoritas. Dalam hal ini, golongan minoritas itulah yang mengubah sifat yang khas dari unsur-unsur kebudayannya, dan menyesuaikannya dengan kebudayaan dari golongan mayoritas sedemikian rupa sehingga lambat laun kehilangan kepribadian budayanya dan masuk ke dalam kebudayaan mayoritas.

Faktor-faktor yang menghambat proses pembauran,antara lain berikut ini:

1)... Kurang pengetahuan terhadap kebudayaan yang dihadapi;

2)... Sifat takut terhadap kekuatan dari kebudayaan lain atau inferioritas;

3)... Memandang terlalu tinggi terhadap kebudayaan sendiri dan memandang rendah terhadap kebudayaan lain atau superioritas.

Sebagai akibat dari berkembangnya hambatan-hambatan tersebut dalam proses pembauran maka sering timbul kecurigaan dan ketidakpercayaan diantara individu-individu pendukung kebudayaan tersebut. Akibat lainnya ialah sulit menanamkan sikap toleransi.

 

C.         Globalisasi Dan Keragaman Budaya Di Indonesia

Indonesia sebagai bagian dari masyarakat dunia merasakan glombang globalisasi yang semakin lama semakin terasa menerpa segala segi kehidupan masyarakat, baik dalam bidang ekonomi, teknologi, politik, sosial, dan budaya.

Berkembangnya karakter global dari teknologi masalah lingkungan, keuangan, telekomunikasi, dan media menyebabkan lahirnya umpan balik budaya yang baru, kebijakan suatu pemerintah, termasuk pemerintah Indonesia, menjadi perhatian bagi negara lain. Implikasinya adalah tidak ada negara manapun di dunia yang dengan sendirinya bisa menyimpan atau menutupi fakta dari negara lainnya.

Indonesia tampaknya tidak hanya strategis dari segi geografis dan ekonomis, tetapi juga dalam sumber daya manusia dan telekomunikasi. Indonesia lebih dulu menyadari pentingnya telekomunikasi dalam membina persatuan dan kesatuan bangsa. Luas Indonesia yang demikian, mampu dan jaraknya diperpendek dengan teknologi komunikasi satelit. Dalam dekade tahun 70-an Indonesia adalah satu-satunya negara Asia Tenggara yang mempercayakan sistem komunikasinya dengan menggunakan jasa satelit dengan menggunakan satelit Palapa, bahkan berlangsung sampai dekade tahun 80-an dan Indonesia tidak menggunakan jasa satelit negara lain, tetapi milik sendiri.

Langkah lain yang diambil Indonesia dalam menyikapi globalisasi adalah diijinkannya beroperasi stasiun televisi swasta dan sampai tahun 2007 sudah lebih dari 9 stasiun televisi, sebagai pengakuan bahwa bangsa Indonesia sudah waktunya menerima informasi yang lebih banyak sehingga tidak tertinggal dari bangsa-bangsa lain, dalam hal pengetahuan tentang peristiwa-peristiwa di belahan bumi lain dalam waktu yang bersamaan.

Alvin Toffler menulis bahwa media televisi, radio dan komputer akan membuat dunia menjadi homogen. Media masa memiliki efek homogenisasi yang paling kuat kalau terdapat beberapa saluran dan sedikit pilihan yang dapat dilakukan khalayak.

Trend globalisasi terakhir yang melanda Indonesia adalah penggunaan jarinngan Internet dalam telekomunikasi. Individu yang menjadi anggota atau mempunyai akses dalam jaringan tersebut tidak lagi mengenal batas negara, budaya bahkan tidak mengenal batas kebutuhan atau kepentingan. Orang Indonesia dapat mengetahui apa pun.tentang negara dan bangsa lain, sebaliknya bangsa lainpun bisa memperoleh informasi yang berkaitan dengan Indonesia.

Media global telah banyak memberikan manfaat bagi Indonesia sekaligus dampak negatifnya, terutama dikalangan generasi muda. Dari segala dampak negatif yang bisa dilihat, antara lain meningkatnya penggunaan obat terlarang dikalangan muda di kota-kota. Akhir-akhir ini populer digunakan obat jenis terlarang Ecstasy, sedangkan pada masa sebelumnya umum digunakan jenis narkotika.

Dengan melihat keuntungan dan kerugian yang diakibatkan oleh gencarnya arus globalisasi, rasanya kita sepakat bahwa kita mewaspadai perkembangan lebih lanjut demi kelangsungan generasi muda kita masa mendatang. Kita tidak akan mampu menolak arus globalisasi. Dengan cara lebih memahaminya agar dapat diperkenalkan kepada siswa kita, berbagai kemungkinan yang akan ditemukan dalam fungsinya kelak sebagai warga negara yang baik sekaligus menjadi warga negara dunia yang efektif.

Pembentukan sebagai warga negara yang baik bisa, dilakukan melalui, antara lain pendidikan formal, pendidikan yang mampu menghasilkan siswa yang menghormati dan menghargai keragaman budaya. Bahkan perbedaan budaya harus dianggap sebagai suatu modal untuk memperkaya budaya itu sendiri.

 

D. ...... Pembelajaran IPS Dalam Era Globalisasi Dan Keragaman Budaya.

Sepintas antara globalisasi dengan keragaman budaya tampak ada kontradiksi. Globalisasi di satu sisi menyadarkan kita akan adanya kesamaan dalam kehidupan manusia di muka bumi ini, ada kesamaan kebutuhan dan keinginan, sementara di sisi lainnya keanekaragaman budaya mengajarkan kepada kita semua bahwa ada perbedaan diantara manusia sebagai pendukung kebudayaannya.

Fungsi pengajaran IPS, antara lain membantu para siswa untuk mengembangkan kemampuan pemahaman terhadap diri pribadinya, menolong mereka untuk mampu mengetahui dan menghargai masyarakat global dengan keanekaragaman budayanya, memperkenalkan proses sosialisasi, memberikan pengertian tentang pentingnya mempertimbangkan masa lampau dan masa kini dalam mengambil keputusan untuk masa datang; mengembangkan keterampilan menganalisis dan memecahkan masalah serta membimbing pertumbuhan dan pengembangan, berpartisipasi dalam aktivitas di masyarakat (Steel, 1995: 11).

Dari uraian diatas jelas bahwa pelajaran IPS dalam proses pembelajarannya harus mampu mengembangkan sikap hormat dan menghargai akan tanggungjawab sebagai warga negara sekaligus menerima keanekaragaman budaya di dalamnya. Sekalipun dua masalah tersebut tidak hanya menjadi kepedulian IPS, namun pelajaran IPS diberi posisi yang cukup penting.

Pengajaran keanekaragaman dalam IPS haruslah mengandung tujuan antara lain:

1)... Mampu mentransformasikan bahwa “sekolah” akan memberikan pengalaman dan kesempatan yang sama kepada semua siswa baik putra maupun putri sekalipun mereka memiliki perbedaan, budaya, sosial, ras, dan kelompok etnik;

2)... Membimbing para siswa untuk mengembangkan sikap-sikap positif dalam mendekati masalah perbedaan budaya, ras, etnik, dan kelompok agama;

3)... Mendorong siswa untuk tidak jadi kelompok yang dirugikan, dengan cara memberikan keterampilan dalam mengambil keputusan dan mengembangkan sikap-sikap sosial;

4)... Membimbing para siswa mengembangkan kemampuan memahami saling keterhubungan dan ketergantungan budaya dan mampu melihatnya dari pandangan yang berbeda-beda.

Sementara pengajaran globalisasi dalam IPS harus mengandung tujuan, sebagai berikut:

1)... Mampu menanamkan pngertian bahwa sekali mereka berbeda, tetapi sebagai manusia memiliki kesamaan-kesamaan;

2)... Membantu para siswa untuk mengembangkan kemampuan pemahaman bahwa bumi dihuni oleh manusia yang memiliki saling ketergantungan dan lebih banyak memiliki kesamaan budaya daripada perbedaannya;

3)... Membantu para siswa memahami kenyataan bahwa ada masalah-masalah yang dihadapi bersama, yaitu masalah kelebihan penduduk bumi, pencemaran air dan udara, kelaparan dan masalah-masalah global lainnya;

4)... Membantu para siswa mengembangkan kemampuan berfikir kritis terhadap masalah-masalah dunia dan keterampilan menganalisis informasi yang diterimanya.

Dari tujuan-tujuan yang telah dirumuskan di atas jelas bahwa melalui pengajaran IPS diharapkan akan lahir generasi muda yang penuh pengertian akan keragaman budaya dan ikut bertanggung jawab dan peduli terhadap masalah dan isu global sesuai dengan tingkat pendidikan dan kematangan jiwa.

Dengan pendidikan globalisasi kita mengetahui bahwa masalah perbedaan berkenaan dengan adanya golongan minoritas dalam budaya mayoritas, tidak hanya dihadapi oleh bangsa Indonesia, tetapi juga oleh beberapa negara lain di muka bumi, seperti Amerika Serikat dengan masalah pembauran golongan kulit hitam dengan penduduk kulit putih. Demikian jika menghadapi masalah adanya golongan minoritas yang menjadi “minoritas yang dinamis” ternyata tidak sendiri, ada Malyasia, negara-negara Timur tengah bahkan Amerika Serikat pun menghadapi masalah golongan Yahudi sebagai minoritas yang dinamis.

Dengan demikian, dari pendidikan globalisasi kita dapat mengambil manfaat dan pelajaran dalam memecahkan masalah yang sama. Kita sadar tidak hanya masalah pembauran yang dihadapi oleh beberapa negara, masih banyak masalah dan isu yang lebih besar, seperti urbanisasi, kepadatan penduduk, pencemaran lingkungan, perdagangan bebas, dan lain-lain yang mana pemecahan masaalah dan isu-isu tersebut dibutuhkan suatu kerja sama dan saling pengertian antar negara-negara di seluruh dunia termasuk Indonesia.

 

Latihan

Untuk memperdalam pemahaman Anda mengenai materi di atas, kerjakanlah latihan berikut :

Lakukan pengamatan terhadap perilaku para pendatang disekitar lingkungan tempat tinggl Anda, dalam usahanya menyesuaikan diri. Pendatang adalah bagian dari masyarakat, artinya mereka memang bertempat tinggal di sekitar Anda. Objek pengamatan bisa orang Cina, Arab dan India atau jika Anda mengalami kesulitan menemukan ketiganya di lingkungan Anda. Objek pengamatan bisa orang Cina, Arab, dan India atau jika Anda mengalami kesulitan menemukan ketiganya di lingkungan Anda, bisa juga para pendatang dari suku lain di Indonesia yang memiliki minimal perbedaan bahasa ibu.

Pengamatan berlangsung selama tiga minggu, termasuk penyusunan laporan. Hasil pengamatan, kemudian didiskusikan di dalam kelas atau dalam kelompok belajar dengan bimbingan dosen. Tiap kelompok terdiri atas empat orang.

Hal-hal yang harus diamati, antara lain:

1) .. Dari mana asal mereka atau termasuk etnis apa?

2) .. Bahasa apa yang dipergunakan dalam berkomunikasi dengan keluarganya dan juga dengan masyarakat sekitarnya.?

3) .. Bagaimana sikap para pendatang itu terhadap masyarakat sekelilingnya?

4) .. Bagaimana sikap masyarakat terhadap para pendatang?

5) .. Apakah ada kegiatan bersama yang biasa dilakukan oleh kelompok pendatang dengan masyarakat, dimana mereka tinggal?

6) .. Berapa lama mereka sudah menjadi anggota masyarakat di tempat yang baru?

 

 

No comments:

Post a Comment