ISU-ISU DAN MASALAH SOSIAL BUDAYA
DALAM
PENGAJARAN IPS
SD
Oleh : Antonius Gultom
Pada bab ini akan
dibahas hal-hal yang berkenaan dengan isu dan masalah sosial budaya dalam pengajaran
IPS. Didalamnya akan dibicarakan secara khusus tentang Trend Globalisasi,
masalah-masalah sosial yang timbul dari keragaman budaya terhadap pembelajaran
IPS, juga akan dibahas halhal yang berkenaan dengan masalah-masalah lingkungan,
hukum, keterkaitan, kesadaran huk`um dan pendidikan kesadaran hukum warga
negara.
Dengan mempelajari isi
bab ini diharapkan anda memiliki kemampuan dapat:
1) Menjelaskan trend globalisasi beserta pengaruhnya terhadap
pembelajaran IPS;
2)
.. Mengidentifikasi masalah-masalah sosial yang timbul dari
keragaman budaya;
3)
Mengidentifikasi
masalah-masalah lingkungan dan pendidikan lingkungan
4)
.. Mengidentifikasi masalah-masalah hukum dan ketertiban;
5)... Mengidentifikasi masalah-masalah kesadaran
hukum dan
pendidikan kesadaran
hukum.
Kemampuan tersebut
sangat penting dimiliki oleh seorang guru dalam menyajikan pendidikan IPS di
kelas. Mudah-mudahan Anda akan tampil lebih percaya diri dengan dilandasi
kemampuan yang mendukungnya.
Murid-murid Anda akan
lebih merasa puas belajar dalam bimbingan Anda sehingga Anda dapat mengantarkan
suasana belajar di kelas dalam hubungan interaksi antara Anda dengan
murid-murid Anda lebih baik lagi. Suasana kelas akan lebih hidup dan
menyenangkan.
Untuk membantu Anda
memperoleh informasi mengenai hal yang dikemukakan di atas, akan disajikan
uraian dan latihan dalam bentuk penjelasan sebagai berikut :
A.
Globalisasi
Globalisasi inti
katanya adalah global, yang artinya bumi atau dunia. Globalisasi artinya suatu
keadaan atau kondisi dimana isu dan masalah-masalah yang ada menyangkut berbagai bangsa dan negara atau
bahkan seluruh dunia. Pengertian lain bisa berasal dari kata global yang
bermakna keseluruhan.
Menurut Tye dalam
bukunya Global Education Form Thought to Action, pemahaman terhadap globalisasi
merupakan proses belajar tentang masalah-masalah dan isu-isu yang melintasi
batas-batas negara (nation) dan tentang sistem keterhubungan dalam lingkungan,
budaya, ekonomi, politik, dan teknologi. Di samping itu, untuk dapat memahami lebih
mendalam diperlukan berbagai perspektif atau sudut pandang dan pendekatan
terhadap kenyataan bahwa sementara para individu dan kelompok-kelompok memiliki
pandangan hidup yang berbeda, tetapi mereka juga memiliki kebutuhan-kebutuhan dan keinginan-keinginan yang sama (Skeel,
1995:136).
Masalah-masalah dan
isu-isu tidak selalu menjadi tanggung jawab suatu bangsa sebagai dampak dari
adanya hubungan saling ketergantungan, tetapi menjadi tanggung jawab bersama
sebagai manusia penghuni planet yang sama, yaitu Bumi. Setiap orang dari segala
bangsa harus dapat bertanggung jawab atas keberlangsungan kehidupan di muka
bumi ini. Anderson mengatakan bahwa tidak ada satu pun negara di dunia yang
mampu menolak bahkan menghindari globalisasi, tidak ada pilihan lain, kecuali
menyesuaikan diri dengan langkah melakukan perubahan.
Perubahan yang penting,
antara lain menyesuaikan sistem pendidikan, dalam arti penyesuaian seperlunya
agar dapat mengantisipasi realita yang ada. Seyogianya pendidikan nasional
mampu mengantisipasi satu langka lebih maju dibanding segi kehidupan yang
lainnya. Pendidikan tidak hanya memberikan pengertian dan keterampilan untuk
hidup secara efektif dalam masyarakat global dewasa ini, tetapi juga harus
memberikan kemampuan untuk memanfaatkan dengan sebaik-baiknya peluang-peluang
di masa mendatang dan mampu menghargai masa lampau.
Pemahaman terhadap
globalisasi merupakan suatu proses cara memandang dunia dengan
hubungan-hubungan yang terjadi di dalamnya. Pemahaman tersebut menurut King dan
kawan-kawan harus mengandung hal-hal berikut:
1)... Pengertian terhadap bumi beserta manusia sebagai bagian
dari jaringan yang memiliki keterkaitan;
2)... Kepedulian bahwa terdapat pilihan-pilihan yang bersifat
individu, nasional maupun universal. Namun demikian, keputusan yang diambil
haruslah demi tatanan dunia yang lebih baik di masa mendatang;
3)... Menerima bahwa bangsa-bangsa lain memiliki
pandangan-pandangan yang berbeda dan mungkin lebih senang pada pilihan-pilihan
yang lain.
Pendidikan global
adalah salah satu sarana agar siswa mengerti bahwa mereka adalah bagian dari
masyarakat dunia, sekalipun demikian tidak berarti harus mengingkari dirinya
sebagai warga dari sebuah bangsa. Demikian pula sebaliknya, sebagai warga
negara yang baik seharusnya bisa menjadi warga dunia yang baik.
Pendidikan global
mencoba lebih banyak mengangkat persamaan daripada perbedaan-perbedaan yang
dimiliki oleh berbagai bangsa. Di samping itu, berusaha memberikan penekanan
untuk berpikir tentang kesetiaan kepada bumi tempat kita semua hidup dan tidak
hanya berpikir tentang negerinya sendiri, terutama berkenaan dengan
masalah-masalah dan isu-isu yang mampu melintasi batas-batas negara.
B.
Keragaman Budaya
Keragaman budaya
mengandung dua arti, yaitu keragaman artinya ketidaksamaaan, perbedaan dan
budaya dalam rangka kehidupan bermasyarakat yang dijadikan milik manusia dengan
belajar. Dengan demikian, keanekaragaman budaya dapat diartikan sebagai suatu
keadaan dimana
suatu masyarakat
memiliki lebih dari satu perangkat gagasan, tindakan, dan hasil karya.
(Koentjaraningrat 1980).
Triandis, dikutip oleh
Skeel, membedakan antara objek budaya dan subjek budaya. Objek budaya meliputi
hal-hal yang dapat dilihat oleh mata, seperti makanan, upacara (peralatannya),
sementara subjek budaya meliputi gagasan, tindakan, nilai-nilai sikap,
kebiasaan, dan kepercayaan dimana semuanya hanya bisa diketahui keberadaannya
dengan menggunakan rasa dan pikiran.
Dalam masyarakat yang
memiliki keanekaragaman budaya timbul berbagai masalah dan isu di antaranya
adalah pembauran, prasangka dan etnocentrism (melahirkan superioritas dan
inferioritas).Dua hal yang terakhir sebenarnya lebih bersifat bagian yang tidak
terpisahkan dari proses pembauran (asimilasi).
Menurut Koentjaraningrat
pembauran adalah proses sosial yang timbul apabila ada hal-hal berikut ini:
1)... Golongan-golongan manusia dengan latar belakang kebudayaan
yang berbeda;
2)... Saling bergaul secara intensif untuk waktu yang lama;
3)... Kebudayaan- kebudayaan golongan tadi masing-masing berubah
sifatnya yan khas dan juga unsur-unsurnya berubah wujud menjadi unsur-unsur
kebudayaan campuran.
Biasanya
golongan-golongan yang tersangkut dalam proses asimilasi adalah suatu golongan
mayoritas dan beberapa golongan minoritas. Dalam hal ini, golongan minoritas
itulah yang mengubah sifat yang khas dari unsur-unsur kebudayannya, dan menyesuaikannya dengan kebudayaan
dari golongan mayoritas sedemikian rupa sehingga lambat laun kehilangan
kepribadian budayanya dan masuk ke dalam kebudayaan mayoritas.
Faktor-faktor yang
menghambat proses pembauran,antara lain berikut ini:
1)... Kurang pengetahuan terhadap kebudayaan yang dihadapi;
2)... Sifat takut terhadap kekuatan dari kebudayaan lain atau
inferioritas;
3)... Memandang terlalu tinggi terhadap kebudayaan sendiri dan
memandang rendah terhadap kebudayaan lain atau superioritas.
Sebagai akibat dari
berkembangnya hambatan-hambatan tersebut dalam proses pembauran maka sering
timbul kecurigaan dan ketidakpercayaan diantara individu-individu pendukung
kebudayaan tersebut. Akibat lainnya ialah sulit menanamkan sikap toleransi.
C.
Globalisasi Dan Keragaman Budaya
Di Indonesia
Indonesia sebagai
bagian dari masyarakat dunia merasakan glombang globalisasi yang semakin lama
semakin terasa menerpa segala segi kehidupan masyarakat, baik dalam bidang
ekonomi, teknologi, politik, sosial, dan budaya.
Berkembangnya karakter
global dari teknologi masalah lingkungan, keuangan, telekomunikasi, dan media
menyebabkan lahirnya umpan balik budaya yang baru, kebijakan suatu pemerintah,
termasuk pemerintah Indonesia, menjadi perhatian bagi negara lain. Implikasinya
adalah tidak ada negara manapun di dunia yang dengan sendirinya bisa menyimpan
atau menutupi fakta dari negara lainnya.
Indonesia tampaknya
tidak hanya strategis dari segi geografis dan ekonomis, tetapi juga dalam
sumber daya manusia dan telekomunikasi. Indonesia lebih dulu menyadari
pentingnya telekomunikasi dalam membina persatuan dan kesatuan bangsa. Luas
Indonesia yang demikian, mampu dan jaraknya diperpendek dengan teknologi
komunikasi satelit. Dalam dekade tahun 70-an Indonesia adalah satu-satunya
negara Asia Tenggara yang mempercayakan sistem komunikasinya dengan menggunakan
jasa satelit dengan menggunakan satelit Palapa, bahkan berlangsung sampai
dekade tahun 80-an dan Indonesia tidak menggunakan jasa satelit negara lain,
tetapi milik sendiri.
Langkah lain yang
diambil Indonesia dalam menyikapi globalisasi adalah diijinkannya beroperasi
stasiun televisi swasta dan sampai tahun 2007 sudah lebih dari 9 stasiun televisi, sebagai pengakuan
bahwa bangsa Indonesia sudah waktunya menerima informasi yang lebih banyak
sehingga tidak tertinggal dari bangsa-bangsa lain, dalam hal pengetahuan
tentang peristiwa-peristiwa di belahan bumi lain dalam waktu yang bersamaan.
Alvin Toffler menulis
bahwa media televisi, radio dan komputer akan membuat dunia menjadi homogen.
Media masa memiliki efek homogenisasi yang paling kuat kalau terdapat beberapa
saluran dan sedikit pilihan yang dapat dilakukan khalayak.
Trend globalisasi
terakhir yang melanda Indonesia adalah penggunaan jarinngan Internet dalam
telekomunikasi. Individu yang menjadi anggota atau mempunyai akses dalam
jaringan tersebut tidak lagi mengenal batas negara, budaya bahkan tidak mengenal
batas kebutuhan atau kepentingan. Orang Indonesia dapat mengetahui apa
pun.tentang negara dan bangsa lain, sebaliknya bangsa lainpun bisa memperoleh
informasi yang berkaitan dengan Indonesia.
Media global telah
banyak memberikan manfaat bagi Indonesia sekaligus dampak negatifnya, terutama
dikalangan generasi muda. Dari segala dampak negatif yang bisa dilihat, antara
lain meningkatnya penggunaan obat terlarang dikalangan muda di kota-kota.
Akhir-akhir ini populer digunakan obat jenis terlarang Ecstasy, sedangkan pada
masa sebelumnya umum digunakan jenis narkotika.
Dengan melihat
keuntungan dan kerugian yang diakibatkan oleh gencarnya arus globalisasi,
rasanya kita sepakat bahwa kita mewaspadai perkembangan lebih lanjut demi
kelangsungan generasi muda kita masa mendatang. Kita tidak akan mampu menolak
arus globalisasi. Dengan cara lebih memahaminya agar dapat diperkenalkan kepada
siswa kita, berbagai kemungkinan yang akan ditemukan dalam fungsinya kelak
sebagai warga negara yang baik sekaligus menjadi warga negara dunia yang
efektif.
Pembentukan sebagai
warga negara yang baik bisa, dilakukan melalui, antara lain pendidikan formal,
pendidikan yang mampu menghasilkan siswa yang menghormati dan menghargai
keragaman budaya. Bahkan perbedaan budaya harus dianggap sebagai suatu modal
untuk memperkaya budaya itu sendiri.
D. ...... Pembelajaran
IPS Dalam Era Globalisasi Dan Keragaman Budaya.
Sepintas antara
globalisasi dengan keragaman budaya tampak ada kontradiksi. Globalisasi di satu
sisi menyadarkan kita akan adanya kesamaan dalam kehidupan manusia di muka bumi
ini, ada kesamaan kebutuhan dan keinginan, sementara di sisi lainnya
keanekaragaman budaya mengajarkan kepada kita semua bahwa ada perbedaan
diantara manusia sebagai pendukung kebudayaannya.
Fungsi pengajaran IPS,
antara lain membantu para siswa untuk mengembangkan kemampuan pemahaman
terhadap diri pribadinya, menolong mereka untuk mampu mengetahui dan menghargai
masyarakat global dengan keanekaragaman budayanya, memperkenalkan proses
sosialisasi, memberikan pengertian tentang pentingnya mempertimbangkan masa
lampau dan masa kini dalam mengambil keputusan untuk masa datang; mengembangkan
keterampilan menganalisis dan memecahkan masalah serta membimbing pertumbuhan
dan pengembangan, berpartisipasi dalam aktivitas di masyarakat (Steel, 1995:
11).
Dari uraian diatas
jelas bahwa pelajaran IPS dalam proses pembelajarannya harus mampu
mengembangkan sikap hormat dan menghargai akan tanggungjawab sebagai warga
negara sekaligus menerima keanekaragaman budaya di dalamnya. Sekalipun dua
masalah tersebut tidak hanya menjadi kepedulian IPS, namun pelajaran IPS diberi
posisi yang cukup penting.
Pengajaran
keanekaragaman dalam IPS haruslah mengandung tujuan antara lain:
1)... Mampu mentransformasikan bahwa “sekolah” akan memberikan
pengalaman dan kesempatan yang sama kepada semua siswa baik putra maupun putri
sekalipun mereka memiliki perbedaan, budaya, sosial, ras, dan kelompok etnik;
2)... Membimbing para siswa untuk mengembangkan sikap-sikap
positif dalam mendekati masalah perbedaan budaya, ras, etnik, dan kelompok
agama;
3)... Mendorong siswa untuk tidak jadi kelompok yang dirugikan,
dengan cara memberikan keterampilan dalam mengambil keputusan dan mengembangkan
sikap-sikap sosial;
4)... Membimbing para siswa mengembangkan kemampuan memahami
saling keterhubungan dan ketergantungan budaya dan mampu melihatnya dari
pandangan yang berbeda-beda.
Sementara pengajaran
globalisasi dalam IPS harus mengandung tujuan, sebagai berikut:
1)... Mampu menanamkan pngertian bahwa sekali mereka berbeda,
tetapi sebagai manusia memiliki kesamaan-kesamaan;
2)... Membantu para siswa untuk mengembangkan kemampuan pemahaman
bahwa bumi dihuni oleh manusia yang memiliki saling ketergantungan dan lebih
banyak memiliki kesamaan budaya daripada perbedaannya;
3)... Membantu para siswa memahami kenyataan bahwa ada
masalah-masalah yang dihadapi bersama, yaitu masalah kelebihan penduduk bumi,
pencemaran air dan udara, kelaparan dan masalah-masalah global lainnya;
4)... Membantu para siswa mengembangkan kemampuan berfikir kritis
terhadap masalah-masalah dunia dan keterampilan menganalisis informasi yang
diterimanya.
Dari tujuan-tujuan yang
telah dirumuskan di atas jelas bahwa melalui pengajaran IPS diharapkan akan
lahir generasi muda yang penuh pengertian akan keragaman budaya dan ikut
bertanggung jawab dan peduli terhadap masalah dan isu global sesuai dengan
tingkat pendidikan dan kematangan jiwa.
Dengan pendidikan
globalisasi kita mengetahui bahwa masalah perbedaan berkenaan dengan adanya
golongan minoritas dalam budaya mayoritas, tidak hanya dihadapi oleh bangsa
Indonesia, tetapi juga oleh beberapa negara lain di muka bumi, seperti Amerika
Serikat dengan masalah pembauran golongan kulit hitam dengan penduduk kulit
putih. Demikian jika menghadapi masalah adanya golongan minoritas yang menjadi
“minoritas
yang dinamis” ternyata
tidak sendiri, ada Malyasia, negara-negara Timur tengah bahkan Amerika Serikat
pun menghadapi masalah golongan Yahudi sebagai minoritas yang dinamis.
Dengan demikian, dari
pendidikan globalisasi kita dapat mengambil manfaat dan pelajaran dalam
memecahkan masalah yang sama. Kita sadar tidak hanya masalah pembauran yang
dihadapi oleh beberapa negara, masih banyak masalah dan isu yang lebih besar,
seperti urbanisasi, kepadatan penduduk, pencemaran lingkungan, perdagangan
bebas, dan lain-lain yang mana pemecahan masaalah dan isu-isu tersebut dibutuhkan suatu kerja sama dan saling
pengertian antar negara-negara di seluruh dunia termasuk Indonesia.
Latihan
Untuk memperdalam pemahaman
Anda mengenai materi di atas, kerjakanlah latihan berikut :
Lakukan pengamatan
terhadap perilaku para pendatang disekitar lingkungan tempat tinggl Anda, dalam
usahanya menyesuaikan diri. Pendatang adalah bagian dari masyarakat, artinya
mereka memang bertempat tinggal di sekitar Anda. Objek pengamatan bisa orang
Cina, Arab dan India atau jika Anda mengalami kesulitan menemukan ketiganya di
lingkungan Anda. Objek pengamatan bisa orang Cina, Arab, dan India atau jika
Anda mengalami kesulitan menemukan ketiganya di lingkungan Anda, bisa juga para
pendatang dari suku lain di Indonesia yang memiliki minimal perbedaan bahasa
ibu.
Pengamatan berlangsung
selama tiga minggu, termasuk penyusunan laporan. Hasil pengamatan, kemudian
didiskusikan di dalam kelas atau dalam kelompok belajar dengan bimbingan dosen.
Tiap kelompok terdiri atas empat orang.
Hal-hal yang harus
diamati, antara lain:
1) .. Dari mana asal mereka atau termasuk etnis apa?
2) .. Bahasa apa yang dipergunakan dalam berkomunikasi dengan
keluarganya dan juga dengan masyarakat sekitarnya.?
3) .. Bagaimana sikap para pendatang itu terhadap masyarakat
sekelilingnya?
4) .. Bagaimana sikap masyarakat terhadap para pendatang?
5) .. Apakah ada kegiatan bersama yang biasa dilakukan oleh
kelompok pendatang dengan masyarakat, dimana mereka tinggal?
6) .. Berapa lama mereka sudah menjadi anggota masyarakat di
tempat yang baru?
No comments:
Post a Comment