Thursday, October 6, 2022

KARAKTERISTIK, PERISTIWA, FAKTA, KONSEP DAN GENERALISASI ILMU-ILMU SOSIAL DALAM KURIKULUM IPS SD.

 

BAB I

KARAKTERISTIK, PERISTIWA, FAKTA, KONSEP

DAN GENERALISASI ILMU-ILMU SOSIAL DALAM KURIKULUM IPS SD.

Oleh : Antonius Gultom

 

A.         Karakteristik Pembelajaran IPS SD Kelas Lanjut

Apabila kita perhatikan dengan teliti dan cermat bahwa inti proses pembelajaran siswa kelas lanjut (kelas IV, V, dan VI) di Sekolah Dasar (SD) adalah merupakan suatu proses pembelajaran yang dilaksanakan secara logis dan sistematis untuk mempelajari tentang konsep dan generalisasi sehingga penerapannya (menyelesaikan soal, menggabungkan, menghubungkan, memisahkan, menyusun, menderetkan, melipat, dan membagi) dapat dilaksanakan oleh siswa kelas lanjut Sekolah Dasar (SD). Dalam proses pembelajaran di kelas lanjut Sekolah Dasar (SD) dapat digunakan dan dilakukan berbagai strategi dan metode mengajar. Metode mengajar yang dapat digunakan dan dilaksanakan guru dalam proses pembelajaran kepada siswa kelas lanjut di Sekolah Dasar adalah sebagai berikut : 1) ceramah, 2) tanya jawab, 3) diskusi, 4) simulasi dan bermain peran, 5) pemecahan masalah, 6) karya wisata, 7) penugasan, 8) proyek, 9) studi kasus, 10) proyek, 11) observasi dan pengamatan. Kemampuan-kemampuan yang dicapai sesuai dengan indikator dari setiap penggunaan metode mengajar pada proses pembelajaran IPS kelas lanjut di Sekolah Dasar (SD), maka berikut ini akan disajikan penggunaan metode mengajar dan kemampuan yang dicapai sesuai dengan indikator. Metode mengajar dan kemampuan yang dicapai, yang telah disajikan pada uraian sebelumnya yaitu pembelajaran IPS di kelas rendah tidak diulang lagi, sehingga sajian berikut ini hanya menjelaskan metode mengajar yang belum ada pada proses pembelajaran di kelas rendah. Contohnya metode ceramah, tanya jawab, diskusi, dan observasi dan pengamatan dapat juga diterapkan pada pembelajaran IPS di kelas lanjut. Dengan mengidentifikasi berbagai metode mengajar ini, tujuannya adalah agar guru dapat menggunakan berbagai jenis metode mengajar dan sebagai acuan dalam menetapkan metode dan strategi mengajar yang akan dilakukannya di kelas lanjut di Sekolah Dasar (SD). Di bawah ini ada beberapa metode mengajar dan kemampuan yang dicapai sesuai dengan indikator pada proses pembelajaran IPS kelas lanjut Sekolah Dasar (SD).

 

Tabel 1.1.

Metode Mengajar dan Kemampuan Yang Dicapai Sesuai Dengan Indikator

No.

Jenis Metode

Kemampuan yang dapat dicapai sesuai indikator

01.

Simulasi

Menjelaskan/ menerapkan/ menganalisis suatu konsep dan prinsip

02.

Pemecahan Masalah

Menjelaskan/ menerapkan/ menganalisis konsep atau prosedur tertentu.

03.

Studi Kasus

Menganalisis dan memecahkan masalah

04.

Bermain Peran

Menerapkan suatu konsep/ prosedur yang harus dilakoni.

05.

Penugasan

Melakukan sesuatu tugas

06.

Karya Wisata

Penyajian di luar kelas ke objek materi.

07.

Proyek

Melakukan sesuatu/ menyusun laporan

 

Pemilihan metode pembelajaran oleh guru dan calon guru pada proses pembelajaran materi IPS ataupun pada materi pembelajaran IPS yang lain perlu mempertimbangkan jumlah siswa, alat, fasilitas, biaya, dan waktu.

Pada pembelajaran IPS siswa kelas lanjut di Sekolah Dasar (SD) guru dapat membimbing siswa dengan menggunakan pembelajaran Konstruktivisme yaitu mencari, menemukan, menggolongkan, menyusun, melakukan, mengkaji, dan menyimpulkan sendiri atau berkelompok dari substansi apa yang sedang dipelajarinya. Menurut Piaget bahwa siswa kelas 6 (enam) Sekolah Dasar (SD) yang telah mencapai usia 11 (sebelas) tahun telah memahami fase perkembangan operasional formal. Artinya, suatu perkembangan kognitif yang menunjukkan bahwa siswa sudah memiliki kemampuan berpikir tinggi atau bepikir ilmiah. Dengan demikian siswa kelas V dan VI pembelajaran kepadanya sudah dapat menggunakan pendekatan ilmiah.

Pengembangan sikap ilmiah pada siswa kelas lanjut di Sekolah Dasar (SD) dapat dilakukan dengan cara menciptakan pembelajaran yang memungkinkan siswa berani berargumentasi dan mengajukan pertnyaan-pertanyaan, mendorong siswa supaya memiliki rasa ingin mengetahui, memiliki tingkah laku dan sikap jujur terhadap dirinya sendiri dan orang lain.

Pada proses pembelajaran IPS kelas lanjut di Sekolah Dasar (SD) sesungguhnya menghadapkan siswa pada konsep dan generalisasi, sehingga penerapannya yaitu meliputi penyelesaian tugas-tugas, menggabungkan, menghubungkan, memisahkan, menyusun, mendesain, mengekspresikan, menderetkan, menafsirkan, memprediksi, menyimpulkan, dan mengumpulkan data. Demikian pula halnya dengan pengembangan sikap ilmiah, maka dalam proses pembelajaran IPS diupayakan agar siswa mampu melakukan pemecahan masalah melalui kerja saintifik, menghasilkan teknologi bermanfaat yang ramah lingkungan, serta melakukan kreatifitas yang sesuai dengan tingkat perkembangannya. Guru dapat meningkatkan sikap ilmiah dengan memperhatikan saling keterkaitan antar sains, teknologi, lingkungan, dan masyarakat yang produktif dan ekonomis.

Hal-hal berikut ini merupakan contoh kegiatan belajar yang dapat dilakukan di dalam pembelajaran IPS kepada siswa kelas lanjut di Sekolah Dasar (SD), yaitu:

1) .. Mendeskripsikan aturan-aturan yang berlaku dilingkungan keluarga;

2) .. Mendiskripsikan pertuturan atau silsilah dalam lingkungan keluarga;

3) .. Membandingkan kelompok-kelompok sosial yang ada di masyarakat;

4) .. Melakukan diskusi kelompok tentang terjadinya jual beli;

5) .. Menafsirkan peninggalan-peninggalan sejarah;

6) .. Menyajikan hubungan antar sumber daya alam dengan kegiatan ekonomi masyarakat setempat;

7) .. Mendeskrifsikan pemanfaatan sumber daya alam yang dapat diperbaharui dengan sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui;

8)... Memahami sejarah kebangkitan nasional, sejarah perjuangan bangsa dalam mencapai kemerdekaan dan perjuangan mempertahankan kemerdekaan;

9)... Melakukan diskusi tentang makna sistem perekonomian koperasi bagi kehidupan kelompok di masyarakat;

10)Menggambarkan denah lingkungan tempat tinggal siswa dan lingkungan sekolah dan lain-lain.

Sesuai dengan penjelasan di atas tergambarlah bahwa pembelajaran IPS kepada siswa kelas lanjut di Sekolah Dasar (SD) banyak menggunakan pembelajaran yang berbasis masalah, menggunakan pendekatan konstruktivis, melakukan aktivitas menyelidiki, meneliti, dan membandingkan, di samping masih tetap menggunakan metode-metode mengajar seperti: ceramah, tanya jawab, dan diskusi. Jadi Karakteristik pembelajaran IPS kelas lanjut di Sekolah Dasar (SD) adalah menuntut tingginya aktivitas siswa, kemampuan siswa dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran seperti melakukan proses penyelidikan, melakukan pemecahan masalah dan sebagainya; maka guru harus mengarahkan siswa untuk memiliki sikap ilmiah. Hal inilah yang menyebabkan guru IPS itu kaya akan pengalaman dan kemampuan mengajar serta mampu mengarahkan belajar siswa agar dapat dicapai secara efektif melalui pembelajaran di Sekolah Dasar (SD).

 

 

 

B.         Peristiwa

Pertama-tama marilah kita bicarakan pengertian peristiwa dalam ilmu pengetahuan sosial secara sederhana peristiwa atau kejadian adalah hal-hal yang pernah terjadi, apakah yang terjadi itu? Yakni semua kejadian di atas muka bumi ini (bahkan di alam semesta) yang menyangkut kehidupan manusia.

Peristiwa atau kejadian ada yang bersifat alamiah, seperti gunung meletus, banjir, tsunami, gempa bumi, gerhana matahari, dan sebagainya. Juga terdapat peristiwa yang bersifat insaniah, yakni peristiwa yang berkaitan dengan aktivitas umat manusia, seperti pembangunan jembatan, skandal korupsi, pemilu, krisis moneter, inflasi, reformasi dan sebagainya.

Sungguhpun peristiwa merupakan suatu kejadian yang benar-benar dan pernah terjadi, tetapi masih perlu dibuktikan kebenarannya. Hal ini dikarenakan peristiwa biasanya sudah menjadi sejarah, yakni kejadian yang sudah terjadi di masa lalu. Peristiwa yang telah diuji kebenarannya itulah yang disebut fakta.

Sebagai guru perlu kiranya mencari upaya untuk lebih menjelaskan pengertian peristiwa ini dengan cara sederhana kepada anak didik kita yang masih di bangku sekolah tingkat SD, misalnya dengan memberikan pertanyaan kepada siswa, seperti berikut ini :

1)... Coba kamu sebutkan kejadian yang terjadi di rumahmu pada hari kemarin?

2)... Siapakah yang menonton acara televisi pada hari kemarin, ada berita kejadian apa raja?

3)... Untuk anak laki-laki, tahun berapakah disunat?

4)... Ceritakan pengalamanmu ketika masa liburan sekolah, ada kejadian apa saja?

5)... Apakah tugas kamu dirumah?

6)... Dan seterusnya.

 

C.         Fakta

Secara harfiah kata “Fakta” berarti sesuatu yang telah diketahui atau telah terjadi benar, ada. Bisa juga diartikan bahwa itu adalah sesuatu yang dipercaya atau apa yang benar dan merupakan kenyataan, realitas yang real, benar dan juga merupakan kenyataan yang nyata.

Tentu ada pertanyaan mengapa fakta itu penting sehingga tidak dapat diabaikan? Pertanyaan ini diajukan dalam kaitannya dengan pembahasan Ilmu Pengetahuan Sosial. Didalam sains, fakta mempunyai makna tersendiri. Fakta merupakan hasil observasi yang bisa dibuktikan secara empiris karena itu sifat fakta bukan hasil perolehan secara acak, memiliki relevansi dan berkaitan dengan teori. Perkembangan ilmu pengetahuan, jadi juga perkembangan Studi Sosial, terjadi karena adanya interaksi antara fakta dan teori. Fakta dapat menyebabkan lahirnya teori baru, fakta juga dapat merupakan alasan untuk menolak teori baru, fakta juga dapat mendorong untuk mempertajam rumusan teori yang telah ada. Di pihak lain, teori dapat membatasi fakta dalam rangka mengarahkan penelitian, teori merangkum fakta dalam bentuk generalisasi dan prinsip-prinsip agar fakta lebih mudah dapat dipahami. Bahkan lebih jauh dari itu, teori dapat meramalkan fakta-fakta yang akan terjadi berdasarkan prediksi keilmuan.

Menurut Banks (1985:81) fakta merupakan pernyataan positif dan rumusannya sederhana. Fakta juga adalah data actual, contohnya berikut ini:

1)... Jakarta adalah ibu kota Negara Republik Indonesia;

2)... Jarak antara kota A ke B adalah 150 Km;

3)... Bumi berputar mengelilingi matahari.

Ada kalanya guru perlu mencari upaya untuk lebih menjelaskan pengertian fakta ini dengan cara sederhana, misalnya dengan memberikan pertanyaan kepada siswa :

1)... Coba kamu hitung berapa jumlah murid kelas yang hadir hari ini!

2)... Siapakah nama Kepala Sekolah kita?

3)... Ada berapa ruangan belajar yang dimiliki sekolah ini?

4)... Coba perhatikan keadaan cuaca di luar, bagaimana keadaannya?

5)... Apakah tugas kamu dirumah?

6)... Dan seterusnya.

Jawaban-jawaban siswa itu merupakan fakta. Misalnya, berikut ini :

1)... Siswa yang hadir sekarang ini ada 31 orang.

2)... Kepala Sekolah kita namanya Ibu Nani

3)... Sekolah kita memiliki 6 ruangan belajar

4)... Keadaan cuaca di luar cukup cerah

5)... Tugas saya di rumah adalah membantu ibu, antara lain membersihkan rumah, menyapu halaman.

Anak-anak menyadari bahwa fakta itu amat banyak, tak terhitung jumlahnya. Ada factor berupa data-data, misalnya keadaan penduduk di sebuah desa, ada fakta yang tampak sebagaimana keadaannya, misalnya kondisi jalan, kondisi bangunan, dan sebagainya. Ada juga fakta sebagai hasil pengamatan secara lebih khusus, misalnya tentang pendapatan rata-rata penduduk sebuah kampung, mata pencaharian desa Adalah dan seterusnya.

Namun demikian, perlu disadari bahwa fakta bukan tujuan akhir dari pengajaran IPS. Pengetahuan yang hanya bertumpu kepada fakta akan sangat terbatas sebab:

1)... Kemampuan kita untuk mengingat sangat terbatas;

2)... Fakta itu bisa berubah pada suatu waktu, misalnya tentang perubahan iklim suatu kota, perubahan bentuk pemerintahan dan sebagainya;

3)... Fakta hanya berkenaan dengan situasi khusus.

 

D.        Konsep

Konsep adalah suatu istilah, pengungkapan abstrak yang digunakan untuk tujuan mengklasifikasikan atau mengkategorikan suatu kelompok dari suatu (benda), gagasan atau peristiwa. Misalnya, kita katakan binatang klasifikasi dari jenis-jenis makhluk yang disebutkan di atas. Jika kita sebutkan kata “keluarga” maka ke dalam konsep keluarga itu termasuk bapak, ibu, anak-anak, saudara, dan sebagainya.

Bagaimana dan mengapa kita mempelajari konsep? Pertanyaan ini penting dikemukakan dalam kajian Ilmu Pengetahuan Konsep Sosial. Membentuk konsep merupakan tugas intelektual, dan itu tidak mudah. Namun demikian, perlu disadari bahwa sesungguhnya anak telah belajar konsep sejak sebelum masuk sekolah, sesuatu dengan tingkat perkembangan kemampuan berpikirnya. Tentu saja berbeda dengan belajar konsep disekolah. Di sekolah mereka belajar konsep yang semakin abstrak sifatnya atau simbolis. Misalnya, mereka belajar tentang konsep keluarga. Di kelas tinggi mungkin menggunakan diagram, dengan menggunakan bermacam symbol untuk mempolakan keluarga dalam kaitan yang lebih luas.

Telah dikemukakan di atas bahwa membentuk konsep pada diri anak tidaklah mudah. Hal itu disebabkan bahwa untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan kemampuan memilih kelompok yang diobservasi berdasarkan satu atau lebih karakteristik umum, agar dapat mengabstraksikan dan membuat generalisasi. Dengan singkat dapat disimpulkan bahwa konseptualisasi adalah proses mengkategorisasikan, dan memberi nama pada sekelompok objek.

 

E.         Generalisasi

Dan bagan hubungan antar peristiwa, fakta, konsep dan generalisasi dapat disimpulkan, bahwa konsep menghubungkan fakta-fakta, dan generalisasi menghubungkan beberapa konsep. Dengan hubungan itu terbentuklah pola hubungan yang mempunyai makna, yang menggambarkan hasil pemikiran yang lebih tinggi. Hasil pemikiran tersebut bisa merupakan kemungkinan yang akan terjadi atau kepastian.

Kita dapat mengambil beberapa kesimpulan tentang generalisasi jika diperbandingkan dengan konsep, yaitu berikut ini:

1) .. Generalisasi adalah prinsip-prinsip atau rules (aturan) yang dinyatakan dalam kalimat tidak di dalam kalimat yang sempurna;

2) .. Generalisasi memiliki dalil, konsep tidak;

3) .. Generalisasi adalah objektif dan impersonal, sedangkan konsep subjektif dan personal (berbeda antara seseorang dan lainnya);

4) .. Generalisasi memiliki aplikasi universal, sedangkan konsep terbatas pada orang tertentu.

Seperti telah anda pahami setiap disiplin ilmu memiliki fakta, konsep dan generalisasi yang menggunakan pendekatan multidisipliner dan memanfaatkan konsep-konsep disiplin lainnya dalam ilmu sosial.

Perlu anda ketahui pula bahwa pengertian generalisasi dalam sejarah berbeda dengan generalisasi dalam disiplin ilmu social lainnya. Oleh karena sifatnya yang unik yang menunjukkan bawah peristiwa sejarah itu tidak terulang lagi (einmahlig) maka generalisasi dalam sejarah ada juga kemungkinan perulangan, dalam arti bahwa yang berulang itu adalah hal-hal yang berkaitan dengan pola perilaku manusia yang berorientasi nilai, system social, kebutuhan ekonomi, kecenderungan psikologis, dan selanjutnya (Rochiati 2006:6).

Jadi, yang terjadi adalah kecenderungan terjadi “perulangan” tersebut maka dapatlah dikemukakan semacam generalisasi dalam sejarah. Dengan mengacu kepada Jarolimec (1986:29) Rochiati mengemukakan adanya empat jenis generalisasi yang diperlukan dalam kajian sejarah dalam IPS, yaitu generalisasi deskripsi, sebab akibat, acuan nilai dan prinsip universal.

Contohnya adalah berikut ini:

1) .. Pada umumnya pusat-pusat kerajaan terletak di tepi sungai (generalisasi deskriptif);

2) .. Di dalam revolusi, apabila golongan ekstrem berhasil merebut kekuasaan maka akan berlangsung pementahan terror (generalisasi sebab akibat);

3) .. Raja adil raja disembah, raja lalim raja disanggah (generalisasi acuan nilai).;

4) .. Kapasitas sebuah bangsa untuk memodelisasikan diri tergantung pada potensi sumber daya alamnya, kualitas manusianya dan orientasi nilai para pelaku sejarahnya (generalisasi prinsip universal).

Demikian kekhasan generalisasi sejarah di dalam konteks IPS. Generalisasi tersebut bukan untuk dihafalkan melainkan untuk dipahami, dan kemampuan itu diperkenalkan gagasan-gagasan dan pemikiran-pemikiran yang sesuai dengan kemampuan berpikir siswa sehingga mereka dapat berlatih untuk mengaplikasikan gagasan tersebut dalam menghadapi permasalahan yang berkaitan dengan sejarah.

Kita telah membahas penjelasan tentang pengertian peristiwa, fakta, konsep dan generalisasi serta hubungan antara keempatnya. Diharapkan pemahaman anda semakin bertambah luas sehingga memperoleh pengertian yang lebih jelas. Di atas juga telah dikemukakan beberapa contoh tentang peristiwa, fakta, konsep dan genetalisasi yang berdasarkan konsep dasar tersebut.

Seperti telah dikemukakan diatas, tugas guru adalah mengembangkan pengertian konsep dan generalisasi ini bersamaan dengan itu juga mengembangkan kemampuannya untuk mengenal konsep-konsep esensial dan konsep-konsep lainnya danjuga untuk mengembangkan kemampuan merumuskan generalisasi sesuai dengan kemampuan berpikir siswa.

Marilah kita mencoba mengidentifikasi peristiwa, fakta, konsep dan generalisasi ilmu-ilmu social dalam kurikulum IPS SD 2006 untuk kelas 4,5 dan 6. Sudah barang tentu tidak mungkin semua fakta, konsep dan generalisasi yang terkandung dalam kurikulum tersebut diungkapkan disini. Peristiwa, fakta, konsep dan generalisasi dimaksud amat banyak jumlahnya.

Kembali pada pertanyaan kita di atas bahwa pijakan utama kegiatan belajar mengajar adalah Kurikulum IPS SD 2006 maka seyogianyalah kita perlu mengidentifikasi berbagai peristiwa dan fakta-fakta ini dalam kandungan kurikulum tersebut.

Bagaimanakah kita memilih peristiwa dan fakta?

Memang sulit menentukan kriteria esensial-nya sebuah peristiwa dan fakta. Mana peristiwa dan fakta yang paling menurut siswa mungkin berbeda dengan pandangan guru atau bahkan pandangan ahlinya. Bagi guru mungkin pertimbangan psikologis atau logika mengenai pentingnya sebuah peristiwa dan fakta dapat diterima.

Yang penting adalah bahwa peristiwa adalah dasar pembentukan untuk menjadi fakta-fakta, konsep, dan generalisasi. Diatas telah dikemukakan secara sepintas pengertian konsep. Marilah kita lanjutkan pembahasan tentang konsep ini agar mendapat gambaran lebih jelas. Tujuan konseptual dari IPS adalah berkenaan dengan pengembangan pemahaman dasar tentang dunia sekitar kita dan fungsifungsinya. Konsep dan generalisasi itulah yang membantu kita untuk memperoleh pemahaman yang komprehensif tentang kerangka berfikir IPS, agar kita memilih cara yang teratur untuk menerjemahkan apa yang terjadi di dunia kita ini, di dalam kehidupan manusia ini.

Dengan pemahaman tersebut kita dapat mengerti bagaimana orang berinteraksi secara social, ekonomi, politik dan sesamanya. Bagaimana orang berinteraksi dengan dunia sekitarnya. Tujuan akademisnya berkenaan dengan peningkatan pemahaman kita tentang dunia kita.

Demikianlah, konsep diciptakan manusia untuk memenuhi keperluankeperluan dalam hidupnya dalam menyampaikan apa yang dipikirkannya. Oleh sebab itu, dan lingkungan kehidupan. Untuk lebih menjelaskan pengertian tentang konsep, berikut ini dikemukakan beberapa sifatnya:

1) .. Konsep itu bersifat abstrak. Ia merupakan gambaran mental tentang benda, peristiwa atau kegiatan, misalnya kita mendengarkan kata “kelompok”, kita bisa membayangkan apa kelompok itu, bukan?

2) .. Konsep itu merupakan “kumpulan” dari benda-benda yang memiliki karakteristik atau kualitas secara umum.

3) .. Konsep itu bersifat personal, pemahaman orang tentang konsep “kelompok”, misalnya mungkin berbeda dengan pemahaman orang lain.

4) .. Konsep dipelajari melalui pengalaman, dengan belajar.Konsep bukan persoalan arti kata, seperti di dalam kamus. Kamus mempunyai makna lain yang lebih luas.

Dalam konsep ada makna denotatif dan makna konotatif. Makna denotatif berkenaan arti kata, seperti pada kamus, misalnya arti kata revolusi adalah perubahan cepat dalam hal prosedur, kebiasaan, lembaga dan seterusnuya. Revolusi juga mempunyai makna konotatif, antara lain berikut ini:

1) .. Makna revolusi merangkum makna denotatif.

2) .. Revolusi tidak sama dengan pemberontakan, melainkan kejadian yang penting yang telah direncanakan dan diatur secara sungguh-sungguh.

3) .. Konsep revolusi itu mencakup kepemimpinan, baik oleh kelompok atau oleh perseorangan.

4) .. Revolusi juga berarti menentang segala sesuatu, apakah itu orang lembaga, lebih jauh bukan hanya menentang tetapi juga melawan dengan kekuatan.

Inilah arti revolusi dalam pengertian konsep. Siswa harus memahami makna konsep ini. Dalam perkembangan lebih lanjut para siswa akan memiliki pemahaman yang benar tentang arti konsep dalam revolusi republic, cabinet dan seterusnya.

Jika mereka tidak memperoleh informasi yang benar tentang makna yang terkandung di dalam konsep-konsep tersebut, mereka akan memberi arti secara menggelikkan. Contoh lain, misalnya konsep Perang Dingin apakah perang itu perang di daerah Kutub Utara? (Womarck 1970 : 32).

Pengajaran konsep di sekolah sesungguhnya dalam rangka memahami makna konotatif karena itu pengajaran konsep harus:

1) .. Diberikan dalam sesuatu konteks bukan diterangkan tanpa ada kaitan dengan sesuatu, seperti kita menjelaskan arti dan sesuatu istilah atau kata.

2) .. Siswa harus diberi kesempatan untuk sampai kepada pengertiannya sendiri tentang sesuatu konsep, tentunya dengan bimbingan guru. Misalnya, guru menyuruh mereka mendekripsikan sendiri.

3) .. Siswa harus membacanya sendiri, mendengarkan penjelasan dan segera menuliskan makna konsep setelah diperkenalkan.

Pada siswa kelas 4,5 dan 6, biasanya mereka sudah dapat menentukan klasifikasi berdasarkan pemikiran logis. Misalnya, orang yang berpakaian seragam hijau adalah tentara, yang tidak berseragam seperti itu bukan tentara.

Kemampuan mengklasifikasikan sesuatu dari anak-anak SD pada umumnya berkembang bertahap sebagai berikut:

1) .. Mereka dapat mengklasifikasikan benda berdasarkan pengalaman langsung (operasi formal).

2) .. Pada saat beranjak kemampuannya kepada “operasi konkret” mereka sudah bisa memecah grup ke dalam sub grupnya walaupun masih dalam keadaan belum jelas.

3) .. Pada perkembangan berikutnya mereka sudah dapat melakukan klasifikasi, dan menyadari bahwa sesuatu itu bisa diklasifikasikan pada kelompok yang berbeda.

Dalam belajar konsep selain Klasifikasi, ada tahap asimilasi dan akomodasi. Siswa akan menangkap makna sesuatu konsep jika di dalam dirinya sudah ada “mental map” sehingga sesuatu konsep (yang dianggap sebagai sesuatu yang baru) dapat ditangkap maknanya dan ini adalah tahap asimilasi. Adakalanya siswa menghadapi sesuatu konsep, sementara pada dirinya belum ada “mental map” tersebut. Seakan akan pada dirinya belum ada “kapstok” untuk “menyangkutkan” konsep baru tersebut, inilah tahap akomodasi. Tahap inilah yang penting dalam belajar konsep.

Perlu disadari pula bahwa dalam kenyataannya, tahap pemilikan asimilasi siswa tidaklah sama. Asimilasi pada seseorang belum tentu juga asimilasi bagi yang lainnya. Hal inilah yang perlu diketahui guru, berdasarkan pengetahuannya itu guru dapat memberikan pengertian konsep tersebut kepada seluruh siswa.

Demikianlah beberapa tambahan informasi tentang konsep. Bagaimanakah halnya dengan generalisasi? Generalisasi diantaranya berikut ini:

1) .. Berbagai hubungan antara negara terjadi karena adanya hubungan dagang, pelayanan, dan gagasan-gagasan;

2) .. Kondisi alamiah tentu cenderung membuat kelompok terisolasi sampai adanya pengembangan teknologi yang dapat memecahkan barrier itu.

Demikianlah beberapa peristiwa, fakta, konsep serta generalisasi yang dapat diungkapkan disini dari topic-topik tersebut diatas, pengungkapan itu hanya sebagai contoh latihan, untuk selanjutnya harus dikembangkan oleh anda sendiri sesuai dengan tugas anda di lapangan.

Untuk memperdalam pemahaman anda mengenai materi diatas, kerjakanlah latihan berikut:

1) .. Deskripsikanlah secara jelas mengenai karakteristik pembelajaran IPS di kelas tinggi di SD.

2) .. Anda membentuk kelompok menjadi 6 kelompok

3) .. Tugas kelompok

Mengembangkan pokok-pokok materi untuk tiap topic dalam kurikulum IPS SD 2006 khususnya kelas 4,5 dan 6 yang tersebar dalam tiap semester, sebagai berikut dengan pendekatan struktur peristiwa-fakta-konsep generalisasi sehingga tercermin kaitannya:

Kelompok 1 : Semester 1 Kelas 4

Kelompok 2 : Semester 2 Kelas 4

Kelompok 3 : Semester 1 Kelas 5

Kelompok 4 : Semester 2 Kelas 5

Kelompok 5 : Semester 1 Kelas 6

Kelompok 6 : Semester 2 Kelas 6

1)... Diharapkan Peristiwa, fakta, konsep-konsep yang anda kembangkan merupakan hasil pemikiran anda dengan mengacu kepada buku sumber serta sumber-sumber lainnya.

2)... Diskusikan dengan teman sekelas agar diperoleh masukan yang dapat memperluas dan memperdalam wawasan anda mengenal materi yang anda kembangkan tersebut.

No comments:

Post a Comment