BAB I
KARAKTERISTIK, PERISTIWA, FAKTA, KONSEP
DAN GENERALISASI ILMU-ILMU SOSIAL DALAM
KURIKULUM IPS SD.
Oleh : Antonius Gultom
A. Karakteristik
Pembelajaran IPS SD Kelas Lanjut
Apabila kita perhatikan dengan
teliti dan cermat bahwa inti proses pembelajaran siswa kelas lanjut (kelas IV, V, dan VI)
di Sekolah Dasar (SD) adalah merupakan suatu proses pembelajaran yang
dilaksanakan secara logis dan sistematis untuk mempelajari tentang konsep dan generalisasi
sehingga penerapannya (menyelesaikan soal, menggabungkan, menghubungkan,
memisahkan, menyusun, menderetkan, melipat, dan membagi) dapat dilaksanakan
oleh siswa kelas lanjut Sekolah Dasar (SD).
Dalam proses pembelajaran di kelas lanjut Sekolah Dasar (SD)
dapat digunakan dan dilakukan berbagai strategi dan metode mengajar. Metode
mengajar yang dapat digunakan dan dilaksanakan guru dalam proses pembelajaran
kepada siswa kelas lanjut di Sekolah Dasar
adalah sebagai berikut : 1) ceramah, 2) tanya jawab, 3) diskusi, 4) simulasi
dan bermain peran, 5) pemecahan masalah, 6) karya wisata, 7) penugasan, 8)
proyek, 9) studi kasus, 10) proyek, 11) observasi dan pengamatan. Kemampuan-kemampuan
yang dicapai sesuai dengan indikator dari setiap penggunaan metode mengajar
pada proses pembelajaran IPS kelas lanjut di Sekolah Dasar (SD),
maka berikut ini akan disajikan penggunaan metode mengajar dan kemampuan yang
dicapai sesuai dengan indikator. Metode mengajar dan kemampuan yang dicapai,
yang telah disajikan pada uraian sebelumnya yaitu pembelajaran IPS di kelas
rendah tidak diulang lagi, sehingga sajian berikut ini hanya menjelaskan metode
mengajar yang belum ada pada proses pembelajaran di kelas rendah. Contohnya
metode ceramah, tanya jawab, diskusi, dan observasi dan pengamatan dapat juga
diterapkan pada pembelajaran IPS di kelas lanjut. Dengan
mengidentifikasi berbagai metode mengajar ini, tujuannya adalah agar guru dapat
menggunakan berbagai jenis metode mengajar dan sebagai acuan dalam
menetapkan metode dan strategi mengajar yang akan dilakukannya di kelas lanjut
di
Sekolah Dasar (SD). Di bawah ini ada beberapa
metode mengajar dan kemampuan yang dicapai sesuai dengan indikator pada proses
pembelajaran IPS kelas lanjut Sekolah Dasar (SD).
Tabel
1.1.
Metode
Mengajar dan Kemampuan Yang Dicapai Sesuai Dengan Indikator
No. |
Jenis Metode |
Kemampuan yang dapat dicapai sesuai indikator |
01. |
Simulasi |
Menjelaskan/ menerapkan/ menganalisis suatu konsep dan prinsip |
02. |
Pemecahan Masalah |
Menjelaskan/ menerapkan/ menganalisis konsep atau prosedur tertentu. |
03. |
Studi Kasus |
Menganalisis dan memecahkan masalah |
04. |
Bermain Peran |
Menerapkan suatu konsep/ prosedur yang harus dilakoni. |
05. |
Penugasan |
Melakukan sesuatu tugas |
06. |
Karya Wisata |
Penyajian di luar kelas ke objek materi. |
07. |
Proyek |
Melakukan sesuatu/ menyusun laporan |
Pemilihan metode pembelajaran oleh guru dan calon guru pada
proses pembelajaran materi IPS ataupun pada materi pembelajaran IPS yang lain
perlu mempertimbangkan jumlah siswa, alat, fasilitas, biaya, dan waktu.
Pada pembelajaran IPS siswa kelas lanjut di Sekolah Dasar (SD)
guru dapat membimbing siswa dengan menggunakan pembelajaran Konstruktivisme
yaitu mencari, menemukan, menggolongkan, menyusun, melakukan, mengkaji, dan
menyimpulkan sendiri atau berkelompok dari substansi apa yang sedang
dipelajarinya. Menurut Piaget bahwa siswa kelas 6 (enam) Sekolah Dasar (SD)
yang telah mencapai usia 11 (sebelas) tahun telah memahami fase perkembangan
operasional
formal. Artinya, suatu perkembangan kognitif yang menunjukkan bahwa siswa sudah
memiliki kemampuan berpikir tinggi atau bepikir ilmiah. Dengan demikian siswa
kelas V dan VI pembelajaran kepadanya sudah dapat menggunakan pendekatan
ilmiah.
Pengembangan sikap ilmiah pada siswa kelas lanjut di Sekolah Dasar (SD)
dapat dilakukan dengan cara menciptakan pembelajaran yang memungkinkan siswa
berani berargumentasi dan mengajukan pertnyaan-pertanyaan, mendorong siswa
supaya memiliki rasa ingin mengetahui, memiliki tingkah laku dan sikap jujur
terhadap dirinya sendiri dan orang lain.
Pada proses pembelajaran IPS kelas lanjut di Sekolah Dasar (SD)
sesungguhnya menghadapkan siswa pada konsep dan generalisasi, sehingga
penerapannya yaitu meliputi
penyelesaian
tugas-tugas,
menggabungkan,
menghubungkan,
memisahkan, menyusun, mendesain, mengekspresikan, menderetkan, menafsirkan,
memprediksi, menyimpulkan, dan mengumpulkan data. Demikian pula halnya dengan
pengembangan sikap ilmiah, maka dalam proses pembelajaran IPS diupayakan agar
siswa mampu melakukan pemecahan masalah melalui kerja saintifik, menghasilkan
teknologi bermanfaat yang ramah lingkungan, serta melakukan kreatifitas yang
sesuai dengan tingkat perkembangannya. Guru dapat meningkatkan sikap ilmiah
dengan memperhatikan saling keterkaitan antar sains, teknologi, lingkungan, dan
masyarakat yang produktif dan ekonomis.
Hal-hal berikut ini merupakan contoh kegiatan belajar yang
dapat dilakukan di dalam pembelajaran IPS kepada siswa kelas lanjut di Sekolah Dasar (SD),
yaitu:
1) .. Mendeskripsikan
aturan-aturan yang berlaku dilingkungan keluarga;
2) .. Mendiskripsikan
pertuturan atau silsilah dalam lingkungan keluarga;
3) .. Membandingkan
kelompok-kelompok sosial yang ada di masyarakat;
4) .. Melakukan
diskusi kelompok tentang terjadinya jual beli;
5) .. Menafsirkan
peninggalan-peninggalan sejarah;
6) .. Menyajikan
hubungan antar sumber daya alam dengan kegiatan ekonomi masyarakat setempat;
7) .. Mendeskrifsikan
pemanfaatan sumber daya alam yang dapat diperbaharui dengan sumber daya alam
yang tidak dapat diperbaharui;
8)... Memahami
sejarah kebangkitan nasional, sejarah perjuangan bangsa dalam mencapai
kemerdekaan dan perjuangan mempertahankan kemerdekaan;
9)... Melakukan
diskusi tentang makna sistem perekonomian koperasi bagi kehidupan kelompok di
masyarakat;
10)Menggambarkan denah lingkungan tempat tinggal siswa dan
lingkungan sekolah dan lain-lain.
Sesuai dengan penjelasan di atas tergambarlah bahwa
pembelajaran IPS kepada siswa kelas lanjut di Sekolah Dasar (SD)
banyak menggunakan pembelajaran yang berbasis masalah, menggunakan pendekatan
konstruktivis, melakukan aktivitas menyelidiki, meneliti, dan membandingkan, di
samping masih tetap menggunakan metode-metode mengajar seperti: ceramah, tanya
jawab, dan diskusi. Jadi Karakteristik pembelajaran IPS kelas lanjut di Sekolah Dasar (SD)
adalah menuntut tingginya aktivitas siswa, kemampuan siswa dalam melaksanakan
kegiatan pembelajaran seperti melakukan proses penyelidikan, melakukan
pemecahan masalah dan sebagainya; maka guru harus mengarahkan siswa untuk
memiliki sikap ilmiah. Hal inilah yang menyebabkan guru IPS itu kaya akan
pengalaman dan kemampuan mengajar serta mampu mengarahkan belajar siswa agar
dapat dicapai secara efektif melalui pembelajaran di Sekolah Dasar (SD).
B. Peristiwa
Pertama-tama marilah kita
bicarakan pengertian peristiwa dalam ilmu pengetahuan sosial secara sederhana
peristiwa atau kejadian adalah hal-hal yang pernah
terjadi, apakah yang terjadi itu? Yakni semua kejadian di atas muka bumi ini (bahkan
di alam semesta) yang menyangkut kehidupan manusia.
Peristiwa atau kejadian ada yang bersifat alamiah, seperti
gunung meletus, banjir, tsunami, gempa bumi, gerhana matahari, dan sebagainya.
Juga terdapat peristiwa yang bersifat insaniah, yakni peristiwa yang berkaitan
dengan aktivitas umat manusia, seperti pembangunan jembatan, skandal korupsi,
pemilu, krisis moneter, inflasi, reformasi dan sebagainya.
Sungguhpun peristiwa merupakan suatu kejadian yang
benar-benar dan pernah terjadi, tetapi masih perlu dibuktikan kebenarannya. Hal
ini dikarenakan peristiwa biasanya sudah menjadi sejarah, yakni kejadian yang
sudah terjadi di masa lalu. Peristiwa yang telah diuji kebenarannya itulah yang
disebut fakta.
Sebagai guru perlu kiranya mencari upaya untuk lebih
menjelaskan pengertian peristiwa ini dengan cara sederhana kepada anak didik
kita yang masih di bangku sekolah tingkat SD, misalnya dengan memberikan
pertanyaan kepada siswa, seperti berikut ini :
1)... Coba kamu sebutkan
kejadian yang terjadi di rumahmu pada hari kemarin?
2)... Siapakah yang menonton
acara televisi pada hari kemarin, ada berita kejadian apa raja?
3)... Untuk anak laki-laki,
tahun berapakah disunat?
4)... Ceritakan pengalamanmu
ketika masa liburan sekolah, ada kejadian apa saja?
5)... Apakah tugas kamu
dirumah?
6)... Dan seterusnya.
C. Fakta
Secara harfiah kata “Fakta” berarti
sesuatu yang telah diketahui atau telah terjadi benar, ada. Bisa juga diartikan
bahwa itu adalah sesuatu yang dipercaya atau apa yang benar dan merupakan
kenyataan, realitas yang real, benar dan juga merupakan kenyataan yang nyata.
Tentu ada pertanyaan mengapa fakta
itu penting sehingga tidak dapat diabaikan? Pertanyaan ini diajukan dalam
kaitannya dengan pembahasan Ilmu Pengetahuan Sosial. Didalam sains, fakta mempunyai
makna tersendiri. Fakta merupakan hasil observasi yang bisa
dibuktikan secara empiris karena itu sifat fakta bukan hasil perolehan secara
acak, memiliki relevansi dan berkaitan dengan teori. Perkembangan ilmu
pengetahuan, jadi juga perkembangan Studi Sosial, terjadi karena adanya
interaksi antara fakta dan teori. Fakta dapat menyebabkan lahirnya teori baru,
fakta juga dapat merupakan alasan untuk menolak teori baru, fakta juga dapat
mendorong untuk mempertajam rumusan teori yang telah ada. Di pihak lain, teori
dapat membatasi fakta dalam rangka mengarahkan penelitian, teori merangkum
fakta dalam bentuk generalisasi dan prinsip-prinsip agar fakta lebih mudah
dapat dipahami. Bahkan lebih jauh dari itu, teori dapat meramalkan fakta-fakta yang akan terjadi
berdasarkan prediksi keilmuan.
Menurut Banks (1985:81) fakta
merupakan pernyataan positif dan rumusannya sederhana. Fakta juga adalah data
actual, contohnya berikut ini:
1)... Jakarta adalah ibu kota
Negara Republik Indonesia;
2)... Jarak antara kota A ke
B adalah 150 Km;
3)... Bumi berputar
mengelilingi matahari.
Ada kalanya guru perlu mencari
upaya untuk lebih menjelaskan pengertian fakta ini dengan cara sederhana,
misalnya dengan memberikan pertanyaan kepada siswa :
1)... Coba kamu hitung berapa jumlah murid kelas yang hadir hari
ini!
2)... Siapakah nama Kepala Sekolah kita?
3)... Ada berapa ruangan belajar yang dimiliki sekolah ini?
4)... Coba perhatikan keadaan cuaca di luar, bagaimana
keadaannya?
5)... Apakah tugas kamu dirumah?
6)... Dan seterusnya.
Jawaban-jawaban siswa itu merupakan fakta. Misalnya,
berikut ini :
1)... Siswa yang hadir
sekarang ini ada 31 orang.
2)... Kepala Sekolah kita
namanya Ibu Nani
3)... Sekolah kita memiliki 6
ruangan belajar
4)... Keadaan cuaca di luar
cukup cerah
5)... Tugas saya di rumah
adalah membantu ibu, antara lain membersihkan rumah, menyapu halaman.
Anak-anak menyadari bahwa fakta itu
amat banyak, tak terhitung jumlahnya. Ada factor berupa data-data, misalnya keadaan
penduduk di sebuah desa, ada fakta yang tampak sebagaimana keadaannya, misalnya
kondisi jalan, kondisi bangunan, dan sebagainya. Ada juga fakta sebagai hasil
pengamatan secara lebih khusus, misalnya tentang pendapatan rata-rata penduduk
sebuah kampung, mata pencaharian desa Adalah dan seterusnya.
Namun demikian, perlu disadari
bahwa fakta bukan tujuan akhir dari pengajaran IPS. Pengetahuan yang hanya
bertumpu kepada fakta akan sangat terbatas sebab:
1)... Kemampuan kita untuk
mengingat sangat terbatas;
2)... Fakta itu bisa berubah
pada suatu waktu, misalnya tentang perubahan iklim suatu kota,
perubahan bentuk pemerintahan dan sebagainya;
3)... Fakta hanya berkenaan
dengan situasi khusus.
D. Konsep
Konsep adalah suatu istilah, pengungkapan abstrak yang
digunakan untuk tujuan mengklasifikasikan atau mengkategorikan suatu kelompok
dari suatu (benda), gagasan atau peristiwa. Misalnya, kita katakan binatang
klasifikasi dari jenis-jenis makhluk yang disebutkan di atas. Jika kita
sebutkan kata “keluarga” maka ke dalam konsep keluarga itu termasuk bapak, ibu,
anak-anak, saudara, dan sebagainya.
Bagaimana dan mengapa kita mempelajari konsep? Pertanyaan
ini penting dikemukakan dalam kajian Ilmu Pengetahuan Konsep Sosial. Membentuk
konsep merupakan tugas intelektual, dan itu tidak mudah. Namun demikian, perlu
disadari bahwa sesungguhnya anak telah belajar konsep sejak sebelum masuk
sekolah, sesuatu dengan tingkat perkembangan kemampuan berpikirnya. Tentu saja
berbeda dengan belajar konsep disekolah. Di sekolah mereka belajar konsep
yang
semakin abstrak sifatnya atau simbolis. Misalnya, mereka belajar tentang konsep
keluarga. Di kelas tinggi mungkin menggunakan diagram, dengan menggunakan
bermacam symbol untuk mempolakan keluarga dalam kaitan yang lebih luas.
Telah dikemukakan di atas bahwa membentuk konsep pada diri
anak tidaklah mudah. Hal itu disebabkan bahwa untuk mencapai tujuan tersebut
diperlukan kemampuan memilih kelompok yang diobservasi berdasarkan satu atau
lebih karakteristik umum, agar dapat mengabstraksikan dan membuat generalisasi.
Dengan singkat dapat disimpulkan bahwa konseptualisasi adalah proses
mengkategorisasikan, dan memberi nama pada sekelompok objek.
E. Generalisasi
Dan bagan hubungan antar peristiwa, fakta, konsep dan
generalisasi dapat disimpulkan, bahwa konsep menghubungkan fakta-fakta, dan
generalisasi menghubungkan beberapa konsep. Dengan hubungan itu terbentuklah
pola hubungan yang mempunyai makna, yang menggambarkan hasil pemikiran yang
lebih tinggi. Hasil pemikiran tersebut bisa merupakan kemungkinan yang akan
terjadi atau kepastian.
Kita dapat mengambil beberapa kesimpulan tentang
generalisasi jika diperbandingkan dengan konsep, yaitu berikut ini:
1) .. Generalisasi adalah
prinsip-prinsip atau rules (aturan) yang dinyatakan dalam kalimat tidak di
dalam kalimat yang sempurna;
2) .. Generalisasi memiliki
dalil, konsep tidak;
3) .. Generalisasi adalah
objektif dan impersonal, sedangkan konsep subjektif dan personal (berbeda
antara seseorang dan lainnya);
4) .. Generalisasi memiliki
aplikasi universal, sedangkan konsep terbatas pada orang tertentu.
Seperti telah anda pahami setiap
disiplin ilmu memiliki fakta, konsep dan generalisasi yang menggunakan
pendekatan multidisipliner dan memanfaatkan konsep-konsep disiplin lainnya
dalam ilmu sosial.
Perlu anda ketahui pula bahwa
pengertian generalisasi dalam sejarah berbeda dengan generalisasi dalam
disiplin ilmu social lainnya. Oleh karena sifatnya yang unik yang menunjukkan
bawah peristiwa sejarah itu tidak terulang lagi (einmahlig) maka generalisasi
dalam sejarah ada juga kemungkinan perulangan, dalam arti bahwa yang berulang
itu adalah hal-hal yang berkaitan dengan pola perilaku manusia yang
berorientasi nilai, system social, kebutuhan ekonomi, kecenderungan psikologis,
dan selanjutnya (Rochiati 2006:6).
Jadi, yang terjadi adalah kecenderungan
terjadi “perulangan” tersebut maka dapatlah dikemukakan semacam generalisasi
dalam sejarah. Dengan mengacu kepada Jarolimec (1986:29) Rochiati mengemukakan
adanya empat jenis generalisasi yang diperlukan dalam kajian sejarah dalam IPS,
yaitu generalisasi deskripsi, sebab akibat, acuan nilai dan prinsip universal.
Contohnya adalah berikut ini:
1) .. Pada umumnya
pusat-pusat kerajaan terletak di tepi sungai (generalisasi deskriptif);
2) .. Di dalam revolusi,
apabila golongan ekstrem berhasil merebut kekuasaan maka akan berlangsung
pementahan terror (generalisasi sebab akibat);
3) .. Raja adil raja
disembah, raja lalim raja disanggah (generalisasi acuan nilai).;
4) .. Kapasitas sebuah bangsa
untuk memodelisasikan diri tergantung pada potensi sumber daya alamnya,
kualitas manusianya dan orientasi nilai para pelaku sejarahnya (generalisasi
prinsip universal).
Demikian kekhasan generalisasi
sejarah di dalam konteks IPS. Generalisasi tersebut bukan untuk dihafalkan
melainkan untuk dipahami, dan kemampuan itu diperkenalkan gagasan-gagasan dan
pemikiran-pemikiran yang sesuai dengan kemampuan berpikir siswa sehingga mereka
dapat berlatih untuk mengaplikasikan gagasan tersebut dalam menghadapi
permasalahan yang berkaitan dengan sejarah.
Kita telah membahas penjelasan
tentang pengertian peristiwa, fakta, konsep dan generalisasi serta hubungan
antara keempatnya. Diharapkan pemahaman anda semakin bertambah luas sehingga
memperoleh pengertian yang lebih jelas. Di atas juga telah dikemukakan beberapa
contoh tentang peristiwa, fakta, konsep dan genetalisasi yang berdasarkan
konsep dasar tersebut.
Seperti telah dikemukakan diatas,
tugas guru adalah mengembangkan pengertian konsep dan generalisasi ini
bersamaan dengan itu juga mengembangkan kemampuannya untuk mengenal
konsep-konsep esensial dan konsep-konsep lainnya danjuga untuk mengembangkan
kemampuan merumuskan generalisasi sesuai dengan kemampuan berpikir siswa.
Marilah kita mencoba
mengidentifikasi peristiwa, fakta, konsep dan generalisasi ilmu-ilmu social
dalam kurikulum IPS SD 2006 untuk kelas 4,5 dan 6. Sudah barang tentu tidak
mungkin semua fakta, konsep dan generalisasi yang terkandung dalam kurikulum
tersebut diungkapkan disini. Peristiwa, fakta, konsep dan generalisasi dimaksud
amat banyak jumlahnya.
Kembali pada pertanyaan kita di
atas bahwa pijakan utama kegiatan belajar mengajar adalah Kurikulum IPS SD 2006
maka seyogianyalah kita perlu mengidentifikasi berbagai peristiwa dan
fakta-fakta ini dalam kandungan kurikulum tersebut.
Bagaimanakah kita memilih peristiwa
dan fakta?
Memang sulit menentukan kriteria
esensial-nya sebuah peristiwa dan fakta. Mana peristiwa dan fakta yang paling
menurut siswa mungkin berbeda dengan pandangan guru atau bahkan pandangan
ahlinya. Bagi guru mungkin pertimbangan psikologis atau logika mengenai
pentingnya sebuah peristiwa dan fakta dapat diterima.
Yang penting adalah bahwa peristiwa
adalah dasar pembentukan untuk menjadi fakta-fakta, konsep, dan generalisasi.
Diatas telah dikemukakan secara sepintas pengertian konsep. Marilah kita
lanjutkan pembahasan tentang konsep ini agar mendapat gambaran lebih jelas.
Tujuan konseptual dari IPS adalah berkenaan dengan pengembangan pemahaman dasar
tentang dunia sekitar kita dan fungsifungsinya. Konsep dan generalisasi itulah
yang membantu kita untuk memperoleh pemahaman yang
komprehensif tentang kerangka berfikir IPS, agar kita memilih cara yang teratur
untuk menerjemahkan apa yang terjadi di dunia kita ini, di dalam kehidupan
manusia ini.
Dengan pemahaman tersebut kita
dapat mengerti bagaimana orang berinteraksi secara social, ekonomi, politik dan
sesamanya. Bagaimana orang berinteraksi dengan dunia sekitarnya. Tujuan
akademisnya berkenaan dengan peningkatan pemahaman kita tentang dunia kita.
Demikianlah, konsep diciptakan
manusia untuk memenuhi keperluankeperluan dalam hidupnya dalam menyampaikan apa
yang dipikirkannya. Oleh sebab itu, dan lingkungan kehidupan. Untuk lebih
menjelaskan pengertian tentang konsep, berikut ini dikemukakan beberapa
sifatnya:
1) .. Konsep itu bersifat
abstrak. Ia merupakan gambaran mental tentang benda, peristiwa atau kegiatan,
misalnya kita mendengarkan kata “kelompok”, kita bisa membayangkan apa kelompok
itu, bukan?
2) .. Konsep itu merupakan
“kumpulan” dari benda-benda yang memiliki karakteristik atau kualitas secara
umum.
3) .. Konsep itu bersifat
personal, pemahaman orang tentang konsep “kelompok”, misalnya mungkin berbeda
dengan pemahaman orang lain.
4) .. Konsep dipelajari
melalui pengalaman, dengan belajar.Konsep bukan persoalan arti kata, seperti di
dalam kamus. Kamus mempunyai makna lain yang lebih luas.
Dalam konsep ada makna denotatif
dan makna konotatif. Makna denotatif berkenaan arti kata, seperti pada kamus,
misalnya arti kata revolusi adalah perubahan cepat dalam hal prosedur,
kebiasaan, lembaga dan seterusnuya. Revolusi juga mempunyai makna konotatif,
antara lain berikut ini:
1) .. Makna revolusi
merangkum makna denotatif.
2) .. Revolusi tidak sama
dengan pemberontakan, melainkan kejadian yang penting yang telah direncanakan dan
diatur secara sungguh-sungguh.
3) .. Konsep revolusi itu
mencakup kepemimpinan, baik oleh kelompok atau oleh perseorangan.
4) .. Revolusi juga berarti
menentang segala sesuatu, apakah itu orang lembaga, lebih jauh bukan hanya
menentang tetapi juga melawan dengan kekuatan.
Inilah arti revolusi dalam
pengertian konsep. Siswa harus memahami makna konsep ini. Dalam perkembangan
lebih lanjut para siswa akan memiliki pemahaman yang benar tentang arti konsep
dalam revolusi republic, cabinet dan seterusnya.
Jika mereka tidak memperoleh
informasi yang benar tentang makna yang terkandung di dalam konsep-konsep tersebut, mereka
akan memberi arti secara menggelikkan. Contoh lain, misalnya konsep Perang
Dingin apakah perang itu perang di daerah Kutub Utara? (Womarck 1970 : 32).
Pengajaran konsep di sekolah
sesungguhnya dalam rangka memahami makna konotatif karena itu pengajaran konsep
harus:
1) .. Diberikan dalam sesuatu
konteks bukan diterangkan tanpa ada kaitan dengan sesuatu, seperti kita
menjelaskan arti dan sesuatu istilah atau kata.
2) .. Siswa harus diberi
kesempatan untuk sampai kepada pengertiannya sendiri tentang sesuatu konsep,
tentunya dengan bimbingan guru. Misalnya, guru menyuruh mereka mendekripsikan
sendiri.
3) .. Siswa harus membacanya
sendiri, mendengarkan penjelasan dan segera menuliskan makna konsep setelah
diperkenalkan.
Pada siswa kelas 4,5 dan 6,
biasanya mereka sudah dapat menentukan klasifikasi berdasarkan pemikiran logis.
Misalnya, orang yang berpakaian seragam hijau adalah tentara, yang tidak
berseragam seperti itu bukan tentara.
Kemampuan mengklasifikasikan
sesuatu dari anak-anak SD pada umumnya berkembang bertahap sebagai berikut:
1) .. Mereka dapat
mengklasifikasikan benda berdasarkan pengalaman langsung (operasi formal).
2) .. Pada saat beranjak
kemampuannya kepada “operasi konkret” mereka sudah bisa memecah grup ke dalam
sub grupnya walaupun masih dalam keadaan belum jelas.
3) .. Pada perkembangan
berikutnya mereka sudah dapat melakukan klasifikasi, dan menyadari bahwa
sesuatu itu bisa diklasifikasikan pada kelompok yang berbeda.
Dalam belajar konsep selain
Klasifikasi, ada tahap asimilasi dan akomodasi. Siswa akan menangkap makna
sesuatu konsep jika di dalam dirinya sudah ada “mental map” sehingga sesuatu
konsep (yang dianggap sebagai sesuatu yang baru) dapat ditangkap maknanya dan
ini adalah tahap asimilasi. Adakalanya siswa menghadapi sesuatu konsep,
sementara pada dirinya belum ada “mental map” tersebut. Seakan akan pada
dirinya belum ada “kapstok” untuk “menyangkutkan” konsep baru tersebut, inilah
tahap akomodasi. Tahap inilah yang penting dalam belajar konsep.
Perlu disadari pula bahwa dalam
kenyataannya, tahap pemilikan asimilasi siswa tidaklah sama. Asimilasi pada
seseorang belum tentu juga asimilasi bagi yang lainnya. Hal inilah yang perlu
diketahui guru, berdasarkan pengetahuannya itu guru dapat memberikan pengertian
konsep tersebut kepada seluruh siswa.
Demikianlah beberapa tambahan
informasi tentang konsep. Bagaimanakah halnya dengan generalisasi? Generalisasi
diantaranya berikut ini:
1) .. Berbagai hubungan
antara negara terjadi karena adanya hubungan dagang, pelayanan, dan gagasan-gagasan;
2) .. Kondisi alamiah tentu
cenderung membuat kelompok terisolasi sampai adanya pengembangan teknologi yang
dapat memecahkan barrier itu.
Demikianlah beberapa peristiwa,
fakta, konsep serta generalisasi yang dapat diungkapkan disini dari topic-topik
tersebut diatas, pengungkapan itu hanya sebagai contoh latihan, untuk
selanjutnya harus dikembangkan oleh anda sendiri sesuai dengan tugas anda di
lapangan.
Untuk memperdalam pemahaman anda
mengenai materi diatas, kerjakanlah latihan berikut:
1) .. Deskripsikanlah secara
jelas mengenai karakteristik pembelajaran IPS di kelas tinggi di SD.
2) .. Anda membentuk kelompok
menjadi 6 kelompok
3) .. Tugas kelompok
Mengembangkan pokok-pokok materi
untuk tiap topic dalam kurikulum IPS SD 2006 khususnya kelas 4,5 dan 6 yang
tersebar dalam tiap semester, sebagai berikut dengan pendekatan struktur
peristiwa-fakta-konsep generalisasi sehingga tercermin kaitannya:
Kelompok 1 : Semester 1 Kelas 4
Kelompok 2 : Semester 2 Kelas 4
Kelompok 3 : Semester 1 Kelas 5
Kelompok 4 : Semester 2 Kelas 5
Kelompok 5 : Semester 1 Kelas 6
Kelompok 6 : Semester 2 Kelas 6
1)... Diharapkan Peristiwa,
fakta, konsep-konsep yang anda kembangkan merupakan hasil pemikiran anda dengan
mengacu kepada buku sumber serta sumber-sumber lainnya.
2)... Diskusikan dengan teman
sekelas agar diperoleh masukan yang dapat memperluas dan memperdalam wawasan
anda mengenal materi yang anda kembangkan tersebut.
No comments:
Post a Comment