Thursday, October 6, 2022

KARAKTERISTIK, RUANG LINGKUP DAN MODEL EVALUASI PEMBELAJARAN

 

BAB II

KARAKTERISTIK, RUANG LINGKUP DAN MODEL

EVALUASI PEMBELAJARAN


A. Karakteristik Alat Ukur yang Baik

Evaluasi tidak dapat dipisahkan dari pembelajaran, sehingga guru mau tidak mau harus melakukan evaluasi pembelajaran. Melalui evaluasi, Anda dapat melihat tingkat kemampuan peserta didik, baik secara kelompok maupun individual. Evaluasi sangat berguna untuk meningkatkan kualitas proses dan hasil pembelajaran. Pentingnya evaluasi dalam pembelajaran, dapat dilihat dari tujuan dan fungsi evaluasi maupun sistem pembelajaran itu sendiri. Anda juga dapat melihat berbagai perkembangan hasil belajar peserta ddik, baik yang yang menyangkut domain kognitif, afektif maupun psikomotor. Pada akhirnya, guru akan memperoleh gambaran tentang keefektifan proses pembelajaran. Setelah Anda memahami pentingnya evaluasi dalam kegiatan pembelajaran di sekolah, tentunya Anda juga perlu tahu apa karakteristik dari alat ukur yang baik.

Pemahaman tentang alat ukur ini menjadi penting karena dalam praktik evaluasi atau penilaian di sekolah, pada umumnya guru melakukan proses pengukuran. Dalam pengukuran tentu harus ada alat ukur (instrumen), baik yang berbentuk tes maupun nontes. Alat ukur tersebut ada yang baik, ada pula yang kurang baik. Alat ukur yang baik adalah alat ukur yang memenuhi syarat-syarat atau kaidah-kaidah tertentu, dapat memberikan data yang akurat sesuai dengan fungsinya, dan hanya mengukur sampel prilaku tertentu. Secara sederhana, Zainal Arifin (2011 ) mengemukakan karakteristik instrumen evaluasi yang baik adalah “valid, reliabel, relevan, representatif, praktis, deskriminatif, spesifik dan proporsional”.

1. Valid, artinya suatu alat ukur dapat dikatakan valid jika betul-betul mengukur apa yang hendak diukur secara tepat. Misalnya, alat ukur matapelajaran Ilmu Fiqih, maka alat ukur tersebut harus betul-betul dan hanya mengukur kemampuan peserta didik dalam mempelajari Ilmu Fiqih, tidak boleh dicampuradukkan dengan materi pelajaran yang lain. Validitas suatu alat ukur dapat ditinjau dari berbagai segi, antara lain validitas ramalan (predictive validity), validitas bandingan (concurent validity), dan validitas isi (content validity), validitas konstruk (construct validity), dan lain-lain. Penjelasan tentang validitas ini dapat Anda baca uraian modul berikutnya.

2. Reliabel, artinya suatu alat ukur dapat dikatakan reliabel atau handal jika ia mempunyai hasil yang taat asas (consistent). Misalnya, suatu alat ukur diberikan kepada sekelompok peserta didik saat ini, kemudian diberikan lagi kepada sekelompok peserta didik yang sama pada saat yang akan datang, dan ternyata hasilnya sama atau mendekati sama, maka dapat dikatakan alat ukur tersebut mempunyai tingkat reliabilitas yang tinggi.

3. Relevan, artinya alat ukur yang digunakan harus sesuai dengan standar kompetensi,   kompetensi dasar, dan indikator yang telah ditetapkan. Alat ukur juga harus sesuai dengan domain hasil belajar, seperti domain kognitif, afektif, dan psikomotor. Jangan sampai ingin mengukur domain kognitif menggunakan alat ukur non-tes. Hal ini tentu tidak relevan.

4. Representatif, artinya materi alat ukur harus betul-betul mewakili dari seluruh materi yang disampaikan. Hal ini dapat dilakukan bila guru menggunakan silabus sebagai acuan pemilihan materi tes. Guru juga harus memperhatikan proses seleksi materi, mana materi yang bersifat aplikatif dan mana yang tidak, mana yang penting dan mana yang tidak.

5. Praktis, artinya mudah digunakan. Jika alat ukur itu sudah memenuhi syarat tetapi sukar digunakan, berarti tidak praktis. Kepraktisan ini bukan hanya dilihat dari pembuat alat ukur (guru), tetapi juga bagi orang lain yang ingin menggunakan alat ukur tersebut.

6. Deskriminatif, artinya adalah alat ukur itu harus disusun sedemikian rupa, sehingga dapat menunjukkan perbedaan-perbedaan yang sekecil apapun. Semakin baik suatu alat ukur, maka semakin mampu alat ukur tersebut menunjukkan perbedaan secara teliti. Untuk mengetahui apakah suatu alat ukur cukup deskriminatif atau tidak, biasanya didasarkan atas uji daya pembeda alat ukur tersebut.

7. Spesifik, artinya suatu alat ukur disusun dan digunakan khusus untuk objek yang diukur. Jika alat ukur tersebut menggunakan tes, maka jawaban tes jangan menimbulkan ambivalensi atau spekulasi.

8. Proporsional, artinya suatu alat ukur harus memiliki tingkat kesulitan yang proporsional antara sulit, sedang dan mudah. Begitu juga ketika menentukan jenis alat ukur, baik tes maupun non-tes.

Ciri-ciri evaluasi yang baik adalah “evaluasi dan hasil langsung, evaluasi dan transfer, dan evaluasi langsung dari proses belajar”.

1. Evaluasi dan hasil Langsung.

               Dalam proses pembelajaran, guru sering melakukan kegiatan evaluasi, baik ketika proses pembelajaran sedang berlangsung maupun ketika sesudah proses pembelajaran selesai. Jika evaluasi diadakan ketika proses pembelajaran sedang berlangsung, maka guru ingin mengetahui keefektifan dan kesesuaian strategi pembelajaran dengan tujuan yang ingin dicapai. Jika evaluasi dilakukan sesudah proses pembelajaran selesai, berarti guru ingin mengetahui hasil atau prestasi belajar yang diperoleh peserta didik.

2. Evaluasi dan transfer.

            Hal penting yang berkenaan dengan proses belajar adalah kemungkinan mentransfer hasil yang dipelajari ke dalam situasi yang fungsional. Dasar pemikiran ini merupakan asas psikologis yang logis dan rasional. Apabila suatu hasil belajar tidak dapat ditransfer dan hanya dapat digunakan dalam satu situasi tertentu saja, maka hasil belajar itu disebut hasil belajar palsu. Sebaliknya, jika suatu hasil belajar dapat ditransfer kepada penggunaan yang aktual, maka hasil belajar itu disebut hasil belajar otentik. Jadi, evaluasi yang baik harus mengukur hasil belajar yang otentik dan kemungkinan dapat ditransfer.

               Dalam penelitian sering ditemui hasil-hasil pembelajaran yang dicapai tampaknya baik, tetapi sebenarnya hasil itu palsu. Peserta didik dapat mengucapkan kata-kata yang dihafalkan dari buku pelajarannya, tetapi mereka tidak dapat menggunakannya dalam situasi baru. Penguasaan materi pelajaran seperti ini tidak lebih dari “penguasaan beo”. Evaluasi yang menekankan pada hasil-hasil palsu, baik untuk informasi bagi peserta didik maupun untuk tujuan lain, berarti evaluasi itu palsu. Jika peserta didik hanya memiliki pengetahuan yang bersifat informatif, belum tentu menjamin pemahaman dan pengertiannya. Oleh karena itu, penekanan pada pengetahuan yang bersifat informatif tidak akan menghasilkan pola berpikir yang baik. Ada dua sebab mengapa hasil pembelajaran yang mengakibatkan dan berhubungan dengan proses transfer menjadi penting artinya dalam proses evaluasi:

Pertama, hasil-hasil itu menyatakan secara khusus dan sejelas-jelasnya kepada guru mengenai apa yang sebenarnya terjadi ataupun tidak terjadi, dan sampai dimana pula telah tercapai hasil belajar yang penuh makna serta otentik sifatnya.

Kedua, hasil belajar sangat erat hubungannya dengan tujuan peserta didik belajar, sehingga mempunyai efek yang sangat kuat terhadap pembentukan pola dan karakter belajar yang dilakukan peserta didik. Oleh karena itu, belajar hendaknya dilakukan untuk mendapatkan hasil-hasil yang dapat ditransfer dan setiap waktu dapat digunakan menurut keperluannya.

3. Evaluasi langsung dari proses belajar.

               Penelitian tentang proses belajar yang diikuti oleh peserta didik merupakan suatu hal yang sangat penting. Anda akan mengetahui dimana letak kesulitan peserta didik, kemudian mencari alternatif bagaimana mengatasi kesulitan tersebut. Di samping itu, penelitian tentang proses belajar bermanfaat juga bagi peserta didik itu sendiri. Peserta didik akan melihat kelemahannya, kemudian berusaha memperbaikinya, dan akhirnya dapat mempertinggi hasil belajarnya. Meneliti proses belajar seorang anak bukan pekerjaan yang mudah. Hal ini memerlukan waktu, tenaga, pemikiran, dan pengalaman. Anda dapat menggunakan suatu metode untuk menilai proses belajar dengan memperhatikan prinsip konteks, vokalisasi, sosialisasi, individualisasi, dan urutan (squence).

            Seorang peserta didik tidak dapat belajar dengan baik, karena ia tidak menggunakan konteks yang baik. Ia tidak menggunakan bermacam-macam sumber dan tidak menggunakan situasi-situasi yang konkrit. Peserta didik tidak dapat belajar dengan baik, karena tidak mempunyai fokus tertentu, misalnya tidak melihat masalah-masalah pokok yang harus dipecahkannya, atau mungkin pula tidak sesuai dengan bakat dan minatnya (individualisasi) serta tidak mendiskusikannya dengan orang lain (sosialisasi). Dalam evaluasi pembelajaran, Anda jangan terfokus kepada hasil belajar saja, tetapi juga harus memperhatikan transfer hasil belajar dan proses belajar yang dijalani oleh peserta didik.

 

B.     Ruang Lingkup Evaluasi Pembelajaran

      1. Ruang Lingkup Evaluasi Pembelajaran Dalam Perspektif Domain Hasil Belajar.

Menurut Benyamin S.Bloom, dkk (1956) hasil belajar dapat dikelompokkan ke dalam tiga domain, yaitu kognitif, afektif dan psikomotor. Setiap domain disusun menjadi beberapa jenjang kemampuan, mulai dari hal yang sederhana sampai dengan hal yang kompleks, mulai dari hal yang mudah sampai dengan hal yang sukar, dan mulai dari hal yang konkrit sampai dengan hal yang abstrak. Adapun rincian domain tersebut adalah sebagai berikut :

1. Domain kognitif (cognitive domain). Domain ini memiliki enam jenjang kemampuan, yaitu :

a. Pengetahuan (knowledge), yaitu jenjang kemampuan yang menuntut peserta didik untuk dapat mengenali atau mengetahui adanya konsep, prinsip, fakta atau istilah tanpa harus mengerti atau dapat menggunakannya. Kata kerja operasional yang dapat digunakan diantaranya : mendefinisikan, memberikan, mengidentifikasi, memberi nama, menyusun daftar, mencocokkan, menyebutkan, membuat garis besar, menyatakan, dan memilih.

b. Pemahaman (comprehension), yaitu jenjang kemampuan yang menuntut peserta didik untuk memahami atau mengerti tentang materi pelajaran yang disampaikan guru dan dapat memanfaatkannya tanpa harus menghubungkannya dengan hal-hal lain. Kemampuan ini dijabarkan lagi menjadi tiga, yakni menterjemahkan, menafsirkan, dan mengekstrapolasi. Kata kerja operasional yang dapat digunakan diantaranya : mengubah, mempertahankan, membedakan, memprakirakan, menjelaskan, menyimpulkan, memberi contoh, meramalkan, dan meningkatkan.

c. Penerapan (application), yaitu jenjang kemampuan yang menuntut peserta didik untuk menggunakan ide-ide umum, tata cara ataupun metode, prinsip dan teori-teori dalam situasi baru dan konkrit. Kata kerja operasional yang dapat digunakan diantaranya : mengubah, menghitung, mendemonstrasikan, mengungkapkan, mengerjakan dengan teliti, menjalankan, memanipulasikan, menghubungkan, menunjukkan, memecahkan, menggunakan.

d. Analisis (analysis), yaitu jenjang kemampuan yang menuntut peserta didik untuk menguraikan suatu situasi atau keadaan tertentu ke dalam unsur-unsur atau komponen pembentuknya. Kemampuan analisis dikelompokkan menjadi tiga, yaitu analisis unsur, analisis hubungan, dan analisis prinsip-prinsip yang terorganisasi. Kata kerja operasional yang dapat digunakan diantaranya : mengurai, membuat diagram, memisah-misahkan, menggambarkan kesimpulan, membuat garis besar, menghubungkan, merinci.

e. Sintesis (synthesis), yaitu jenjang kemampuan yang menuntut peserta didik untuk menghasilkan sesuatu yang baru dengan cara menggabungkan berbagai faktor. Hasil yang diperoleh dapat berupa tulisan, rencana atau mekanisme. Kata kerja operasional yang dapat digunakan diantaranya : menggolongkan, menggabungkan, memodifikasi, menghimpun, menciptakan, merencanakan, merekonstruksikan, menyusun, membangkitkan, mengorganisir, merevisi, menyimpulkan, menceritakan.

f. Evaluasi (evaluation), yaitu jenjang kemampuan yang menuntut peserta didik untuk dapat mengevaluasi suatu situasi, keadaan, pernyataan atau konsep berdasarkan kriteria tertentu. Hal penting dalam evaluasi ini adalah menciptakan kondisi sedemikian rupa, sehingga peserta didik mampu mengembangkan kriteria atau patokan untuk mengevaluasi sesuatu. Kata kerja operasional yang dapat digunakan diantaranya : menilai, membandingkan, mempertentangkan, mengeritik, membeda-bedakan, mempertimbangkan kebenaran, menyokong, menafsirkan, menduga.

2. Domain afektif (affective domain), yaitu internalisasi sikap yang menunjuk ke arah pertumbuhan batiniah dan terjadi bila peserta didik menjadi sadar tentang nilai yang diterima, kemudian mengambil sikap sehingga menjadi bagian dari dirinya dalam membentuk nilai dan menentukan tingkah laku. Domain afektif terdiri atas beberapa jenjang kemampuan, yaitu :

a. Kemauan menerima (receiving), yaitu jenjang kemampuan yang menuntut peserta didik untuk peka terhadap eksistensi fenomena atau rangsangan tertentu. Kepekaan ini diawali dengan penyadaran kemampuan untuk menerima dan memperhatikan. Kata kerja operasional yang dapat digunakan diantaranya : menanyakan, memilih, menggambarkan, mengikuti, memberikan, berpegang teguh, menjawab, menggunakan.

b. Kemauan menanggapi/menjawab (responding), yaitu jenjang kemampuan yang menuntut peserta didik untuk tidak hanya peka pada suatu fenomena tetapi juga bereaksi terhadap salah satu cara. Penekanannya pada kemauan peserta didik untuk menjawab secara sukarela, membaca tanpa ditugaskan. Kata kerja operasional yang dapat digunakan diantaranya : menjawab, membantu, memperbincangkan, memberi nama, menunjukkan, mempraktikkan, mengemukakan, membaca, melaporkan, menuliskan, memberitahu, mendiskusikan.

c. Menilai (valuing), yaitu jenjang kemampuan yang menuntut peserta didik untuk menilai suatu objek, fenomena atau tingkah laku tertentu secara konsisten. Kata kerja operasional yang digunakan diantaranya : melengkapi, menerangkan, membentuk, mengusulkan, mengambil bagian, dan memilih.

d. Organisasi (organization), yaitu jenjang kemampuan yang menuntut peserta didik untuk menyatukan nilai-nilai yang berbeda, memecahkan masalah, membentuk suatu sistem nilai. Kata kerja operasional yang dapat digunakan diantaranya : mengubah, mengatur, menggabungkan, membandingkan, mempertahankan, menggeneralisasikan, memodifikasi.

3. Domain psikomotor (psychomotor domain), yaitu kemampuan peserta didik yang berkaitan dengan gerakan tubuh atau bagian-bagiannya, mulai dari gerakan yang sederhana sampai dengan gerakan yang kompleks. Perubahan pola gerakan memakan waktu sekurang-kurangnya 30 menit. Kata kerja operasional yang digunakan harus sesuai dengan kelompok keterampilan masing-masing, yaitu :

a. Muscular or motor skill, yang meliputi : mempertontonkan gerak, menunjukkan hasil, melompat, menggerakkan, menampilkan.

b. Manipulations of materials or objects, yang meliputi : mereparasi, menyusun, membersihkan, menggeser, memindahkan, membentuk.

c. Neuromuscular coordination, yang meliputi : mengamati, menerapkan, menghubungkan, menggandeng, memadukan, memasang, memotong, menarik dan menggunakan.

Berdasarkan taksonomi Bloom di atas, maka kemampuan peserta didik dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu tingkat tinggi dan tingkat rendah. Kemampuan tingkat rendah terdiri atas pengetahuan, pemahaman, dan aplikasi, sedangkan kemampuan tingkat tinggi meliputi analisis, sintesis, evaluasi, dan kreatifitas. Dengan demikian, kegiatan peserta didik dalam menghafal termasuk kemampuan tingkat rendah. Dilihat cara berpikir, maka kemampuan berpikir tingkat tinggi dibagi menjadi dua, yaitu berpikir kritis dan berpikir kreatif. Berpikir kreatif adalah kemampuan melakukan generalisasi dengan menggabungkan, mengubah atau mengulang kembali keberadaan ide-ide tersebut. Sedangkan kemampuan berpikir kritis merupakan kemampuan memberikan rasionalisasi terhadap sesuatu dan mampu memberikan penilaian terhadap sesuatu tersebut. Rendahnya kemampuan peserta didik dalam berpikir, bahkan hanya dapat menghafal, tidak terlepas dari kebiasaan guru dalam melakukan evaluasi atau penilaian yang hanya mengukur tingkat kemampuan yang rendah saja melalui paper and pencil test. Peserta didik tidak akan mempunyai kemampuan berpikir tingkat tinggi jika tidak diberikan kesempatan untuk mengembangkannya dan tidak diarahkan untuk itu.

2. Ruang Lingkup Evaluasi Pembelajaran Dalam Perspektif Sistem Pembelajaran.

Sebagaimana telah disinggung sebelumnya bahwa ruang lingkup evaluasi pembelajaran hendaknya bertitik tolak dari tujuan evaluasi pembelajaran itu sendiri. Hal ini dimaksudkan agar apa yang dievaluasi relevan dengan apa yang diharapkan. Tujuan evaluasi pembelajaran adalah untuk mengetahui keefektifan dan efisiensi sistem pembelajaran, baik yang menyangkut tentang tujuan, materi, metode, media, sumber belajar, lingkungan, guru dan peserta didik serta sistem penilaian itu sendiri. Secara keseluruhan, ruang lingkup evaluasi pembelajaran adalah :

1. Program pembelajaran, yang meliputi :

a. Tujuan pembelajaran umum atau kompetensi dasar, yaitu target yang harus dikuasai peserta didik dalam setiap pokok bahasan/topik. Kriteria yang digunakan untuk mengevaluasi tujuan pembelajaran umum atau kompetensi dasar ini adalah keterkaitannya dengan tujuan kurikuler atau standar kompetensi dari setiap bidang studi/mata pelajaran dan tujuan kelembagaan, kejelasan rumusan kompetensi dasar, kesesuaiannya dengan tingkat perkembangan peserta didik, pengembangannya dalam bentuk hasil belajar dan indikator, penggunaan kata kerja operasional dalam indikator, dan unsur-unsur penting dalam kompetensi dasar, hasil belajar dan indikator.

b. Isi/materi pembelajaran, yaitu isi kurikulum yang berupa topik/pokok bahasan dan sub topik/sub pokok bahasan beserta rinciannya dalam setiap bidang studi atau mata pelajaran. Isi kurikulum tersebut memiliki tiga unsur, yaitu logika (pengetahuan benar salah, berdasarkan prosedur keilmuan), etika (baik-buruk), dan estetika (keindahan). Materi pembelajaran dapat dikelompokkan menjadi enam jenis, yaitu fakta, konsep/teori, prinsip, proses, nilai dan keterampilan. Kriteria yang digunakan, antara lain : kesesuaiannya dengan kompetensi dasar dan hasil belajar, ruang lingkup materi, urutan logis materi, kesesuaiannya dengan tingkat perkembangan dan kebutuhan peserta didik, waktu yang tersedia dan sebagainya.

c. Metode pembelajaran, yaitu cara guru menyampaikan materi pelajaran, seperti metode ceramah, tanya jawab, diskusi, pemecahan masalah, dan sebagainya. Kriteria yang digunakan, antara lain : kesesuaiannya dengan kompetensi dasar dan hasil belajar, kesesuaiannya dengan kondisi kelas/ sekolah, kesesuaiannya dengan tingkat perkembangan peserta didik, kemampuan guru dalam menggunakan metode, waktu, dan sebagainya.

d. Media pembelajaran, yaitu alat-alat yang membantu untuk mempermudah guru dalam menyampaikan isi/materi pelajaran. Media dapat dibagi tiga kelompok, yaitu media audio, media visual, dan media audio-visual. Kriteria yang digunakan sama seperti komponen metode.

e. Sumber belajar, yang meliputi : pesan, orang, bahan, alat, teknik, dan latar. Sumber belajar dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu sumber belajar yang dirancang (resources by design) dan sumber belajar yang digunakan (resources by utilization). Kriteria yang digunakan sama seperti komponen metode.

f. Lingkungan, terutama lingkungan sekolah dan lingkungan keluarga. Kriteria yang digunakan, antara lain : hubungan antara peserta didik dengan teman sekelas/sekolah maupun di luar sekolah, guru dan orang tua; kondisi keluarga dan sebagainya.

g. Penilaian proses dan hasil belajar, baik yang menggunakan tes maupun non-tes. Kriteria yang digunakan, antara lain : kesesuaiannya dengan kompetensi dasar, hasil belajar, dan indikator; kesesuaiannya dengan tujuan dan fungsi penilaian, unsur-unusr penting dalam penilaian, aspek-aspek yang dinilai, kesesuaiannya dengan tingkat perkembangan peserta didik, jenis dan alat penilaian.

2. Proses pelaksanaan pembelajaran :

a. Kegiatan, yang meliputi : jenis kegiatan, prosedur pelaksanaan setiap jenis kegiatan, sarana pendukung, efektifitas dan efisiensi, dan sebagainya.

b. Guru, terutama dalam hal : menyampaikan materi, kesulitan-kesulitan guru, menciptakan suasana pembelajaran yang kondusif, menyiapkan alat-alat dan perlengkapan yang diperlukan, membimbing peserta didik, menggunakan teknik penilaian, menerapkan disiplin kelas, dan sebagainya.

c. Peserta didik, terutama dalam hal : peranserta peserta didik dalam kegiatan belajar dan bimbingan, memahami jenis kegiatan, mengerjakan tugas-tugas, perhatian, keaktifan, motivasi, sikap, minat, umpan balik, kesempatan melaksanakan praktik dalam situasi yang nyata, kesulitan belajar, waktu belajar, istirahat, dan sebagainya.

3. Hasil pembelajaran, baik untuk jangka pendek (sesuai dengan pencapaian indikator), jangka menengah (sesuai dengan target untuk setiap bidang studi/mata pelajaran), dan jangka panjang (setelah peserta didik terjun ke masyarakat).

3. Ruang Lingkup Evaluasi Pembelajaran Dalam Perspektif Penilaian Proses dan 

     Hasil Belajar.

1. Sikap :

a. Apakah sikap peserta didik sudah sesuai dengan apa yang diharapkan ?

b. Bagaimanakah sikap peserta didik terhadap guru, mata pelajaran, orang tua,  

     suasana   sekolah, lingkungan, metoda dan media pembelajaran ?

c. Bagaimana sikap dan tanggung jawab peserta didik terhadap tugas-tugas yang diberikan oleh guru di sekolah ?

d. Bagaimana sikap peserta didik terhadap tata tertib sekolah dan kepemimpinan kepala sekolah ?

2. Pengetahuan dan pemahaman peserta didik terhadap bahan pelajaran :

a. Apakah peserta didik sudah mengetahui dan memahami tugas-tugasnya sebagai warga negara, warga masyarakat, warga sekolah, dan sebagainya ?

b. Apakah peserta didik sudah mengetahui dan memahami tentang materi yang telah diajarkan ?

c. Apakah peserta didik telah mengetahui dan mengerti hukum-hukum atau dalil-dalil?

3. Kecerdasan peserta didik :

a. Apakah peserta didik sampai taraf tertentu sudah dapat memecahkan masalah-masalah yang dihadapi, khususnya dalam pelajaran ?

b. Bagaimana upaya guru meningkatkan kecerdasan peserta didik ?

4. Perkembangan jasmani/kesehatan :

a. Apakah jasmani peserta didik sudah berkembang secara harmonis ?

b. Apakah peserta didik sudah mampu menggunakan anggota-anggota badannya dengan cekatan ?

c. Apakah peserta didik sudah memiliki kecakapan dasar dalam olahraga ?

d. Apakah prestasi peserta didik dalam olahraga sudah memenuhi syarat-syarat yang ditentukan ?

e. Apakah peserta didik sudah dapat membiasakan diri hidup sehat ?

5. Keterampilan :

a. Apakah peserta didik sudah terampil membaca, menulis dengan huruf Arab, dan berhitung ?

b. Apakah peserta didik sudah terampil menggunakan tangannya untuk menggambar, olah raga, dan sebagainya ?

          Dalam komponen kurikulum dan hasil belajar, setiap mata pelajaran terdapat tiga komponen penting, yaitu kompetensi dasar, hasil belajar, dan indikator pencapaian hasil belajar. Kompetensi dasar merupakan pernyataan minimal atau memadai tentang pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai-nilai yang direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak setelah peserta didik menyelesaikan suatu pokok bahasan atau topik mata pelajaran tertentu. Kompetensi menentukan apa yang harus dilakukan peserta didik untuk mengerti, menggunakan, meramalkan, menjelaskan, mengapresiasi atau menghargai. Kompetensi adalah gambaran umum tentang apa yang dapat dilakukan peserta didik. Bagaimana cara menilai seorang peserta didik sudah meraih kompetensi tertentu secara tidak langsung digambarkan di dalam pernyataan tentang kompetensi. Sedangkan rincian tentang apa yang diharapkan dari peserta didik digambarkan dalam hasil belajar dan indikator.

Dengan demikian, hasil belajar merupakan gambaran tentang apa yang harus digali, dipahami, dan dikerjakan peserta didik. Hasil belajar ini merefleksikan keluasan, kedalaman, dan kerumitan (secara bergradasi). Hasil belajar harus digambarkan secar jelas dan dapat diukur dengan teknik-teknik penilaian tertentu. Perbedaan antara kompetensi dengan hasil belajar terdapat pada batasan dan patokan-patokan kinerja peserta didik yang dapat diukur.

Indikator hasil belajar dapat digunakan sebagai dasar penilaian terhadap peserta didik dalam mencapai pembelajaran dan kinerja yang diharapkan. Indikator hasil belajar merupakan uraian kemampuan yang harus dikuasai peserta didik dalam berkomunikasi secara spesifik serta dapat dijadikan ukuran untuk menilai ketercapaian hasil pembelajaran. Peserta didik diberi kesempatan untuk menggunakan pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai-nilai yang sudah mereka kembangkan selama pembelajaran dan dalam menyelesaikan tugas-tugas yang sudah ditentukan. Selama proses ini, guru dapat menilai apakah peserta didik telah mencapai suatu hasil belajar yang ditunjukkan dengan pencapaian beberapa indikator dari hasil belajar tersebut. Apabila hasil belajar peserta didik dapat direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak, berarti peserta didik tersebut telah mencapai suatu kompetensi.

4. Ruang Lingkup Evaluasi Pembelajaran Dalam Perspektif Penilaian BerbasisKelas.

Sesuai dengan petunjuk pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi yang dikeluarkan oleh Departemen Pendidikan Nasional (2004), maka ruang lingkup penilaian berbasis kelas adalah sebagai berikut :

1. Kompetensi Dasar Mata Pelajaran

Kompetensi dasar pada hakikatnya adalah pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai-nilai yang direfleksikan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak setelah peserta didik menyelesaikan suatu aspek atau subjek mata pelajaran tertentu. Kompetensi dasar ini merupakan standar kompetensi minimal mata pelajaran. Kompetensi dasar merupakan bagian dari kompetensi tamatan. Untuk mencapai kompetensi dasar, perlu adanya materi pembelajaran yang harus dipelajari oleh peserta didik. Bertitik tolak dari materi pelajaran inilah dikembangkan alat penilaian.

2. Kompetensi Rumpun Pelajaran

            Rumpun pelajaran merupakan kumpulan dari mata pelajaran atau disiplin ilmu yang lebih spesifik. Dengan demikian, kompetensi rumpun pelajaran pada hakikatnya merupakan pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai-nilai yang direfeksikan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak yang seharusnya dicapai oleh peserta didik setelah menyelesaikan rumpun pelajaran tersebut. Misalnya, rumpun mata pelajaran Sains merupakan kumpulan dari disiplin ilmu Fisika, Kimia dan Biologi. Penilaian kompetensi rumpun pelajaran dilakukan dengan mengukur hasil belajar tamatan. Hasil belajar tamatan merupakan ukuran kompetensi rumpun pelajaran.

            Hasil belajar mencerminkan keluasan dan kedalaman serta kerumitan kompetensi yang dirumuskan dalam pengetahuan, perilaku, keterampilan, sikap dan nilai-nilai yang dapat diukur dengan menggunakan berbagai teknik penilaian. Perbedaan hasil belajar dan kompetensi terletak pada batasan dan patokan-patokan kinerja peserta didik yang dapat diukur. Setiap hasil belajar memiliki seperangkat indicator. Anda harus menggunakan indikator sebagai acuan penilaian terhadap peserta didik, apakah hasil pembelajaran sudah tercapai sesuai dengan kinerja yang diharapkan. Setiap rumpun pelajaran menentukan hasil belajar tamatan yang dapat dijadikan acuan dalam pengembangan alat penilaian pada setiap kelas.

3. Kompetensi Lintas Kurikulum

               Kompetensi lintas kurikulum merupakan kompetensi yang harus dicapai melalui seluruh rumpun pelajaran dalam kurikulum. Kompetensi lintas kurikulum pada hakikatnya merupakan pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai-nilai yang direfleksikan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak, baik mencakup kecakapan belajar sepanjang hayat maupun kecakapan hidup yang harus dicapai oleh peserta didik melalui pengalaman belajar secara berkesinambungan. Penilaian ketercapaian kompetensi lintas kurikulum ini dilakukan terhadap hasil belajar dari setiap rumpun pelajaran dalam kurikulum.

Kompetensi lintas kurikulum yang diharapkan dikuasai peserta didik adalah :

a.Menjalankan hak dan kewajiban secara bertanggungjawab terutama dalam menjamin perasaan aman dan menghargai sesama.

b. Menggunakan bahasa untuk berinteraksi dan berkomunikasi dengan orang lain.

c. Memilih, memadukan dan menerapkan konsep-konsep dan tekni-teknik numeric dan spasial, serta mencari dan menyusun pola, struktur dan hubungan.

d. Menemukan pemecahan masalah-masalah baru berupa prosedur maupun produk teknologi melalui penerapan dan penilaian pengetahuan, konsep, prinsip dan prosedur yang telah dipelajari, serta memilih, mengembangkan, memanfaatkan, mengevaluasi, dan mengelola teknologi komunikasi/ informasi.

e. Berpikir kritis dan bertindak secara sistematis dalam setiap pengambilan keputusan berdasarkan pemahaman dan penghargaan terhadap dunia fisik, makhluk hidup, dan teknologi.

f. Berwawasan kebangsaan dan global, terampil serta aktif berpartisipasi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara dilandasi dengan pemahaman terhadap nilai-nilai dan konteks budaya, geografi dan sejarah.

g. Beradab, berbudaya, bersikap religius, bercitarasa seni, susila, kreatif dengan menampilkan dan menghargai karya artistik dan intelektual, serta meningkatkan kematangan pribadi.

h. Berpikir terarah/terfokus, berpikir lateral, memperhitungkan peluang dan potensi, serta luwes untuk menghadapi berbagai kemungkinan.

i. Percaya diri dan komitmen dalam bekerja, baik secara mandiri maupun bekerjasama.

4. Kompetensi Tamatan

               Kompetensi tamatan merupakan pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai-nilai yang direfleksikan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak setelah peserta didik menyelesaikan jenjang pendidikan tertentu. Kompetensi tamatan ini merupakan batas dan arah kompetensi yang harus dimiliki peserta didik setelah mengikuti pembelajaran suatu pelajaran tertentu. Untuk meluluskan tamatan diperlukan kompetensi lulusan. Kompetensi lulusan suatu jenjang sekolah dapat dijabarkan dari visi dan misi yang ditetapkan sekolah. Acuan untuk merumuskan kompetensi lulusan adalah struktur keilmuan mata pelajaran, perkembangan psikologi peserta didik, dan persyaratan yang ditentukan oleh pengguna lulusan (jenjang sekolah selanjutnya dan atau dunia kerja).

Sejalan dengan tujuan pendidikan nasional, kompetensi yang diharapkan dimiliki oleh lulusan atau tamatan sekolah dapat dirumuskan sebagai berikut :

a. Berkenaan dengan aspek afektif, peserta didik memiliki keimanan dan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan ajaran agama dan kepercayaan masing-masing yang tercermin dalam perilaku sehari-hari, memiliki nilai-nilai etika dan estetika, serta mampu mengamalkan dan mengekspresikannya dalam kehidupan sehari-hari, memiliki nilai-nilai demokrasi, toleransi, dan humaniora, serta menerapkannya dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, baik dalam lingkup nasional maupun global.

b. Berkenaan dengan aspek kognitif, peserta didik dapat menguasai ilmu, teknologi dan kemampuan akademik untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.

c. Berkenaan dengan aspek psikomotorik, peserta didik memiliki keterampilan berkomunikasi, keterampilan hidup, dan mampu beradaptasi dengan perkembangan lingkungan sosial, budaya dan lingkungan alam, baik lokal, regional, maupun global; memiliki kesehatan jasmani dan rohani yang bermanfaat untuk melaksanakan tugas/kegiatan sehari-hari.

5. Pencapaian Keterampilan Hidup

            Penguasaan berbagai kompetensi dasar, kompetensi lintas kurikulum, kompetensi rumpun pelajaran dan kompetensi tamatan melalui berbagai pengalaman belajar dapat memberikan efek positif (nurturan effects) dalam bentuk kecakapan hidup (life skills). Kecakapan hidup yang dimiliki peserta didik melalui berbagai pengalaman belajar ini, juga perlu Anda nilai sejauhmana kesesuaiannya dengan kebutuhan mereka untuk dapat bertahan dan berkembang dalam kehidupannya di lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat. Jenis-jenis kecakapan hidup yang perlu Anda nilai antara lain :

a. Keterampilan diri (keterampilan personal) yang meliputi : penghayatan diri sebagai makhluk Tuhan YME, motivasi berprestasi, komitmen, percaya diri, dan mandiri.

b. Keterampilan berpikir rasional, yang meliputi : berpikir kritis dan logis, berpikir sistematis, terampil menyusun rencana secara sistematis, dan terampil memecahkan masalah secara sistematis.

c. Keterampilan sosial, yang meliputi : keterampilan berkomunikasi lisan dan tertulis; keterampilan bekerjasama, kolaborasi, lobi; keterampilan berpartisipasi; keterampilan mengelola konflik; dan keterampilan mempengaruhi orang lain.

d. Keterampilan akademik, yang meliputi : keterampilan merancang, melaksanakan, dan melaporkan hasil penelitian ilmiah; keterampilan membuat karya tulis ilmiah; keterampilan mentransfer dan mengaplikasikan hasil-hasil penelitian untuk memecahkan masalah, baik berupa proses maupun produk.

e. Keterampilan vokasional, yang meliputi : keterampilan menemukan algoritma, model, prosedur untuk mengerjakan suatu tugas; keterampilan melaksanakan prosedur; dan keterampilan mencipta produk dengan menggunakan konsep, prinsip, bahan dan alat yang telah dipelajari.

C. Model-model Evaluasi

Nana Sudjana dan R.Ibrahim (2007) yang membagi model evaluasi menjadi empat model utama, yaitu “measurement, congruence, educational system, dan illumination”. Dari beberapa model evaluasi di atas, beberapa diantaranya akan dikemukakan secara singkat sebagai berikut :

1. Model Tyler

               Nama model ini diambil dari nama pengembangnya yaitu Tyler. Dalam buku Basic Principles of Curriculum and Instruction, Tyler banyak mengemukakan ide dan gagasannya tentang evaluasi. Salah satu bab dari buku tersebut diberinya judul how can the the effectiveness of learning experience be evaluated ? Model ini dibangun atas dua dasar pemikiran. Pertama, evaluasi ditujukan kepada tingkah laku peserta didik. Kedua, evaluasi harus dilakukan pada tingkah laku awal peserta didik sebelum melaksanakan kegiatan pembelajaran dan sesudah melaksanakan kegiatan pembelajaran (hasil). Dasar pemikiran yang kedua ini menunjukkan bahwa seorang evaluator harus dapat menentukan perubahan tingkah laku apa yang terjadi setelah peserta didik mengikuti pengalaman belajar tertentu, dan menegaskan bahwa perubahan yang terjadi merupakan perubahan yang disebabkan oleh pembelajaran.

            Penggunaan model Tyler memerlukan informasi perubahan tingkah laku terutama pada saat sebelum dan sesudah terjadinya pembelajaran. Istilah yang populer dikalangan guru adalah tes awal (pre-test) dan tes akhir (post-test). Model ini mensyaratkan validitas informasi pada tes akhir. Untuk menjamin validitas ini maka perlu adanya kontrol dengan menggunakan disain eksperimen. Model Tyler disebut juga model black box karena model ini sangat menekankan adanya tes awal dan tes akhir. Dengan demikian, apa yang terjadi dalam proses tidak perlu diperhatikan. Dimensi proses ini dianggap sebagai kotak hitam yang menyimpan segala macam teka-teki.

Menurut Tyler, ada tiga langkah pokok yang harus dilakukan, yaitu :

a. Menentukan tujuan pembelajaran yang akan dievaluasi.

b. Menentukan situasi dimana peserta didik memperoleh kesempatan untuk menunjukkan tingkah laku yang berhubungan dengan tujuan.

c. Menentukan alat evaluasi yang akan dipergunakan untuk mengukur tingkah laku peserta didik.

2. Model yang Berorientasi pada Tujuan

            Model evaluasi ini menggunakan kedua tujuan tersebut sebagai kriteria untuk menentukan keberhasilan. Evaluasi diartikan sebagai proses pengukuran hinggamana tujuan pembelajaran telah tercapai. Model ini banyak digunakan oleh guru-guru karena dianggap lebih praktis untuk menentukan hasil yang diinginkan dengan rumusan yang dapat diukur. Dengan demikian, terdapat hubungan yang logis antara kegiatan, hasil dan prosedur pengukuran hasil. Tujuan model ini adalah membantu Anda merumuskan tujuan dan menjelaskan hubungan antara tujuan dengan kegiatan. Jika rumusan tujuan pembelajaran dapat diobservasi (observable) dan dapat diukur (measurable), maka kegiatan evaluasi pembelajaran akan menjadi lebih praktis dan simpel.

Model ini dapat membantu Anda menjelaskan rencana pelaksanaan pembelajaran dengan proses pencapaian tujuan. Instrumen yang digunakan bergantung kepada tujuan yang ingin diukur. Hasil evaluasi akan menggambarkan tingkat keberhasilan tujuan program pembelajaran berdasarkan kriteria program khusus. Kelebihan model ini terletak pada hubungan antara tujuan dengan kegiatan dan menekankan pada peserta didik sebagai aspek penting dalam program pembelajaran. Kekurangannya adalah memungkinkan terjadinya proses evaluasi melebihi konsekuensi yang tidak diharapkan.

3. Model Pengukuran

         Model pengukuran (measurement model) banyak mengemukakan pemikiran-pemikiran dari R.Thorndike dan R.L.Ebel. Sesuai dengan namanya, model ini sangat menitikberatkan pada kegiatan pengukuran. Pengukuran digunakan untuk menentukan kuantitas suatu sifat (atribute) tertentu yang dimiliki oleh objek, orang maupun peristiwa, dalam bentuk unit ukuran tertentu. Anda dapat menggunakan model ini untuk mengungkap perbedaan-perbedaan individual maupun kelompok dalam hal kemampuan, minat dan sikap. Hasil evaluasi digunakan untuk keperluan seleksi peserta didik, bimbingan, dan perencanaan pendidikan. Objek evaluasi dalam model ini adalah tingkah laku peserta didik, mencakup hasil belajar (kognitif), pembawaan, sikap, minat, bakat, dan juga aspek-aspek kepribadian peserta didik. Untuk itu, instrumen yang digunakan pada umumnya adalah tes tertulis (paper and pencil test) dalam bentuk tes objektif, yang cenderung dibakukan. Oleh sebab itu, dalam menganalisis soal sangat memperhatikan difficulty index dan index of discrimination. Model ini menggunakan pendekatan Penilaian Acuan Norma (norm-referenced assessment).

4. Model Kesesuain

         Menurut model ini, evaluasi adalah suatu kegiatan untuk melihat kesesuaian (congruence) antara tujuan dengan hasil belajar yang telah dicapai. Hasil evaluasi dapat Anda gunakan untuk menyempurnakan sistem bimbingan peserta didik dan untuk memberikan informasi kepada pihak-pihak yang memerlukan. Objek evaluasi adalah tingkah laku peserta didik, yaitu perubahan tingkah laku yang diinginkan (intended behaviour) pada akhir kegiatan pendidikan, baik yang menyangkut aspek kognitif, afektif maupun psikomotor. Teknik evaluasi yang dapat Anda gunakan tidak hanya tes (tulisan, lisan, dan perbuatan), tetapi juga non-tes (observasi, wawancara, skala sikap, dan sebagainya). Model evaluasi ini memerlukan informasi perubahan tingkah laku pada dua tahap, yaitu sebelum dan sesudah kegiatan pembelajaran. Berdasarkan konsep ini, Anda perlu melakukan pre and post-test. Adapun langkah-langkah yang harus ditempuh dalam model evaluasi ini adalah merumuskan tujuan tingkah laku (behavioural objectives), menentukan situasi dimana peserta didik dapat memperlihatkan tingkah laku yang akan dievaluasi, menyusun alat evaluasi, dan menggunakan hasil evaluasi. Oleh sebab itu, model ini menekankan pada pendekatan penilaian acuan patokan (PAP).

5. Educational System Evaluation Model

         Menurut model ini, evaluasi berarti membandingkan performance dari berbagai dimensi (tidak hanya dimensi hasil saja) dengan sejumlah kriteria, baik yang bersifat mutlak/interen maupun relatif/eksteren. Model yang menekankan sistem sebagai suatu keseluruhan ini sebenarnya merupakan penggabungan dari beberapa model, sehingga objek evaluasinyapun diambil dari beberapa model, yaitu (1) model countenance dari Stake, yang meliputi : keadaan sebelum kegiatan pembelajaran berlangsung (antecedents), kegiatan yang terjadi dan saling mempengaruhi (transactions), hasil yang diperoleh (outcomes), (2) model CIPP dari Stufflebeam, yang meliputi Context, Input, Process, dan Product, (3) model Scriven yang meliputi instrumental evaluation and consequential evaluation, (4) model Provus yang meliputi : design, operation program, interim products, dan terminal products. Dari keempat model yang tergabung dalam educational system model, akan dijelaskan secara singkat tentang dua model, yaitu model countenance dan model CIPP.

Model Stake menitikberatkan evaluasi pada dua hal pokok, yaitu description dan judgement. Setiap hal tersebut terdiri atas tiga dimensi, seperti telah dijelaskan di atas, yaitu antecedents (context), transaction (process), dan outcomes (output). Description terdiri atas dua aspek, yaitu intents (goals) dan observation (effects) atau yang sebenarnya terjadi. Sedangkan judgement terdiri atas dua aspek, yaitu standard dan judgement. Dalam model ini, evaluasi dilakukan dengan membandingkan antara satu program dengan program lain yang dianggap standar. Stake mengatakan description berbeda dengan judgement atau menilai. Dalam ketiga dimensi di atas (antecedents, transaction, outcomes), perbandingan data tidak hanya untuk menentukan apakah ada perbedaan tujuan dengan keadaan yang sebenarnya tetapi juga dibandingkan dengan standar yang absolut untuk menilai manfaat program. Menurut Stake, suatu hasil penelitian tidak dapat diandalkan jika tidak dilakukan evaluasi.

Model CIPP berorientasi kepada suatu keputusan (a decision oriented evaluation approach structured). Tujuannya membantu kepala sekolah dan guru di dalam membuat keputusan. Evaluasi diartikan sebagai suatu proses menggambarkan, memperoleh dan menyediakan informasi yang berguna untuk menilai alternatif keputusan. Sesuai dengan nama modelnya, model ini membagi empat jenis kegiatan evaluasi, yaitu :

a. Context evaluation to serve planning decision, yaitu konteks evaluasi untuk membantu merencanakan keputusan, menentukan kebutuhan yang akan dicapai oleh program pembelajaran, dan merumuskan tujuan program pembelajaran.

b. Input evaluation, structuring decision. Kegiatan evaluasi bertujuan untuk membantu mengatur keputusan, menentukan sumber-sumber yang ada, alternatif apa yang akan diambil, apa rencana dan strategi untuk mencapai tujuan, dan bagaimana prosedur kerja untuk mencapainya.

c. Process evaluation, to serve implementing decision. Kegiatan evaluasi ini bertujuan untuk membantu melaksanakan keputusan. Pertanyaan yang harus Anda jawab adalah hinggamana suatu rencana telah dilaksanakan, apakah rencana tersebut sesuai dengan prosedur kerja, dan apa yang harus diperbaiki.

d. Product evaluation, to serve recycling decision. Kegiatan evaluasi ini bertujuan untuk membantu keputusan selanjutnya. Pertanyaan yang harus Anda jawab adalah hasil apa yang telah dicapai dan apa yang dilakukan setelah program berjalan.

Proses evaluasi tidak hanya berakhir dengan suatu deskripsi mengenai keadaan sistem yang bersangkutan, tetapi harus sampai pada judgment sebagai simpulan dari hasil evaluasi. Model ini menuntut agar hasil evaluasi digunakan sebagai input untuk decision making dalam rangka penyempurnaan sistem secara keseluruhan. Pendekatan yang digunakan adalah penilaian acuan norma (PAN) dan penilaian acuan patokan (PAP).

6. Illuminative Model

         Jika model measurement dan congruence lebih berorientasi pada evaluasi kuantitatif-terstruktur, maka model ini lebih menekankan pada evaluasi kualitatif-terbuka (open-ended). Kegiatan evaluasi dihubungkan dengan learning milieu, dalam konteks sekolah sebagai lingkungan material dan psiko-sosial, dimana guru dan peserta didik dapat berinteraksi. Tujuan evaluasi adalah untuk mempelajari secara cermat dan hati-hati terhadap pelaksanaan sistem pembelajaran, faktor-faktor yang mempengaruhinya, kelebihan dan kekurangan sistem, dan pengaruh sistem terhadap pengalaman belajar peserta didik. Hasil evaluasi lebih bersifat deskriptif dan interpretasi, bukan pengukuran dan prediksi. Model ini lebih banyak menggunakan judgment. Fungsi evaluasi adalah sebagai input untuk kepentingan pengambilan keputusan dalam rangka penyesuaian dan penyempurnaan sistem pembelajaran yang sedang dikembangkan.

         Objek evaluasi model ini mencakup latar belakang dan perkembangan sistem pembelajaran, proses pelaksanaan sistem pembelajaran, hasil belajar peserta didik, kesukaran-kesukaran yang dialami dari perencanaan sampai dengan pelaksanaan, termasuk efek samping dari sistem pembelajaran itu sendiri. Pendekatan yang digunakan lebih menyerupai pendekatan yang diterapkan dalam bidang antropologi sosial, psikiatri, dan sosiologi. Cara-cara yang digunakan tidak bersifat standard, melainkan bersifat fleksibel dan selektif. Berdasarkan tujuan dan pendekatan evaluasi dalam model ini, maka ada tiga fase evaluasi yang harus Anda tempuh, yaitu : observe, inquiry further, dan seek to explain.

7. Model Responsif

Sebagaimana model illuminatif, model ini juga menekankan pada pendekatan kualitatif-naturalistik. Evaluasi tidak diartikan sebagai pengukuran melainkan pemberian makna atau melukiskan sebuah realitas dari berbagai perspektif orang-orang yang terlibat, berminat dan berkepentingan dengan program pembelajaran. Tujuan evaluasi adalah untuk memahami semua komponen program pembelajaran melalui berbagai sudut pandangan yang berbeda. Sesuai dengan pendekatan yang digunakan, maka model ini kurang percaya terhadap hal-hal yang bersifat kuantitatif. Instrumen yang digunakan pada umumnya mengandalkan observasi langsung maupun tak langsung dengan interpretasi data yang impresionistik. Langkah-langkah kegiatan evaluasi meliputi observasi, merekam hasil wawancara, mengumpulkan data, mengecek pengetahuan awal (preliminary understanding) peserta didik dan mengembangkan disain atau model. Berdasarkan langkah-langkah ini, evaluator mencoba responsif terhadap orang-orang yang berkepentingan pada hasil evaluasi. Hal yang penting dalam model responsif adalah pengumpulan dan sintesis data.

Kelebihan model ini adalah peka terhadap berbagai pandangan dan kemampuannya mengakomodasi pendapat yang ambigius serta tidak fokus. Sedangkan kekurangannya antara lain (1) pembuat keputusan sulit menentukan prioritas atau penyederhanaan informasi (2) tidak mungkin menampung semua sudut pandangan dari berbagai kelompok (3) membutuhkan waktu dan tenaga. Evaluator harus dapat beradaptasi dengan lingkungan yang diamati.

Setelah Anda mempelajari berbagai model evaluasi, model mana yang akan digunakan dalam pembelajaran ? Jawabannya tentu sangat bergantung kepada tujuan evaluasi yang ditetapkan. Namun demikian, perlu juga Anda pahami bahwa keberhasilan suatu evaluasi pembelajaran secara keseluruhan bukan hanya dipengaruhi penggunaan yang tepat pada sebuah model evaluasi melainkan juga dipengaruhi oleh berbagai faktor:

Pertama, tujuan pembelajaran, baik tujuan pembelajaran umum maupun tujuan pembelajaran khusus (instructional objective). Seringkali kedua tujuan pembelajaran ini saling bertentangan satu sama lain dilihat dari kebutuhan sekolah, kurikulum, guru, peserta didik, lingkungan, dan sebagainya. Bahkan, kadang-kadang guru sendiri mempunyai tujuan sendiri-sendiri. Semuanya harus dipertimbangkan agar terdapat keseimbangan dan keserasian.

Kedua, sistem sekolah. Faktor ini perlu dipertimbangkan dengan matang dan hati-hati karena melibatkan berbagai komponen yang saling berinteraksi dan ketergantungan. Mengingat kompleksnya sistem sekolah, maka fungsi sekolah juga menjadi ganda. Di satu pihak, sekolah ingin mewariskan kebudayaan masa lampau dengan sistem norma, nilai dan adat yang dianggap terbaik untuk generasi muda. Di pihak lain, sekolah berkewajiban mempersiapkan peserta didik menghadapi masa depan, memperoleh keterampilan dan kemampuan untuk berinovasi, bahkan menghasilkan perubahan. Jadi, sekolah sekaligus bersikap konservatif-radikal serta reaksioner-progresif. Oleh sebab itu, peranan evaluasi menjadi sangat penting. Tujuannya adalah untuk melihat dan mempertimbangkan hal-hal apa yang perlu diberikan di sekolah. Begitu juga bentuk kurikulum dan silabus mata pelajaran sangat bergantung pada evaluasi yang dilaksanakan oleh guru-guru di sekolah, sehingga timbul masalah lainnya yaitu teknik evaluasi apa yang akan digunakan untuk mencapai tujuan itu.

    Ketiga, pembinaan guru. Banyak program pembinaan guru yang belum menyentuh secara langsung tentang evaluasi. Program pembinaan guru lebih banyak difokuskan kepada pengembangan kurikulum dan metodologi pembelajaran. Hal ini pula yang menyebabkan perbaikan sistem evaluasi pembelajaran menjadi kurang efektif. Guru juga sering dihadapkan dengan beragam kegiatan, seperti membuat persiapan mengajar, mengikuti kegiatan ekstra kurikuler, penyesuaian diri, dan kegiatan administratif lainnya. Artinya, bagaimana mungkin kualitas sistem evaluasi pembelajaran di sekolah dapat ditingkatkan, bila fokus pembinaan guru hanya menyentuh domain-domain tertentu saja, ditambah lagi dengan kesibukan-kesibukan guru di luar tugas pokoknya sebagai pengajar.

 

  1. Taksonomi Bloom

Standar Kompetensi adalah: pernyataan tentang pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang harus dikuasai peserta didik serta tingkat penguasaan yang diharapkan dicapai dalam mempelajari suatu mata pelajaran.Kompetensi Dasar adalah pengetahuan, ketrampilan dan sikap minimal yang harus dikuasai oleh peserta didik dalam penguasaan materi pelajaran yang diberikan dalam kelas pada jenjang pendidikan tertentu.

Indikator adalah penanda pencapaian kompetensi dasar yang ditandai oleh perubahan perilaku yang dapat diukur yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Indikator dikembangkan sesuai dengan karakteristik peserta didik, mata pelajaran, satuan pendidikan, potensi daerah dan dirumuskan dalam kata kerja operasional yang terukur dan/atau dapat diobservasi.Tujuan pembelajaran adalah tercapainya perubahan perilaku atau kompetensi pada siswa setelah mengikuti kegiatan pembelajaran, tujuan dirumuskan dalam bentuk pernyataan atau deskripsi yang spesifik. 

Taksonomi dapat diartikan sebagai atribut ukur keberhasilan anak didik.Taksonomi ini pertama kali dikenalkan oleh Benjamin S. Bloom pada tahun 1956.Ada 4 buah prinsip dasar yang digunakan Bloom dan Krathwohl dalam melahirkan taksonomi, yaitu:

  1. Prinsip metodologis (cara guru mengajar)
  2. Prinsip psikologis (fenomena kejiwaan)
  3. Prinsip logis (logis dan konsisten)
  4. Prinsip tujuan (keselarasan antara tujuan dan nilai-nilai)

Tujuan pendidikan dibagi ke dalam tiga domain, yaitu: Cognitive Domain (Ranah Kognitif), Affective Domain (Ranah Afektif), dan Psychomotor Domain (Ranah Psikomotor).

  1. Domain Kognitif

Ranah kognitif yang berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek intelektual, seperti pengetahuan, pengertian, dan keterampilan berpikir.

 

KATA KERJA OPERASIONAL

Tabel 1. Tingkat Kompetensi Kata Kerja Operasional

No

Klasifikasi Tingkat Kompetensi

Kata Kerja Operasional yang Digunakan

1

Berhubungan dengan mencari keterangan

1.    Mendeskripsikan

2.    Menyebutkan

3.    Melengkapi

4.    Mendaftar

5.    Mendefinisikan

6.    Menghitung

7.    Mengidentifikasi

8.    Menceritakan

9.    Menamai

2

Memproses

1.         Mensitesis

2.         Mengelompokkan

3.         Menjelaskan

4.         Mengorganisasikan

5.         Meneliti/melakukan eksperimen

6.         Menganalogikan

7.         Mengurutkan

8.         Mengkategorikan

9.         Menganalisis

10.     Membandingkan

11.     Mengklasifikasi

12.     Menghubungkan

13.     Membedakan

3

Menerapkan dan mengevaluasi

1.         Menerapkan suatu prinsip

2.         Membuat model

3.         Mengevaluasi

4.         Merencanakan

5.         Memperhitungkan/meramalkan kemungkinan

6.         Memprediksi

7.         Menduga/mengemukakan pendapat/mengambil kesimpulan

8.         Meramalkan kejadian

9.         Menggeneralisasikan

10.     Mempertimbangkan/memikirkan kemungkinan-kemungkinan

11.     Membayangkan

12.     Merancang

13.     menciptakan

14.     menduga/membuat dugaan/kesimpulan awal

 

Komponen domain kognitif dapat dilihat pada bagan berikut:

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 


Berdasarkan piramida di atas maka komponen taksonomi Bloom yaitu :

1.    Pengetahuan

Berisikan kemampuan untuk mengenali dan mengingat peristilahan, definisi, fakta-fakta, gagasan, pola, urutan, metodologi, prinsip dasar, dsb.Dalam pengenalan siswa diminta untuk memilih satu dari dua atau lebih Jawabanan Mengungkap/mengingat kembali (recall) Siswa diminta untuk mengingat kembali satu atau lebih fakta-fakta yang sederhana.

2.    Pemahaman (Comprehension)

Siswa diminta untuk membuktikan bahwa siswa memhami hubungan yang sederhana diantara fakta-fakta atau konsep.

3.    Penerapan Atau Aplikasi (Application)

Siswa dituntut memiliki kemampuan untuk menyeleksi atau memilih suatu abstraksi tertentu (konsep, hukum, dalil, aturan, gagasan, cara) secara tepat untuk diterapkan dalam suatu situasi baru dan menerapkannya secara benar.

4.    Analisis (Analysis)

Siswa diminta untuk menganalisis suatu hubungan atau situasi yang kompleks atas konsep-konsep dasar.

5.    Sintesis (Synthesis)

Meminta Siswa Menggabungkan Atau Menyusun Kembali (Reorganize) Hal-Hal Yang Sfesifik Agar Dapat Mengembangkan Suatu Struktur Baru.

6.    Evaluasi (Evaluation)

Siswa Mampu Menerapkan Pengetahuan Dan Kemampuan Yang Telah Dimiliki Untuk Menilai Sesuatu Kasus Yang Diajukan Oleh Penyusun Soal.

Tabel 2. Kata Kerja Ranah Kognitif

Pengetahuan

Pemahaman

Penerapan

Analisis

Sintesis

Evaluasi

Mengutip

Menyebutkan

Menjelaskan

Menggambar

Membilang

Mengidentifikasi

Mendaftar

Menunjukkan

Memberi label

Memberi indeks

Memasangkan

Menamai

Menandai

Membaca

Menyadari

Mengahfal

Meniru

Mencatat

Mengulang

Mereproduksi

Meninjau

Memilih

Mempelajari

Mentabulasi

Memberi kode

Menelusuri

Menulis

 

Memperkirakan

Menjelaskan

Mengkategorikan

Mencirikan

Merinci

Mengasosiasikan

Membandingkan

Menghitung

Mengkontraskan

Mengubah

Mempertahankan

Menguraikan

Menjalin

Membedakan

Mendiskusikan

Menggali

Mencontohkan

Menerangkan

Mengemukakan

Mempolakan

Memperluas

Menyimpulkan

Meramalkan

Merangkum

Menjabarkan

Menugaskan

Mengurutkan

Menentukan

Menerapkan

Menyesuaikan

Mengkalkulasi

Memodifikasi

Mengklasifikasi

Menghitung

Membangun

Membiasakan

Mencegah

Menentukan

Menggambarkan

Menggunakan

Menilai

Melatih

Menggali

Mengemukakan

Mengadaptasi

Menyelidiki

Mengoperasikan

Mempersoalkan

Mengkonsepkan

Melaksanakan

Meramalkan

Memproduksi

Memproses

Mengaitkan

Menyusun

Mensimulasikan

Memecahkan

Melakukan

Mentabulasi

Memproses

Meramalkan

Menganalisis

Mengaudit

Memecahkan

Menegaskan

Mendeteksi

Mendiagnosis

Menyeleksi

Merinci

Menominasikan

Mendiagramkan

Mengkorelasikan

Merasionalkan

Menguji

Mencerahkan

Menjelajah

Membagankan

Menyimpulkan

Menemukan

Menelaah

Memaksimalkan

Memerintahkan

Mengedit

Mengaitkan

Memilih

Mengukur

Melatih

Mentransfer

Mengabstraksi

Mengatur

Menganimasi

Mengumpulkan

Mengkategorikan

Mengkode

Mengkombinasikan

Menyusun

Mengarang

Membangun

Menanggulangi

Menghubungkan

Menciptakan

Mengkreasikan

Mengoreksi

Merancang

Merencanakan

Mendikte

Meningkatkan

Memperjelas

Memfasilitasi

Membentuk

Merumuskan

Menggeneralisasi

Menggabungkan

Memadukan

Membatas

Mereparasi

Menampilkan

Menyiapkan

Memproduksi

Merangkum

Merekonstruksi

 

Membandingkan

Menyimpulkan

Menilai

Mengarahkan

Mengkritik

Menimbang

Memutuskan

Memisahkan

Memprediksi

Memperjelas

Menugaskan

Menafsirkan

Mempertahankan

Merinci

Mengukur

Merangkum

Membuktikan

Memvalidasi

Mengetes

Mendukung

Memilih

Memproyeksikan

 

 

 

 

 

 

 

 

  1. DOMAIN AFEKTIF

Domaian afektif berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek perasaan dan emosi, seperti minat, sikap, apresiasi, dan cara penyesuaian diri.

Komponen domain afektif yaitu :

1.    Penerimaan (receiving)

2.    Penanggapan (responding)

3.    Penghargaan (valuing)

4.    Pengorganisasian (organization)

5.    Pewatakan (characterization)

6.    Koordinasi (kombninasi antara skill dan kebiasaan)

Tabel 3. Kata Kerja Ranah Afektif

Menerima

Menanggapi

Menilai

Mengelola

Menghayati

Memilih

Mempertanyakan

Mengikuti

Memberi

Menganut

Mematuhi

Meminati

MenJawaban

Membantu

Mengajukan

Mengompromikan

Menyenangi

Menyambut

Mendukung

Menyetujui

Menampilkan

Melaporkan

Memilih

Mengatakan

Mengasumsikan

Meyakini

Melengkapi

Meyakinkan

Memperjelas

Memprakarsai

Mengimani

Mengundang

Menggabungkan

Mengusulkan

Menekankan

Menyumbang

Menganut

Mengubah

Menata

Mengklasifikasikan

Mengombinasikan

Mempertahankan

Membangun

Membentuk pendapat

Memadukan

Mengelola

Menegosiasi

Mengubah perilaku

Berakhlak mulia

Mempengaruhi

Mendengarkan

Mengkualifikasi

Melayani

Menunjukkan

Membuktikan

Memecahkan

 

 

  1. DOMAIN PSIKOMOTORIK

Domain psikomotorik berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek keterampilan motorik seperti tulisan tangan, mengetik, berenang, dan mengoperasikan mesin.

    

 

 

 

 

 

Komponen domain Psikomotorik :

1.      Peniruan

2.      Manipulasi

3.      Ketetapan

4.      Artikulasi

5.      Pengalamiahan

 

Tabel 4. Kata Kerja Ranah Psikomotorik

Menirukan

Memanipulasi

Pengalamiahan

Artikulasi

Mengaktifkan

Menyesuaikan

Menggabungkan

Melamar

Mengatur

Mengumpulkan

Menimbang

Memperkecil

Membangun

Mengubah

Membersihkan

Memposisikan

Mengonstruksi

Mengoreksi

Mendemonstrasikan

Merancang

Memilah

Melatih

Memperbaiki

Mengidentifikasi

Mengisi

Menempatkan

Membuat

Memanipulasi

Mereparasi

Mencampur

Mengalihkan

Menggantikan

Memutar

Mengirim

Memindahkan

Mendorong

Menarik

Memproduksi

Mencampur

Mengoperasikan

Mengemas

Membungkus

Mengalihkan

Mempertajam

Membentuk

Memadankan

Menggunakan

Memulai

Menyetir

Menjeniskan

Menempel

Mensketsa

Melonggarkan

Menimbang

 

  1. TAKSONOMI BLOOM REVISI

Taksonomi Bloom setelah dilakukan revisi oleh Aderson dan Kratwohl (2001), terdapat perbedaan yang tidak banyak pada dimensi Kognitif.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

(Sumber : Sari Intan Permata, 2012, Taksonomi Bloom Ranah Pengetahuan Marzano)

-          Mengingat berarti mengambil pengetahuan tertentu dari memori jangka panjang.

-          Memahami adalah mengkonstruksi makna dari materi pembelajaran termasuk apa yang diucapkan, ditulis dan digambar oleh guru

-          Mengaplikasikan adalah menerapkan atau menggunakan suatu prosedur dalam keadaan tertentu

-          Menganalisis berarti memecah-mecah materi menjadi bagian-bagian penyusunnya dan menentukan hubungan-hubungan antar bagian itu dan hubungan antara bagian-bagian tersebut dan keseluruhan struktur atau tujuan

-          Mengevaluasi adalah mengambil keputusan berdasarkan kriteria atau standar

-          Mencipta adalah memadukan bagian-bagian untuk membentuk sesuatu yang baru dan koheren atau untuk membuat suatu produk yang original.

Dalam dimensi kognitif, terdapat banyak jenis pengetahuan dan banyak lagi istilah yang digunakan untuk mendeskripsikan pengetahuan-pengetahuan tersebut. Diantaranya adalah pengetahuan konseptual, pengetahuan kondisional, pengetahuan isi, pengetahuan deklaratif, pengetahuan disipliner, pengetahuan wacana, pengetahuan domain, pengetahuan episodik, pengetahuan eksplisit, pengetahuan faktual, pengetahuan metakognitif, pengetahuan awal, pengetahuan prosedural, pengetahuan semantik, pengetahuan situsional, pengetahuan sosiokultural, pengetahuan strategis dan pengetahuan implisit.

Oleh karena terdapat banyak jenis pengetahuan dan istilah yang berbeda dan ketidaksepakatan pendapat perihal banyak aspek dalam dimensi pengetahuan, yang menyebabkan sulit untuk membuat taksonomi pengetahuan yang mencakup seluruh kompleksitas dasar pengetahuan yang sederhana, praktis dan mudah digunakan dengan jumlah kategori yang ringkas, maka akhirnya dikategorikan pengetahuan menjadi 4 jenis yaitu (1) Pengetahuan Faktual, (2) Pengetahuan Konseptual, (3) Pengetahuan Prosedural, (4) Pengetahuan Metakognitif.

1.        Pengetahuan faktual (Factual Knowledge)

Yaitu elemen dasar dimana siswa harus tahu akan berkenalan dengan disiplin atau memecahkan masalah di dalamnya. Termasuk di dalamnya pengetahuan terminologi dan pengetahuan tentang rincian spesifik dan unsur.

2.        Pengetahuan konseptual (Conceptual Knowledge)

Yaitu hubungan antara unsur-unsur dasar dalam struktur yang lebih besar yang memungkinkan mereka untuk berfungsi bersama-sama. Diantaranya: Pengetahuan tentang klasifikasi dan kategori, pengetahuan tentang prinsip-prinsip dan generalisasi, Pengetahuan tentang teori, model, dan struktur.

3.        Pengetahuan Prosedural (Procedural Knowledge)

Yaitu bagaimana melakukan sesuatu atau penyelidikan, dan kriteria untuk menggunakan keterampilan, teknik, dan metode. Diantaranya: Pengetahuan tentang subyek-keterampilan khusus, pengetahuan subjek-teknik khusus dan metode, pengetahuan kriteria untuk menentukan ketika untuk menggunakan prosedur yang tepat.

4.        Pengetahuan metakognitif (Metacognitive Knowledge)

Yaitu pengetahuan kognisi secara umum serta kesadaran dan pengetahuan tentang kognisi sendiri. Diantaranya: Pengetahuan strategis, pengetahuan tentang tugas-tugas kognitif, termasuk sesuai kontekstual dan kondisi pengetahuan.

 

Lebih jelasnya dapat dilihat dari tabel dibawah :

 

Dimensi Pengetahuan

Dimensi Proses Kognitif

Mengingat

Memahami

Mengaplikasikan

Menganalisis

Mengevaluasi

 Menciptakan

A.  Pengetahuan Faktual

 

 

 

 

 

 

B.   Pengetahuan Konseptual

 

 

 

 

 

 

C.   Pengetahuan

Prosedural

 

 

 

 

 

 

D.  Pengetahuan

Metakognitif

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

                         (Sumber : Ana Ratna Wulan, 2012, Taksonomi Bloom Revisi)

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

RANAH KOGNITIF

Mengingat

Memahami

Mengaplikasikan

Menganalisis

Mengavaluasi

Mencipta

C1

C2

C3

C4

C5

C6

Memasangkan

Membaca

Memberi indeks

Memberi kode

Memberi label

Membilang

Memilih

Mempelajari

Menamai

Menandai

Mencatat

Mendaftar

Menelusuri

Mengenali

Menggambar

Menghafal

Mengidentifikasi

Mengulang

Mengutip

Meninjau

Meniru

Mentabulasi

Menulis

Menunjukkan

Menyadari

Menyatakan

Menyebutkan

Mereproduksi

Menempatkan

Melakukan inferensi

Melaporkan

Membandingkan

Membedakan

Memberi contoh

Membeberkan

Memperkirakan

Memperluas

Mempertahankan

Memprediksi

Menafsirkan

Menampilkan

Menceritakan

Mencontohkan

Mendiskusikan

Menerangkan

Mengabstraksikan

Mengartikan

Mengasosiasikan

Mengekstrapilasi

Mengelompokkan

Mengemukakan

Menggali

Menggeneralisasikan

Menggolong-golongkan

Menghitung

Mengilustrasikan

Menginterpolasi

Menginterpretasikan

Mengkategorikan

Mengklasifikasi

Mengkontraskan

Mengubah

Menguraikan

Menjabarkan

Menjalin

Menjelaskan

Menterjemahkan

Mentranslasi

Menunjukkan

Menyimpulkan

Merangkum

Meringkas

Mengidentifikasi

Melaksanakan

Melakukan

Melatih

Membiasakan

Memodifikasi

Mempersoalkan

Memproses

Mencegah

Menentukan

Menerapkan

Mengadaptasi

Mengaitkan

Mengemukakan

Menggali

Menggambarkan

Menggunakan

Menghitung

Mengimplementasikan

Mengkalkulasi

Mengklasifikasi

Mengkonsepkan

Mengoperasikan

Mengurutkan

Mengurutkan

Mensimulasikan

Mentabulasi

Menugaskan

Menyelidiki

Menyesuaikan

Menyusun

Meramalkan

Menjalankan

Mempraktekkan

Memilih

Memulai

Menyelesaikan

Melatih

Memadukan

Memaksimalkan

Membagankan

Membeda-bedakan

Membuat struktur

Memecahkan

Memerintah

Memfokuskan

Memilih

Menata

Mencerahkan

Mendeteksi

Mendiagnosis

Mendiagramkan

Menegaskan

Menelaah

Menetapkan sifat/ciri

Mengaitkan

Menganalisis

Mengatribusikan

Mengaudit

Mengedit

Mengkorelasikan

Mengorganisasikan

Menguji

Menguraikan

Menjelajah

Menominasikan

Mentransfer

Menyeleksi

Merasionalkan

Merinci

Membuktikan

Memilih

Memisahkan

Memonitor

Memperjelas

Mempertahankan

Mempresiksi

Memproyeksikan

Memutuskan

Memvalidasi

Menafsirkan

Mendukung

Mengarahkan

Mengecek

Mengetes

Mengkoordinasikan

Mengkritik

Mengkritisi

Menguji

Mengukur

Menilai

Menimbang

Menugaskan

Merinci

Membenarkan

Menyalahkan

Memadukan

Membangun

Membatas

Membentuk

Membuat

Membuat rancangan

Memfasilitasi

Memperjelas

Memproduksi

Memunculkan

Menampilkan

Menanggulangi

Menciptakan

Mendikte

Menemukan

Mengabstraksi

Menganimasi

Mengarang

Mengatur

Menggabungkan

Menggeneralisasi

Menghasilkan karya

Menghubungkan

Mengingatkan

Mengkategorikan

Mengkode

Mengkombinasikan

Mengkreasikan

Mengoreksi

Mengumpulkan

Mengusulkan hipotesis

Menyiapkan

Menyusun

Merancang

Merekonstruksi

Merencanakan

Mereparasi

Merumuskan

Memperbaharui

Menyempurnakan

Memperkuat

Memperindah

Mengubah

 

RANAH AFEKTIF

Menerima

Merespon

Menghargai

Mengorganisasikan

Karakterisasi

 Menurut Nilai

A1

A2

A3

A4

A5

Mengikuti

Menganut

Mematuhi

Meminati

Mengompromikan

Menyenangi

Menyambut

Mendukung

Menyetujui

Menampilkan

Melaporkan

Memilih

Mengatakan

Memilah

Menolak

Mengasumsikan

Meyakini

Meyakinkan

Memperjelas

Memprakarsai

Mengimani

Menekankan

Menyumbang

Mengubah

Menata

Mengklasifikasikan

Mengombinasikan

Mempertahankan

Membangun

Membentuk pendapat

Memadukan

Mengelola

Menegosiasi

Merembuk

Membiasakan

Mengubah perilaku

Berakhlak mulia

Mempengaruhi

Mengkualifikasi

Melayani

Membuktikan

 

Memecahkan

 

 

RANAH PSIKOMOTOR

Meniru

Manipulasi

Presisi

Artikulasi

Naturalisasi

P1

P2

P3

P4

P5

Menyalin

Mengikuti

Mereplikasi

Mengulangi

Mematuhi

Kembali membuat

Membangun

Melakukan, Melaksanakan, Menerapkan

Menunjukkan

Melengkapi Menunjukkan, Menyempurnakan Mengkalibrasi Mengendalikan

Membangun

Mengatasi Menggabungkan Koordinat, Mengintegrasikan Beradaptasi Mengembangkan Merumuskan, Memodifikasi

Master

Mendesain

Menentukan

Mengelola

 

Contoh penerapan Taksonomi Bloom Revisi terhadap pembelajaran IPA

Kategori & Proses Kognitif

Kata Kerja Operasional

Defenisi

Contoh

1. Mengingat (Remembering)Memanggil kembali pengetahuan yang relevan dari memori jangka panjang (longterm memory)

1.1. Mengenal

(Recognizing)

Mengidentifikasi

(Identifing)

Menempatkan

longterm memory

sesuai dengan materi

yang disajikan

Mengenal

simbol besarandalam fisika

(Contoh:

percepatan

benda

disimbolkan a)

dsb.

1.2.

Mengungkap/meng

Ingatkembali/menghafal

(Recalling)

Menelusuri

(Retrieving)

Menelusuri

pengetahuan yang

relevan dari

longterm memory

Mengingat

kembali

(contoh: i x i = j x j = k x k = 0)

 

2. Mengerti (Understanding)Membangun makna dari pesanpembelajaran, lisan, tulisan, dan komunikasi grafik.

2.1. Interpretasi

(Interpreting)

Menjelaskan(clarifying)

Menafsirkan

(paraphrasing)

Menyajikan

Mengubah bentuk

penyajian

Mengubah

kalimat

dengan katakata

ke dalam

simbol

(representing)

Translasi

(translating)

Mengubah bentuk

penyajian

Mengubah kalimat kedalam simbol (Contoh:

Massa suatu

benda

merupakan

perkalian

volume benda

dengan massa

jenis benda

tersebut

m = Vxρ)

2.2. Menerapkan

dengan contoh

(Exemplifing

Menggambarkan

(Illustrating)

& mencontohkan

(instantiating)

Menemukan contoh

spesifik atau

menggambarkan

konsep atau prinsip

Menggambarkan pembentukan bayangan pada cermin datar

2.3.

Mengklasifikasi

(Clasifying)

Mengkategorikan

(Categorizing),

Mengelompokkan

(subsuming)

Menetapkan dalam

kelompoknya

Mengelompokkan besaran pokok dan besaran turunan

2.4. Merangkum

(Summarizing)

Mengabstraksi

(Abstracting),

menggeneralisasi

(generalizing)

Mengabstraksi

tema umum

Siswa telah membaca

Sejarah penemuan

Lalu diminta untuk

Membuat rangkuman

2.5. Inferensi

(Inferring)

Menyimpulkan

(concluding),

ekstrapolasi

(ekstrapolating),

interpolasi

(interpolating) ,

prediksi

(predicting)

Membuat

kesimpulan yang

masuk akal dari

informasi yang

disajikan

Menyimpulkan

 

2.6. Komparasi

(Comparing)

Mengontraskan

(Contrating),

memetakan

(mapping),

mencocokkan

(matching)

Mendeteksi

kesesuaian antara

dua atau lebih;

benda, ide,

peristiwa, dsb

Apa perbedaan

antara yang melewati

penghantar dengan air yang mengalir

dalam pipa?

2.7. Eksplanasi

(Explaning)

Membangunmodel

(Contructingmodel)

Membangun

hubungan sebab

akibat dari suatu

sistem

Bagaimanaefek

Penyinaranpada suatubenda?

3. Menerapkan (Applying) Menggunakan prosedur pada situasi yang diberikan (tertentu)

3.1.

Melaksanakan

(Executing)

Melaksanakan

(Carrying out)

Menerapkan

prosedur untuk

tugas yang tidak biasa (familiar)

MenerapkanHukum IINewton untuk situasi yangtepat

3.2. Implementasi

(Implementing)

Menggunakan

(using)

Menerapkan

prosedur untuk

tugas yang tidak

biasa (unfamiliar)

MenJawabanpertanyaan penelitian

(bagaimana

meningkatkan

kinerja suatu alat)

4. Menganalisis (Analyzing) Menguraikan materi ke dalam bagian-bagiannya dan menentukan bagaimana bagian-bagian berhubungan satu dengan yang lain.

4.1. Deferensiasi

(Differentiting)

Membedakan

(Discriminating,

distinguishing),

memfokuskan (focusing),

menyeleksi (selecting)

Membedakan

bagian yang

relevan dari

yang tidakrelevan ataubagian yang penting dariyang tidakpenting

Membedakan Atom

Dalton dan Atom

Thomson.

4.2.Mengorganisasi

(Organizing)

Menemukan (Finding),koherensi (coherence),perpaduan

(intergrating), membuatgaris besar (outlining),menguraikan (parsing),membentuk

(structuring)

Menetapkan

bagian-bagian

atau fungsi

dalam struktur

Bagaimanaprosedur menyusunlaporan penelitian?

4.3.Mengetahui

Maksud(attributing)

Dekontruksi

(deconstructing)

Menerapkan

pandangan, bias,

nilai/maksud

Menentukanmaksudpenulis dari

Paparannya

5. Mengevaluasi (Evaluating) Membuat pertimbangan berdasarkan kriteria dan standard.

5.1. Mengecek (checking)

Koordinasi(coordinating),

Mendeteksi(detecting),

Memonitor(monitoring),

menguji (testing)

Mendeteksi ketidakkonsistenan

atau alasan yang tidakmasuk akal pada suatuproses atau produk;

menemukan apakahsuatu proses atau produk mempunyaikonsistensi internal;mendeteksi efektivitas

prosedur yang

diterapkan

Memeriksaapakah

kesimpulandari sebuahpenelitian

ditarik daridata hasilobservasi

5.2.Mengkritisi

(critiquing)

Mempertimbangkan

(judging)

Mendeteksi

Ketidak konsistenan

antara produk dengan

kriterialuar;menemukan apakah

suatu proses atau

produuk mempunyai

konsistensi luar;

mendeteksi ketepatan

prosedur dengan

masalah yang

diberikan

Mempertimbangkan duametode yang

paling baikuntuk

memecahkan

masalah

6. Mencipta (Creating)Menggabungkan unsur-unsur secara bersama untukmembentuk suatu hubungan yang fungsional; mengorganisasi kembali bagianbagianke dalam pola atau struktur yang baru.

6.1. Membangun

(Generating)

Berhipotesis

(Hypothesizing)

Mengusulkan hipotesis

Berdasarkan kriteria

Membangun hipotesis

6.2. Merencanakan

(Planning)

Merancang (Designing)

Memikirkan suatu prosedur untuk menyelesaikan tugas

Menguji hipotesis

6.3.Menghasilkan

(Producting)

Menyusun (Constructing)

Menemukan suatu produk

Membuat bel

listrik dengan

frekuensi tertentu

 


 


No comments:

Post a Comment