Pertemuan 6
CONTROLLERSHIP - MASALAH UMUM DALAM PENGENDALIAN AKUNTANSI STANDART
Oleh : Antonius Gultom - Universitas HKBP Nommensen
A. Materi Pembelajaran
3.1 Masalah umum dalam pengendalian Akuntansi Standart
B. Kegiatan
Pembelajaran
MASALAH UMUM DALAM PENGENDALIAN AKUNTANSI STANDART
A.
Pengelolaan Akuntansi Defenisi Standar
Akuntansi
merupakan bahasa bisnis. Sebagai bahasa bisnis, akuntansi menyediakan cara
untuk menyajikan dan meringkas kejadian-kejadian bisnis dalam bentuk informasi
keuangan kepada pemakainya. Informasi akuntansi merupakan bagian terpenting
dari seluruh informasi yang diperlukan manajemen.
Informasi
akuntansi yang dihasilkan oleh suatu system dibedakan menjadi 2, yaitu:
1)
Informasi
Akuntansi Keuangan
2)
Informasi
Akuntansi Manajemen
1.
Pengendalian
Akuntansi
Menurut definisi, pengendalian
(control) mengasumsikan bahwa telah ditetapkan suatu rencana tindakan atau
standar untuk mengukur prestasi pelaksanan. Untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan bagi perusahaan, pengendalian harus dikembangkan sehingga dapat
diambil keputusan yang sesuai dengan rencana.
Dalam perusahaan atau organisasi
kecil, manajer atau pemilik dapat mengamati dan mengendalikan sendiri semua
operasinya. Baginya adalah mudah untuk mengamati usaha produksi dari setiap
pegawai dan juga tingkat persediaan bahan baku dan barang dalam proses.
Pengendalian dan laporan
akuntansi mengenai operasi merupakan bagian dari suatu rencana yang terpadu
dengan baik untuk memelihara efisiensi dan menetapkan penyimpangan atau trends
yang tidak memuaskan. Penggunaan struktur akuntansi memungkinkan diadakannya
pengendalian biaya dan perbandingan biaya-biaya tersebut dengan rencana
tindakan yang ditetapkan sebelumnya. Melalui pengukuran prestasi kerja
(performance) dengan penggunaan catatan dan laporan-laporan akuntansi dan
statistic, manajemen dapat memberikan petunjuk yang sesuai dan mengarahakan
kegiatan perusahaan.
2.
Definisi Standar
Webster’s New
Collegiate Dictionary mendefinisikan suatu standar sebagai “sesuatu yang
diadakan dan yang ditetapkan oleh yang berwenang sebagai suatu aturan untuk
mengukur kuantum, berat, luas, nilai, atau kualitas.”
Oleh karena standar
telah didefinisikan sebagai suatu tolok ukur prestasi yang dikembangkan secara
ilmiah, maka setidak-tidaknya ada dua kondisi yang tercakup dalam menetapkan
standar, yaitu:
1)
Standar adalah hasil dari Penelitian yang Teliti atau Analisa terhadap
Prestasi yang Lalu dan Ikut Mempertimbangkan Kondisi-kondisi yang Diharapkan di
Masa Mendatang. Jadi standar bukanlah sekedar terkaan-terkaan; tetapi merupakan
pendapat, yang didasarkan pada fakta-fakta yang tersedia dari orang-orang yang
paling ahli untuk menilai bagaimana prestasi kerja itu seharusnya.
2) Standar perlu Ditinjau Ulang dan Direvisi dari Waktu ke Waktu. Suatu stadar ditetapkan berdasarkan kondisi-kondisi tertentu. Bila kondisi-kondisi berubah, standar harus juga diubah; kalau tidak, maka standar tidak akan merupakan tolok ukur yang benar. Bilamana terdapat kerjasama kelompok yang efektif, dan khususnya bila standar dikaitkan dengan pembayaran insenrif para pegawai maka kemungkinan perubahannya adalah besar.
B.
Menganalisis
Standart Biaya Produksi Yang Pas
1.
Kebutuhan
Akan Standar
Para pimpinan yang berhasil telah
mengembangkan cara-cara yang lebih efektif untuk mengatur dan mengendalikan
kegiatan-kegiatan. Sekarang tidak cukup hanya sekedar mengetahui berapakah
biaya produksi atau biaya penjualan. Terdapat kebutuhan yang nyata untuk
mengetahui apakah perusahaan telah menggunakan teknik-teknik dan proses-proses
produksi yang paling ekonomis.
Manajemen yang ilmiah mengakui
nilai dan kebutuhan akan berbagai jenis standar teknis untuk merencanakan
operasi pengolahan dan mengevaluasi efektivitas dalam teknik yang dinyatakan
dalam satuan financial, menjadi standar biaya; standar ini, yang didasarkan
atas penelitian dan analisa yang teliti mengenai berapa biaya yang seharusnya
untuk melaksanakan operasi dengan metode-metode sebaik-baiknya, telah menjadi
tolok-ukur yang dapat diandalkan untuk mengukur dan mengendalikan biaya.
Penetapan standar yang dimaksud
tentunya memiliki manfaat
standar,
yaitu :
1)
Dalam
Pengendalian Biaya
a. Standar memberikan suatu tolok ukur yagn lebih baik mengenai prestasi
pelaksanaan.
b. Memungkinkan dipergunakannya “prinsip perkecualian (principle of
exception)” dengan akibat penghematan waktu.
c. Memungkinkan biaya akuntansi yang ekonomis.
d. Memungkinkan pelaporan yang segera atas informasi pengendalian biaya.
e. Standar berlaku sebagai insentif bagi karyawan.
2)
Dalam
Penetapan Harga Jual
a. Tersedianya informasi biaya yang lebih baik sebagai dasar untuk menetapkan
harga.
b. Menambah fleksibilitas pada data harga jual.
c. Dapat dengan lebih segera menyediakan data untuk penetapan harga.
3)
Dalam
Penilaian Persediaan
a. Diperoleh suatu angka “biaya” yang lebih baik
b. Diperoleh kesederhanaan dalam penilaian persediaan
4)
Dalam
Perencanaan Anggaran
a. Penetapan biaya total standar dipermudah
b. Tersedia alat untuk menunjukkan adanya penyimpangan prestasi kerja di bawah
yang tidak ditetapkan.
2.
Jenis-Jenis
Standar Yang Dibutuhkan
1)
Standar
Untuk Semua Kegiatan Perusahaan
Pengendalian manajerial meluas sampai pada semua fungsi
perusahaan penjualan, produksi, keuangan, dan riset.
2)
Standar
Untuk Prestasi Setiap Personel
Biaya-biaya dikendalikan oleh manusia. Melalui tindakan
seseorang atau sekelompok oranglah biaya-biaya dikoreksi atau diurangi sampai
pada suatu tingkat yang dapat diterima.
3)
Standar
Kuantitas Bahan
Dalam memproduksi suatu barang, salah satu factor biaya
yang paling nyata ialah kuantitas dari bahan yagn dipergunakan.
4)
Standar
Harga Bahan
Untuk membedakan penyimpangan biaya (cost variances) yang
terjadi karena pemakaian bahan yang berlebihan dari perbedaan biaya yang
terjadi karena perubahan harga, maka perlu ditetapkan suatu standar harga
bahan.
5)
Standar
Jumlah Jam Kerja
Sering upah merupakan unsur biaya produk yang paling
mahal.
6)
Standar
Tarif Upah
Tarif upah pada umumnya ditentukan oleh factor-faktor di
luar penguasaan perusahaan, mungkin sebagai hasil dari permufakatan melalui
serikat buruh atau menurut tarif yang berlaku di pasaran setempat.
7)
Standar
Biaya Overhead Pabrik
Salah satu dari banyak masalah yang harus dipecahkan oleh
sebagian besar controller, adalah menetapkan standar untuk mengendalikan biaya
overhead pabrik (manufacturing overhead expense) dan juga pembebanannya pada
produksi.
8)
Standar
Penjualan
Standar penjualan dapat ditetapkan untuk tujuan
pengendalian dan pengukuran efektivitas kegiatan penjualan atau pemasaran
9)
Standar
Biaya Distribusi
Sama seperti standar produksi yang ternyata berguna dalam
mengendalikan biaya produksi, demikian juga semakin banyak perusahaan menemukan
bahwa standar biaya distribusi merupakan alat pembantu yang berguna dalam
mengarahkan usaha penjualan secara layak. Beberapa
contoh dari standar biaya distribusi adalah sebagai berikut:
a. Biaya penjualan per unit yang dijual
b. Biaya penjualan sebagai suatu persentase dari penjualan bersih
c. Biaya per hari
d. Biaya per kilometer yang ditempuh
e. Biaya per order penjualan
10)
Standar
Biaya Administrasi
Bila perusahaan telah meluas dan usaha telah berkembang,
maka terdapat kecenderungan peningkatan biaya administrasi secara proporsional
dan terkadang menyimpang terhadap biaya-biaya ini, sama halnya seperti terhadap
biaya produksi.
11)
Standar
Lainnya
Standar dapat juga ditetapkan untuk mengukur efektivitas
dalam penggunaan harta atau kredit perusahaan. Berapa contoh yang dapat
dipertimbangkan untuk ini adalah sebagai berikut:
a. Current ratio
b. Perputaran persediaan
c. Rasio hutang terhadap modal sendiri
d. Penjualan bersih terhadap piutang
e. Banyaknya hari penjualan yang belum ditagih
f. Tingkat pengembalian atas modal sendiri
g. Perputaran modal kerja
h. Operating ratio
3.
Penetapan
Standar
Pada dasarnya penetapan standar memerlukan pengkajian dan
analisa yang teliti. Controller dan stafnya, yang terlatih dalam hal analisa,
dan memiliki catatan-catatan pokok tentang berbagai kegiatan, adalah dalam
posisi terbaik untuk berperan dalam mnenetapkan tolok ukur prestasi pelaksanaan
(performance).
1)
Metoda
Penetapan Standar
Berbagai fase yang terlibat dalam penetapan standar dapat
diikhtisiarkan sebagai berikut:
a. Pengakuan perlunya suatu standar untuk pengaplikasian khusus
b. Obsevasi dan analisa pendahuluan
c. Pemisahan fungsi, kegiatan dan/atau biaya dalam hubungan dengan
tanggungjawab masing-masing individu
d. Penetapan unit pengukuran untuk pada mana standar akan dinyatakan
e. Penetapan metode yang terbaik
f. Penetapan atau pernyataan standar
g. Pengujian standar
h. Pengaplikasian final
2)
Penggunaan
Standar Untuk Pengendalian
Controller harus memiliki fakta yang cukup untuk menunjukkan
kewajaran standar, bila timbul pertanyaan atau bila tolok ukur tersebut
dianggap tidak wajar. Bila standar jelas kelihatan tidak wajar, controller
harus bersiap untuk mengumpulkan data baru dan melakukan penyesuaian yang
selayaknya.
3)
Teknik
Pengendalian Biaya
Dalam analisa terakhir, tujuan pengendalian biaya adalah
untuk memperoleh jumlah produksi atau hasil yang sebesar-besarnya dengan
kualitas yang dikehendaki, dari pemakaian sejumlah bahan tertentu, tenaga
kerja, usaha, atau fasilitas. Yaitu memperoleh hasil yang sebaik-baiknya dengan
biaya yang sekecil mungkin dalam kondisi-kondisi yang ada. Dalam mengendalikan
pelaksanaan ini, langkah pertama ialah menetapkan standar perbandingan; langkah
kedua ialah mencatat prestasi pelaksanaan yang sebenarnya;dan langkah ketiga
ialah membandingkan biaya yang sesungguhnya terjadi dengan biaya standar
tatkala pekerjaan dilaksanakan.
4)
Siapa
yang Harus Menetapkan Standar?
Controller dalam kedudukannya sebagai seorang manajemen
operasional, dapat mengedalikan biaya departemen akuntansi. Di luar itu fungsi
controller hanyalah melaporkan fakta-fakta atas kegiatan lain dari perusahaan,
sehingga dapa diambil tindakan perbaikan, dan memberi informasi kepada
manajemen tentang efektivitas pengendalian biaya.
5)
Tingkatan
Standar
Bagaimana ketatnya sesuatu standar seharusnya? Meskipun
tidak terdapat garis pembatas yang jelas, tetapi dapat dibedakan 3 tingkat
sebagai berikut:
a. Standar ideal
b. Rata-rata prestasi kerja pada masa lalu
c. Standar prestasi yang baik dan dapat dicapai
6)
Titik
Pengendalian
Pembahasan mengenai titik pengendalian biaya meliputi,
selain penempatan tanggungjawab, juga masalah ketepatan waktu (timing).
Biaya-biaya harus dikendalikan tidak hanya pada tempat dimana biaya-biaya itu dikeluarkan,
tetapi juga lebih baik pada saat atau sebelum saat biaya-biaya itu dikeluarkan.
7)
Biaya
Apa yang Harus Mempunyai Standar?
Pengendalian biaya tetap dapat dilaksanakan
setidak-tidaknya melalui kedua cara sebagai berikut:
a. Dengan membatasi pengeluaran sampai pada suatu jumlah yang ditetapkan
terlebih dahulu.
b. Dengan penggunaan yang wajar dari fasilitas dan organisasi yang menimbulkan
biaya tetap.
4.
Prosedur
Untuk Merevisi Standar
1)
Revisi
Standar
Perubahan dalam metode-metode atau saluran-saluran distribusi,
atau perubahan-perubahan fungsi, dan mengharuskan adanya perubahan standar
untuk kegiatan penjualan, riset, atau administrative. Dengan perkataan lain,
standar sekarang harus direvisi bila kondisi-kondisi telah berubah sedemikian
rupa, sehingga standar tersebut tidak lagi merupakan pengukur yang realistis
atau wajar.
2)
Program
Untuk Revisi Standar
Mengadakan perubahan standar merupakan sesuatu yang
memakan waktu dan mungkin juga mahal. Karena alas an ini, maka hendaknya revisi
jangan dilakukan secara serampangan. Jadi, perlu terlebih dahulu direncanakan
langkah-langkah yang akan ditempuh dalam merevisi standar.melalui program yang
teratur untuk mengkaji dan merevisi standar secara kontinu, maka waktu dan uang
yang dikeluarkan untuk perubahan standar akan lebih sedikit dan usahanya akan
lebih produktif.
1.
Pencatatan
Standar
1)
Pentingnya
Catatan yang Memadai
Apabila controller harus dapat melayani manajemen secara
efektif dan perusahaan ingin memiliki keuntungan dari adanya informasi biaya
yang cermat, yang dapat diandalkan, dan yang segera, maka diperlukan pencatatan
yang memadai mengenai fakta-fakta.
2)
Jenis-jenis
Catatan yang Diperlukan
Dalam fungsi pabrikase, catatan-catatan yang berhubungan
dengan penetapan dan penggunaan standar dapat diklasifikasikan menjadi empat
golongan dasar sebagai berikut:
a. Spesifikasi-spesifikasi fisik yang menggariskan bahan yang diperlukan dan
urutan operasi-operasi pabrikase yang harus dilaksanakan.
b. Perincian biaya overhead (standar atau anggarannya) yang didasarkan pada
kapasitas normal.
c. Daftar biaya standar untuk setiap produk dan komponennya; dapat ini
menunjukkan biaya per unsur/jenis biaya.
d. Perkiraan-perkiraan penyimpangan (variance) yang menunjukkan jenis
penyimpangan dari standar.
3)
Pengendalian
Administratif
Meskipun penggunaan standar untuk fungsi-fungsi
administrasi tidak dikembangkan sebaik yang berlaku untuk operasi pengolahan,
tetapi tolok ukur tersebut dapat ditetapkan untuk dipergunakan secara umum.
4)
Pencatatan
Biaya Standar Dalam Perkiraan
Secara histories sebagian perusahaan menggunakan biaya
standar hanya untuk perbandingan statistic dan tidak menyatakannya dalam system
catatan akuntansi. Ini mungkin lebih benar berlaku bagi biaya-biaya
administrasi ketimbang bagi biaya produksi langsung.
5)
Aplikasi
Biaya Standar
Walaupun biaya standar telah diintegrasikan dalam
perkiraan, masih terdapat perbedaan yang besar mengenai saat pencatatan
standar. Sementara terdapat berbagai variasi dalam cara pembukuan, perbedaannya
mungkin sebagai berikut:
a. Pengakuan biaya standar pada saat terjadinya biaya.
b. Pengakuan biaya standar pada saat biaya dipindahkan ke perkiraan barang
jadi.
6)
Penggunaan
Biaya Standar Oleh Manajemen
Penggunaan data biaya standar secara ekstenatif dapat
dilakukan oleh manajemen dalam usaha mengarahkan kegiatan perusahaan. Beberapa
bidang yang akan dipertimbangkan adalah sebagai berikut:
a. Perencanaan dan peramalan
b. Motivasi para pegawai
c. Pemberian balas jasa bagi para pegawai
d. Pengukuran prestasi pelaksanaan
e. Penganalisaan tindakan alternative produk-produk baru
f. Keputusan-keputusan penetapan harga
g. Penilaian persediaan
h. Keputusan membuat atau membeli
i. Pengendalian dan pengurangan biaya
C.
Pengendalian Penjualan
1.
Masalah Manajemen Penjualan
Setiap fungsi manajemen mempunyai
banyak masalah yang beraneka macam serta cukup rumit. Tentunya manajemen
penjualan juga menghadapi problem-problem yang khas. Penjualan merupakan bidang yang
dinamis, disertai dengan kondisi yang selalu berubah-ubah,
sehingga terjadi masalah yang baru dan berbeda.
Meskipun banyak jenis masalah
yang tercahup dalam fungsi pengolahan penjualan, tetapi ada beberapa problema
yang umum, antara lain sebagai berikut :
1)
Produk
Produk apa yang akan dijual dan berapakah jumlahnya?
Apakah kualitas harus yang tertinggi atau yang terendah dalam bidang yang
bersangkutan apakah produk tersebut yang khusus atau yang umum?
2)
Penetapan
harga
Berapakah harga jual dari produk? Apakah perusahaan akan mengikuti suatu
kebijaksanaan untuk memenuhi setiap dan semua persaingan harga? Bagaimanakah
syarat penjualan yang akan diberikan?
3)
Distribusi
Kepada siapakah produk akan dijual, yaitu apa perusahaan
akan menjual langsung kepada konsumen terakhir atau melalui saluran lain
seperti grosir? Saluran distribusi apakah yang harus dipergunakan.
4)
Metode
penjualan
Bagaimana produk akan dijual? Apa melalui penjualan
pribadi, advertensi, atau pengiriman langsung? Atau promosi penjualan apakah
yang akan dipergunakan?
5)
Organisasi
Bagaimanakah menseleksi salesmen?
Dan bagaimana melatih mereka? Bagaimana mengenai organisasinya? Apakah diadakan
kantor-kantor cabang? Apakah pengawasan penjualan akan menangani
semua jenis produk, atau dispesialisasikan? Dalam departemen-departemen
apakah organisasi penjualan akan dibagi-bagi?
Berapakah tenaga salesmen (wiraniaga) yang akan dipekerjakan?
6)
Perencanaan
dan pengendalian
Bagaimana daerah penjualan ditetapkan? Apakah norma
standard penjualan akan dipergunakan sebagai alat pengukur prestasi? Apakah
dengan gaji? Komisi? Bonus? Pengendalian apakah yang diterapkan?
2.
Pengendalian Penjualan
Penjualan harus dikendalikan agar
dapat dicapai hasil pengembalian sebaik-baiknya
atas investasi. Laba bersih yang optimun akan dapat direalisasi hanya bila
terdapat hubungan yang wajar terhadap ke empat faktor berikut :
1)
Investasi
dalam modal kerja dan fasilitas-fasilitas
2)
Volume
penjualan
3)
Biaya
operasi (operating expenses)
4)
Laba
kotor
Oleh karena itu pengendalian
akuntansi terhadap penjualan adalah laporan-laporan
yang menganalisa kegiatan penjualan yang mengungkapkan trends dan hubungan-hubungan
dan penyimpangan-penyimpangan yang tidak dikehendaki dari tujuan, dari anggaran,
atau ari standar, yang telah dihitung dengan cara yang tepat agar ada tindakan
perbaikan.
Controller dan para stafnya dapat
membantu dan memajukan penjualan melalui penggunaan berbagai teknik analisis
sebagai berikut :
1)
Analisis
terhadap prestasi pelaksanaan penjualan dimasa lalu dalam hubungannya dengan
harga dan volume untuk menemukan perkembangan, kelemahan atau tendensi
yang tidak memuaskan.
2) Memberikan
bantuan kepada manajemen penjualan dalam menetapkan anggaran penjualan
menyeluruh yang sesuai dan melaporkan persesuaian pelaksanaan dengan rencana.
3) Memberikan
bantuan kepada manajemen penjualan dalam menetapkan standar pelaksanaan
penjualan.
4) Penyiapan
analisa yang sehat mengenai biaya dan investasi, untuk dipergunakan dalam
menetapkan harga-harga produk.
3.
Analisis Penjualan
1)
Mendapatkan
Fakta
Adalah sangat jelas, bahwa dalam setiap perusahaan,
gambaran menyeluruh atau angka rata-rata
saja tidaklah mencukupi. Informasi umum seperti ini kecil kegunaannya dalam
mengambil keputusan pokok mengenai pemasaran dan pengarahan usaha penjualan.
Data harus spesifik dan berhubungan langsung dengan masalah yang harus dicari
pemecahannya.
2)
Jenis
Analisa Penjualan Yang Diperlukan
Jenis-jenis yang sering dipergunakan adalah sebagai berikut :
a. Produk...jenis, warna, ukuran, harga, model, kualitas dari barang-barang
yang dijual.
b. Daerah...wilayah yang digunakan untuk mengarahkan penjualan, Propinsi,
Kota, Desa, area pemasaran lain.
c. Saluran distribusi...grosir,
pengencer, makelar, agen.
d. Metode penjualan...pengiriman
langsung, kunjungan dari rumah kerumah, dan sebagainya.
e. Pelanggan...dalam negeri dan luar
negeari, konsumen industri dan konsumen akhir, pelanggan swasta dan pelanggan
pemerintah, yang ditbulasikan menurut volume penjualan.
f. Besarnya order...ukuran
rata-rata dari setiap pembelian
g. Syarat penjualan...kontan,
C.O.D ( cash on delivery ) secara kredit ( piutang ), secara cicilan dan lain
sebagainya.
h. Organisasi...cabang, departemen.
i. Tenaga Wiraniaga...perorangan
atau perkelompok.
3)
Potongan
Penjualan
Dalam setiap analisis penjualan,pentingnya potongan /
pengurangan penjualan tidak boleh diabaikan. Walaupun penelaahan mungkin
berhubungan dengan penjualan bersih, tetapi adanya laba yang menyimpang mungkin
saja terletak dalam pengurangan penjualan, antara lain karena adanya biaya
pengangkutan yang tinggi, potongan-potongan khusus atau
diskon penjualan. Faktor-faktor ini dapat mengungkapkan, mengapa harga per unit
rendah.
4)
Manfaat
Lainnya Dari Analisis Penjualan
Kegunaan-keguanaan lain dari
analisis penjualan yang dapat dipertimbangkan adalah sebagai berikut :
a. Untuk perencanaan penjualan dan penetapan Quota penjualan.
b. Untuk pengendalian persediaan
c. Untuk penetapan berbagai standar penjualan
d. Untuk distribusi yang lebih baik dari usaha penjualan dari berbagai Daerah.
e. Untuk pengarahan yang lebih baik dari usaha penjualan produk
f. Untuk pengarahan yang lebih baik dari usaha penjualan dalam hubungan dengan
pelanggan.
5)
Analisis
Penjualan Dan Laba Kotor
Usaha-usaha penjualan sebagaimana telah dikemukakan sebelumnya,
harus diarahkan dan difokuskan pada volume panjualan yang menguntungkan. Untuk
mengcapai ini terhadap para manajemen penjualan harus disediakan semua fakta
yang berhubungan dengan laba.
6) Keterbatasan
Analisis Penjualan...Analisis penjualan
hanya merupakan suatu alat yang
dipergunakan oleh para eksekutif penjualan. Akan tetapi, analisis tersebut
tidak dapat menggantikan manajemen yang profesional yang diperlukan untuk
mengarahkan dan mengelolah fungsi penjualan. Artinya analisa volume penjualan
yang sebenarnya harus dipergunakan dalam hubungannya dengan faktor-faktor
lain seperti : potensi penjualan, rencana, anggaran, standar,
pelaksanaanhistoris, perbandingan dalam jenis industri yang sama, biaya
pengolahan, dan biaya usaha. Yang terpenting lagi ialah bahwa eksekutif
penjualan harus menggunakan data untuk mengambil keputusan yang efektif.
4.
Standar Penjualan
1)
Defenisi
Standar Penjualan
Suatu standard telah didefenisikan sebagai suatu tolak
ukur prestasi pelaksanaan yang telah dikembangkan secara ilmiah. Selanjutnya
dapat dilihat bahwa standar dapat digunakan untuk mengukur prestasi penjualan
menurut cara yang hampir serupa dengan cara yang digunakan untuk menilai
prestasi pelaksanaan didalam pabri.
Tiga pernyataan utama dalam mengembangkan alat-alat
untuk para eksekutif penjualan adalah sebagai berikut :
a. Standar
penjualan merupakan hasil dari penelitian dan analisis yang teliti terhadap
prestasi yang lalu.
b. Standar
penjualan harus merupakan tolak ukur yang adil dan wajar dari prestasi
pelaksanaan.
c. Standar
penjualan perlu ditinjau kembali dan direverisi dari waktu ke waktu.
2)
Kuota
Penjualan Sebagai Standar
Standar penjualan yang paling luas dipergunakan ialah
kuota penjualan. Kuota penjualan merupakan jumlah volume penjualan yang
ditetapkan bagi seorang tenaga salesmen. Suatu departemen, cebang, daerah, atau
devisi lain sebagai tolak ukur dari pelaksanaan yang memuaskan.
Akan tetapi kuota ini dapat meliputi pertimbangan-petimbangan
lain, seperti : laba kotor, penagihan atau biaya perjalanan, dan dengan
demikian menggambarkan standar prestasi pelaksanaan gabunganatau kolektif.
5.
Laporan Penjualan
1)
Isi
Laporan Penjualan
Hal-hal yang dapat dimasukkan dalam suatu laporan penjualan
mencakup bidang yang luas, laporan
tersebut mungkin meliputi :
a. Pelaksanaan
penjualan yang sebenarnya, dengan angka-angka
dengan bulan berjalan dan sampai bulan dua tahun berjalan.
b. Penjulan
yang dianggarkan untuk periode berjalan dan sampai dengan periode yang
berjalan.
c. Perbandingan
penjualan yang sebenarnya dari perusahaan dengan angka-angka
dalam jenis industri yang bersangkutan, meliputi persentase dari total.
d. Analisis
penyimpangan (variances) antara penjualan yang sebenarnya dengan yang
dianggarkan dan sebab-sebab terjadinya penyimpangan.
e. Hubungan
antara penjualan dan biaya, misalnya per order yang diterima.
f. Standar
penjualan perbandingan penjualan yang sebenarnya dan kuota per salesmen.
g. Data
harga jual per unit.
h. Data
laba kotor.
i. Data
yang sering dapat dinyatakan dalam unit fisik atau dalam unit uang.
Terlepas dari pelaksanaan penjualan yang sebenarnya atau
standar penjualan sebagian data yang lain mungkin berhubungan dengan order,
pembatalan, retur, potongan.
2)
Biaya
Sebagai Dasar Penetapan Harga
Terdapat tendensi yang kuatuntuk menganggap remeh atau memandang terlalu tinggi arti “biaya“ sebagai suatu faktor dalam penetapan harga. Sering terdengar pernyataan bahwa “harga didasrkan pada persaingan“. Kurang sering terdengar pernyataan bahwa “harga didasarkan pada harga pokok“. Tentunya kadang-kadang pernyataan itu berlaku. Akan tetapi jarang harga pokok dapat diabaikan sama sekali.
D.
Biaya
Distribusi, Produksi dan
Administrasi.
1.
Biaya Distribusi
Dari
pengertian yang lebih luas tentang biaya distribusi dapat dikategorikan sebagai
biaya yang berhubungan langsung dengan segala kegiatan, mulai dari saat
barang-barang telah dibeli/ diproduksi sampai kepada barang-barang tiba di
tempat pelanggan. Jadi biaya distribusi adalah biaya pemasaran atau lebih
tepatnya biasa disebut dengan biaya penjualan. namun dalam pembahasan di sini,
yang dimaksud dengan biaya distribusi adalah biaya-biaya yang lazimnya berada
di bawah pengendalian penuh para eksekutif pemasaran atau penjualan, tidak
termasuk biaya secara administrasi dan biaya finanasial.
Biaya
distribusi meliputi dan tidak terbatas hanya kepada klasifikasi-klasifikasi
umum berikut ini:
1)
Biaya
Langsung Penjualan (Direct Selling Expense)
Segala biaya langsung untuk memperoleh order (pesanan),
termasuk biaya langsung dari para salesmen, manajemen dan pengembalian
penjualan, kantor-kantor cabang, dan jasa penjualan, yaitu semua biaya yang
lazim berhubungan dengan mencari order.
2)
Biaya
Periklanan dan Promosi Penjualan
Semua pengeluaran seperti: media advertensi, biaya-biaya
yang berhubungan langsung dengan berbagai jenis promosi penjualan, pengembangan
dan publisitas.
3)
Biaya
Transportasi
Segala beban dari transporatasi untuk pengiriman barang
kepada para pelanggan dan atas barang yang telah dikembalikan, serta biaya
untuk mengelola dan memelihara bekerjanya fasilitas-fasilitas transportasi
untuk keluar.
4)
Biaya
Pergudangan dan Penyimpanan (Warehousing and Storage Expanse)
Termasuk semua biaya untuk penyimpanan pergudangan,
penanganan persediaan, pemenuhan order, dan juga termasuk pembukuan serta
penyiapan pengiriman.
5)
Biaya
Distribusi Umum
Semua biaya lain-lain yang berhubungan langsung dengan
fungsi-fungsi distribusi di bawah manajemen penjualan yang tidak termasuk pada
klasifikasi 1 sampai dengan 4 di atas. Dan hal ini dapat meliputi biaya umum
pengelolaan penjualan, pelatihan, riset pasar, dan fungsi-fungsi staf seperti
akuntansi dan lain-lain.
Pentingnya biaya distribusi dan
faktor penghambat biaya-biaya distribusi. Penggunaan
biaya distribusi telah menjadi semakin penting pada tahun-tahun seperti ini.
Pada kenyataannya pada banyak perusahaan-perusahaan besar, biaya distribusi
malah sudah berada diluar dugaan, bahkan sampai melebihi biaya produksi atau
biaya perolehannya/pembelian produk/barang. Secara umum dapat dikatakan, bahwa
biaya produksi telah semakin menurun, sedangkan biaya proses distrbusi justru
malah semakin meningkat. Sampai pada tingkat tertentu, kenaikan biaya penjualan
yang menyebabkan terjadinya peningkatan volume penjualan telah memungkinkan
perusahaan untuk mencapai efisiensi yang lebih besar dalam proses pabrikasinya.
Faktor utama yang mempersulit
pengendalian biaya distribusi. Para controller biaya pada umumnya yang menangani masalah
pengendalian biaya distribusi akan menemukan, bahwa permasalahan dari bidang
ini biasanya masih lebih rumit daripada permasalahan yang berhubungan dengan
biaya produksi.
Seperti faktor-faktor psikologi
yang memerlukan lebih banyak pertimbangan. Dalam hal operasional pengendalian
biaya yang dipengaruhi oleh sikap pembeli dan juga penjual sangat bervariasi,
dan reaksi dari persaingan yang tidak dapat diabaikan. Hal ini merupakan
pertentangan yang begitu tajam dengan produksi, yang mana para pekerja umumnya
merupakan satu-satunya unsur manusiawi.
Selain hal itu, dalam kegiatan
pemasaran metode-metodenya menjadi lebih fleksibek dan lebih banyak jika
dibandingkan dengan kegiatan produksi, dan berbagai agen atau saluran-saluran
distribusi yangdipergunakan. Kondisi-kondisi yang demikian dapat mengakibatkan
kegiatannya menjadi jauh lebih sulit untuk dibakukan (distandarisasi) daripada
kegiatan produksinya.
Perubahan-perubahann yang
berkesinambungan dalam metode penjualan atau saluran distribusi merupakan
faktor-faktor yang menyebabkan masih sulitnya untuk memperoleh informasi pokok.
Bahkan apabila informasi telah diperoleh, harus diberikan perhatian yang lebih
spesifik ke dalam interpretasinya. Akhirnya sifat kegiatannya juga membutuhkan
jenis biaya yang berbeda daripada biaya-biaya yang masih diperlukan untuk
proses produksi. Apabila biaya tidak langsung besar/penting, maka analisisnya
dalam berbagai keadaan memang membutuhkan suatu cara untuk pendekatan biaya
yang lebih relatif marjinal atau incremental.
2.
Biaya Produksi
Saat menjalankan sebuah usaha
dalam pengadaan barang atau jasa maka tentu dibutuhkan penghitungan biaya
produksi atau production cost, karena pelaporan biaya pada saat proses
pembuatan sebuah produk dan layanan sangat berguna dalam menghitung laba rugi sebuah
perusahaan. Penghitungan biaya ini memiliki peranan penting untuk mengetahui
unsur apa saja yang membutuhkan pendanaan serta besaran biaya yang disebutkan.
Dalam kondisi seperti itu tentu
akan membantu pengusaha dalam analisa dan evaluasi untuk proses produksi yang
dilakukan.
Biaya produksi juga merupakan
komponen penting dalam pelaporan keuangan perusahaan. Perhitungan biaya ini
harus diruntut secara detail guna menghasilkan laporan keuangan yang lebih baik
dan terperinci tanpa terlewat suatu hal yang penting.
1)
Apa itu Biaya Produksi?
Sebuah perusahaan yang melakukan kegiatan produksi untuk
suatu barang dan jasa guna dijual kembali dan menghasilkam keuntungan. Kegiatan
tersebut tentu membutuhkan biaya, inilah yang bisa disebut dengan biaya
produksi sebuah perusahaan.
Pada dasarnya biaya produksi merupakan biaya-biaya yang
dilakukan pada proses produksi perusahaan. Biaya tersebut meliputi bahan baku,
overhead pabrik dan biaya tenaga kerja langsung. Ketiga unsur biaya tersebut
sangat berpengaruh pada kegiatan produksi yang dilakukan oleh perusahaan.
a.
Direct
Material atau Bahan Baku Langsung
Bahan yang berbentuk fisik serta diidentifikasi dan di
proses menjadi bagian barang jadi, atau dapat dilihat asal usulnya sebagai
barang jadi dengan cara ekonomis dan sederhana.
b.
Direct
Labour atau Tenaga Kerja Langsung
Bahan baku yang menjadi produk jadi telah dikonversi oleh
tenaga kerja yang melakukan kegiatan tersebut dan bisa digabungkan secara layak
ke produk tertentu dalam proses produksi.
c.
Factory
Overhead atau Overhead Pabrik
Adanya unsur biaya
manufaktur yang tidak terlihat secara langsung pada pengeluaran tertentu. Pada
pelaporan keuangan, biasanya overhead pabrik memasukkan semua biaya manufaktur.
Tanpa memasukkan unsur bahan baku langsung serta tenaga kerja langsung dalam
proses produksi.
Adanya ketiga unsur penting ini memang tak bisa lepas
dari biaya produksi sebuah perusahaan. Banyaknya biaya overhead pabrik juga
akan mempengaruhi biaya yang akan di catat dalam laoran keuangan, seperti:
a.
Adanya
biaya bahan baku tak langsung
b.
Tenaga
kerja tidak langsung
c.
Biaya
pemeliharaan mesin serta reparasi
d.
Amortisasi
dan depresiasi
e.
Biaya
air dan listrik pabrik
f.
Asuransi
pabrik
g.
Operasi,
dll.
Hal tersebut di atas akan berpengaruh dalam menghitung
production cost pada suatu bisnis. Biaya-biaya tersebut memang melibatkan
berbagai macam unsur dan kebutuhan dalam pelaksanaan proses pembuatan suatu
barang dan jasa. Selain itu, pengaruh dari adanya biaya ini akan terlihat pada
saat pelaporan keuangan perusahaan.
2)
Contoh Biaya Produksi
Dalam menjalankan proses produksi tentu harus mengetahui
apa saja yang termasuk production cost. Karena biaya tersebut yang akan
berpengaruh dan sebagai pelaporan keuangan perusahaan.
Inilah yang termasuk contoh biaya yang digunakan dalam
acuan perhitungan produksi.
a.
Biaya
Tetap atau fixed Cost...Fixed cost merupakan biaya dengan jumlah tetap serta
tidak bergantung pada produksi yang didapatkan pada periode tertentu. Sebagai
contoh, pajak perusahaan, sewa gedung, biaya administrasi dan sebagainya.
b.
Biaya
Variabel atau Variable Cost...Biaya variabel ini besarnya bisa berubah-ubah
disesuaikan dengan hasil produksi. Dalam artian hasil produksi yang semakin
besar maka biaya variabel juga akan semakin besar. Seperti, upah bagi pekerja,
biaya bahan baku yang digunakan sesuai dengan jumlah produksi.
c.
Biaya
Total atau Total Cost...Pada periode tertentu sebuah perusahaan menghasilkan
barang jadi. Maka total dari biaya tetap dan biaya variabel yang digunakan
perusahaan tersebut dihitung sebagai besarnya production cost, inilah biaya
total.
d.
Biaya
Rata-rata atau Average Cost...Adanya production cost per unit yang dihasilkan
oleh perusahaan yang mengasilkan barang produksi dalam jumlah banyak dan
average cost ini dihitung melalui pembagian total biaya dengan jumlah produksi
yang dihasilkan di perusahaan.
e.
Marginal
Cost...Biaya marginal merupakan biaya tambahan yang dibutuhkan dalam
menghasilkan unit barang yang sudah jadi. Marginal cost yang muncul saat adanya
perluasan produksi pada saat akan menambah jumlah barang yang dihasilkan.
Itulah beberapa contoh production cost yang ada serta
berpengaruh pada pelaporan keuangan. Berikut inilah rumusnya perhitungan
production cost :
Material biaya bersifat langsung + biaya untuk tenaga
kerja langsung + overhead pabrik + biaya tenaga kerja tak langsung
3)
Cara Perhitungan Biaya untuk Produksi
Inilah contoh dari cara menghitung production cost.
Misalnya saja perusahaan ABC bergerak di bidang pakaian jadi, dalam kurun waktu
satu bulan bisa memproduksi 5000 produk pakaian jadi yang dipasarkan pada 2
toko besar dan e-commerce secara online.
Pada proses produksi 5.000 produk pakaian jadi, maka
diperlukan:
Rp. 80.000.000 untuk
pengadaan bahan baku
Rp. 30.000.000 sebagai
gaji karyawan
Rp. 20.000.000 untuk
endorsement
Rp. 15.000.000 guna
launching produk mengundang media
Rp. 12.000.000 digunakan
sebagai bandwith kuota internet
Rp. 6.000.000 untuk transport produk ke 2 toko besar
Rp. 10.000.000 packaging
produk.
Rp. 3.000.000 digunakan
sebagai pengeluaran gudang penyimpanan.
Setelah ditambahkan semua biaya tersebut maka
menghasilkan produksi sebesar Rp 176.000.000 dan dibagi dengan 5000 unit,
hasilnya biaya rata-rata atau Average Cost untuk satu buah barang adalah Rp
35.200.
Contoh lain, sebuah PT XYZ perusahaan dalam pengadaan
alat rumah tangga. Di awal juli, PT XYZ
memiliki laporan bisnis sebagai berikut :
Persediaan bahan baku mentah Rp. 50.000.000
Bahan baku setengah jadi Rp.
80.000.000
Barang jadi yang siap dijual Rp.
110.000.000
Pembelian persediaan bahan baku Rp.
700.000.000
Biaya pengiriman Rp.
10.000.000.
Biaya pemeliharaan mesin Rp.
8.000.000
Sisa penggunaan bahan baku serta......
sisa bahan setengah jadi Rp.
50.000.000
Sisa bahan baku setengah jadi Rp.
10.000.000
Alat rumah tangga siap dijual Rp.
25.000.000.
Tahap 1 :
Bahan baku digunakan = saldo awal
bahan baku + pembelian bahan baku- saldo akhir bahan baku
80.000.000 + (700.000.000 + 10.000.000) – 50.000.000 =
740.000.000
Tahap 2 :
Total production cost = bahan baku digunakan + tenaga kerja langsung +
overhead produksi
135.000.000+ 8.000.000 = 143.000.000
Tahap 3 :
Harga pokok produksi = total biaya + saldo awal persediaan – saldo akhir
persediaan
143.000.000 + 80.000.000 – 10.000.000 = 213.000.000
Tahap 4 :
Harga pokok produksi = HPP + persediaan barang awal – persediaan barang
akhir.
213.000.000 + 110.000.000 – 25.000.000 = 298.000.000
Jadi, harga pokok produksi bulan juli, Rp 298.000.000.
3.
Biaya Administrasi
Biaya administrasi
(administrative charge) adalah biaya yang dibebankan oleh bank kepada pemegang
rekening pada suatu bank. Biaya tersebebut mungkin tidak berlaku jika nasabah
dapat memelihara saldo minimum tertentu. Ini juga disebut sebagai fee
administrasi.
Meski umum
diberlakukan untuk industri perbankan, istilah biaya administrasi juga berlaku
untuk beberapa kegiatan ekonomi lainnya. Misalnya, jika seseorang membeli tiket
online, ia mungkin harus membayar biaya administrasi selain biaya tiket itu
sendiri dan pajak penjualan yang berlaku. Biaya administrasi dapat memberikan
kompensasi kepada penjual, misalnya, untuk biaya pemrosesan informasi kartu
kredit secara online.
Pada dasarnya,
biaya administrasi adalah uang yang dibebankan kepada nasabah atau pihak tertentu
sebagai kompensasi kegiatan administrasi tertentu. Contoh lainnya adalah biaya
administrasi yang dibebankan oleh ShopeeMall ke penjual sejak 1 Januari 2019
dan Star Seller sejak 12 April 2019 adalah sebesar 0.5% atau 1.5%. Biaya
tersebut dihitung berdasarkan harga produk dikurangi total diskon dan voucher
dari toko.
Dengan perkirakan
biaya administrasi sebesar 0,5%, harga produk saat diskon adalah Rp100.000 dan
voucher toko yang digunakan adalah sebesar Rp5.000, maka biaya administrasi
ShopeeMall adalah sebagai berikut:
Harga
produk saat diskon Rp. 100.000
Voucher
toko yang digunakan Rp. 5.000
Total Harga Produk
Rp. 95.000
Biaya
Administrasi Rp. 95.000 x 0,5% = Rp. 470
Beban administrasi
adalah biaya yang berkaitan dengan administrasi umum sebuah bisnis. Kategori
biaya ini tidak berhubungan khusus dengan fungsi bisnis apa pun seperti
produksi dan penjualan. Biaya-biaya ini dikeluarkan di tingkat perusahaan,
bukan oleh masing-masing departemen atau unit bisnis.
Dalam laporan laba
rugi, beban administrasi disajikan sebagai bagian dari biaya operasi, bersama
dengan biaya penjualan perusahaan. Biaya operasional dikurangkan dari laba
kotor atau pendapatan kotor untuk sampai pada laba operasi sebelum beban
keuangan dan pajak.
Contoh biaya administrasi
adalah gaji dan bonus eksekutif perusahaan, gaji dan upah personel yang
melakukan fungsi staf seperti departemen akuntansi dan sumber daya manusia,
serta beban professional seperti konsultan hukum dan audit.
No comments:
Post a Comment