UJIAN AKHIR SEMESTER (UAS)
1.
Rasmin
Halawa
2.
Mitha
Dembi Duppa
3.
Laura
Grecia Sihombing
4.
Hizkia
Wijaya Putra
Kasus:
Gereja x di kota y
memulai sebuah program inovatif yang bernama " kreasi misi digital"
yang bertujuan untuk mempromosikan misi gereja melalui plafom, media sosial dan
media digtal lainnya. Untuk mendukung keberlanjutan pengutus gereja berencana
untuk mengembangkan usaha sampingan berupaa pembuatan konten digital, pemilihan
media sosial untuk komunitas , dan penjualan merchandise bertema misi kristen.
Mereka berharap usaha inin bisa menjadi sumber dana untuk mendukung keegiatan
misi da komunikasi gereja. Namnu, mereka menghadapi antangan dalam mengelola
keuangan usaha, memasarkan produk, dan menjangkau target audiens secara
efektif.
Soal:
1.
Tolong
identivikasi peluang kewirausahaan yang dapat diambil oleh gereja X untuk
mendukung program kreasi misi digital. sebutkan dan jelaskan minimal dua
peluang tersebut.
Jawaban:
a.
Usaha Jasa
Kreatif Digital Bertema Rohani
Gereja X dapat mengembangkan unit
usaha jasa kreatif yang menyediakan layanan
pembuatan konten digital rohani seperti desain grafis, video pendek
reflektif, ilustrasi ayat Alkitab, hingga konten untuk media sosial bertema
kekristenan. Layanan ini tidak hanya digunakan untuk kepentingan internal
gereja, tetapi juga dapat ditawarkan ke gereja lain, komunitas pelayanan,
bahkan individu yang aktif di pelayanan digital.
b.
Penjualan
Merchandise Tematik Kristen Melalui E-commerce
Gereja X dapat memanfaatkan tren e-commerce dan minat publik terhadap produk
dengan makna spiritual melalui penjualan merchandise bertema misi Kristen seperti kaos dengan kutipan
Alkitab, tote bag, mug, stiker, buku renungan, jurnal harian, dan aksesori
lainnya. Produk-produk ini dapat dipasarkan melalui marketplace (Shopee,
Tokopedia), media sosial, dan website resmi gereja.
2.
Sebutkan
dan jelaskan langkah-langkah strategis yang harus diambil oleh gereja X untuk
memulai dan mengelola sampingan ini secara efektif?
Jawaban:
a.
Membentuk Tim Khusus Wirausaha Digital Gereja artinya: Gereja perlu membentuk tim
inti yang terdiri dari orang-orang yang memiliki latar belakang di bidang keuangan, pemasaran digital, desain konten,
dan manajemen proyek. Tim ini bertugas merancang perencanaan bisnis,
menjalankan operasional harian, serta mengevaluasi perkembangan usaha secara
rutin.
b.
Menyusun Rencana Bisnis (Business Plan) Sederhana
artinya: Gereja
perlu membuat rencana bisnis yang jelas mencakup: Visi dan misi usaha digital,
Target pasar yang dituju (segmen usia, komunitas Kristen, dll), Jenis produk
dan layanan yang akan ditawarkan, Model pendanaan awal dan proyeksi pendapatan,
Strategi pemasaran dan distribusi, dan Struktur biaya dan alur pengelolaan
keuangan
c.
Mengembangkan Identitas dan Branding yang Kuat
artinya: Branding
adalah kunci agar produk dan konten dari Kreasi Misi Digital mudah dikenali dan
diingat. Gereja perlu membangun identitas visual yang konsisten (logo, warna,
gaya desain), serta menyampaikan pesan spiritual yang relevan dan inspiratif
dalam setiap produk maupun konten yang dibuat.
d.
Mengelola Keuangan Secara Profesional dan Transparan
artinya: Salah satu tantangan utama adalah
pengelolaan keuangan. Gereja sebaiknya menggunakan aplikasi akuntansi sederhana
(misalnya: BukuKas, Wave, atau Excel terstruktur) untuk mencatat pemasukan,
pengeluaran, stok, dan keuntungan. Selain itu, pemisahan antara dana gereja dan
dana usaha juga sangat penting agar tidak terjadi konflik atau kesalahpahaman.
e.
Menentukan Saluran Distribusi dan Platform Penjualan
artinya:
Gereja harus memilih platform digital yang paling efektif untuk
menjangkau audiens. Misalnya: Instagram dan TikTok untuk promosi visual konten
rohani, Marketplace (Shopee, Tokopedia) untuk menjual merchandise,
WhatsApp/Telegram untuk komunitas dan pelanggantetapMasing-masing platform harus
dikelola secara aktif dan konsisten.
f.
Melakukan Promosi Secara Konsisten dan Kreatif
artinya: Gunakan konten yang menarik dan
bermakna secara spiritual, seperti: Testimoni pemakai merchandise, Video
behind-the-scenes pembuatan konten,
Gereja juga bisa memanfaatkan influencer
Kristen atau jemaat yang aktif di media sosial untuk memperluas
jangkauan promosi.
g.
Evaluasi dan Perbaikan Berkala artinya: Secara berkala (misalnya setiap
bulan), tim perlu melakukan evaluasi terhadap kinerja usaha: penjualan, engagement
media sosial, pengelolaan keuangan, dan kepuasan audiens. Evaluasi ini akan
menjadi dasar untuk melakukan perbaikan dan pengembangan strategi selanjutnya.
3.
Apa
saja aspek keuangan yang perlu diperhatikan dalam pengelolaan usaha ini agar
usaha tetap berkelanjutan dan
bertanggung jawab secara etis?
Jawaban:
a.
Pemisahan Dana Usaha dan Dana Gereja
Penjelasan:
Harus ada pemisahan yang jelas antara dana gereja (yang
digunakan untuk kegiatan pelayanan) dan dana usaha (yang berasal dari dan untuk
kegiatan komersial seperti penjualan merchandise dan jasa digital). Hal ini
penting agar tidak terjadi konflik kepentingan, dan untuk menjaga akuntabilitas
penggunaan dana.
b.
Pencatatan Keuangan yang Transparan dan Teratur
Penjelasan:
Setiap transaksi—baik pemasukan maupun pengeluaran—harus dicatat secara rutin
dan sistematis, misalnya menggunakan aplikasi pembukuan sederhana
seperti BukuKas, Excel, atau WaveApps. Laporan keuangan ini
sebaiknya dibuat bulanan dan bisa dipertanggungjawabkan kepada jemaat atau dewan
gereja untuk menjaga kepercayaan publik.
c.
Penyusunan Anggaran dan Proyeksi
Keuangan
d.
Penjelasan:
Gereja perlu membuat anggaran tahunan/bulanan untuk usaha ini,
termasuk proyeksi pendapatan, biaya produksi (misalnya biaya sablon kaos,
pengiriman, dll), biaya operasional (gaji tim konten, iklan digital), serta
dana cadangan. Ini akan membantu menghindari pengeluaran impulsif dan
memastikan bahwa keuangan dikelola secara bijak.
e.
Pengendalian Biaya dan Efisiensi Operasional.
Penjelasan:
Untuk menjaga keberlanjutan, penting bagi usaha ini untuk menjaga
efisiensi: memilih vendor yang kompetitif, menggunakan metode
pre-order untuk menghindari stok menumpuk, dan memanfaatkan relawan kreatif
dari jemaat untuk menekan biaya tenaga kerja. Evaluasi rutin terhadap biaya
juga harus dilakukan agar usaha tetap hemat dan efisien.
f.
Audit Internal dan Laporan Pertanggungjawaban
Penjelasan:
Setiap kuartal atau tahun, sebaiknya dilakukan audit internal sederhana
untuk memastikan tidak ada penyalahgunaan dana. Laporan keuangan juga bisa
dipublikasikan dalam bentuk ringkasan kepada jemaat sebagai bentuk transparansi
dan akuntabilitas etis.
g.
Pemanfaatan Keuntungan untuk Tujuan Pelayanan.
Penjelasan:
Sebagian keuntungan dari usaha ini harus dialokasikan secara jelas untuk
mendukung misi dan kegiatan komunikasi gereja, sesuai tujuan
awal dibentuknya program ini. Dengan begitu, usaha tetap sejalan dengan
nilai-nilai etis dan spiritual gereja, dan tidak berubah menjadi usaha yang
hanya berfokus pada profit.
h.
Kepatuhan terhadap Perpajakan dan Regulasi
Penjelasan:
Meskipun dilakukan oleh gereja, usaha yang bersifat komersial tetap perlu
memperhatikan aturan perpajakan dan hukum usaha kecil (UMKM).
Gereja harus memastikan semua transaksi legal dan sesuai regulasi agar tidak
menghadapi masalah hukum di kemudian hari.
4.
Bagaimana
dapat memanfaatkan media sosial dan plafom digital lainnya untuk memasarkan
produk dan jasa dari usaha ini agar menjangkau audiens yang lebih luas?
Jawaban:
a.
Menentukan platform yang tepat sesuai target audiens
b.
Membuat konten berkualitas yang relevan dan
konsisten.
c.
Memanfaatkan influencer atau tokoh kristen digital
d.
Menggunakan fitur iklan berbayar (digital ads)
e.
membuat
website atau toko online
f.
Mengajak jemaat terlibat sebagai promotor digital
g.
Mengadakan kegiatan interaktif digital
5.
Seorang
pengurus ingin memastikan bahwa usaha ini tetap sesuai dengan nilai-nilai
Kristen dan tidak mengurangi integritas misi gereja. Bagaimana cara mengelola
aspek moral dan etika dalam pengembangan usaha ini?
jawaban:
a.
Menetapkan landasan nilai kristen sebagai pedoman
usaha
b.
Memastikan bahwa misi rohani tetap menjadi tujuan
utama
c.
Menghindari komersialisasi iman
d.
Menjaga transparansi dan akuntabilitas
e.
Memberi upah yang adil dan menghindari eksploitasi
f.
Menyaring konten agar tidak menyesatkan atau
sensasional
g.
Berdoa dan melibatkan jemaat dalam pengambilan
keputusan
UJIAN
AKHIR SEMESTER
KEWIRAUSAHAAN-2
Nama-nama Kelompok :
1.
Obernando Hulu
2.
Lady Samuella br Barus
3.
Flora Damanik
4.
Debora Cesia Natalia
5.
Honisa
Kasus:
Gereja
X dj Kota Y memulai sebuah program inovatif yang bernama "Kreasi Misi
Digital,' yang bertujuan untuk mempromosikan misi gereja melalui platform media
sosłal dan media digital lainnya. Untuk
mendukung keberlanjutan program init program inovatif yang bernama "Kreasi
Misi Digital,' yang bertujuan untuk mempromosikan misi gereja melalui platform
media sosłal dan media digital lainnya. Mereka berharap usaha ini bisa menjadi
sumber dana untuk mendukung kegiatan misi dan komunikasi gereja, Namun, mereka
menghadapi tantangan dałam mengelola keuangan usaha, memasarkan produk, dan
menjangkau target audiens secara efektif.
Soal Studi Kasus.
1.
Identifikasi
peluang kewirausahaan yang dapet diamtil deh Gereja X untuk mendukung prcgram
"Kreasi Misi Digital” Tuliskan dan jelaskan minimal dua peluang tersebut,
2.
Sebutkan
dan jelaskan langkah-largkah strategis yang harus diambil oleh Gereja X untuk
memulai dan mengelola usaha sampingan ini secara efektif.
3.
Apa
saja aspek keuangan yang pertu diperhatikan dalam pengelolaan usaha ini agar
usaha tetap berkelanjutan dan bertanggung jawab secara etis?
4.
Bagaimana
gereja dapat memanfaatkan media sosial dan platfcm digital lainnya untuk memasarkan produk dan jasa dari usaha ini
agar menjangkau audiens yang lebih luas?
5.
Seorang
pengurus ingin memastikan bahwa usaha itu tetap sesuai dengan nilai-nlai
Kristen dan tidak mengurangi integritas misi gereja, Bagaimana caranya
mengelola aspek moral dan etika dalæn pengembargan usaha ini?
Jawab:
1.
Ada
pun peluangnya ialah:
1)
Pengembangan
Program Inovatif “Kreasi Misi Digital” sebagai Usaha Kreatif Berbasis Media
Sosial dan Digital
Penjelasannya:
a.
Program
ini tidak hanya bersifat pelayanan rohani, tapi juga bisa dikembangkan menjadi
unit usaha kreatif yang menyediakan jasa pembuatan konten digital, seperti
video renungan, podcast, desain grafis bertema Kristen, dan promosi kegiatan
gereja.
b.
Program
ini bisa menjadi sumber penghasilan dengan menjual konten ke gereja lain,
komunitas Kristen, sekolah-sekolah Kristen, bahkan pribadi-pribadi yang
membutuhkan jasa konten rohani.
c.
Selain
berdampak pelayanan, program ini bisa dimonetisasi melalui media digital
seperti YouTube, Instagram (endorsement), dan kerja sama dengan brand-brand
merchandise rohani.
Jadi, program ini dapat dikembangkan menjadi usaha
kreatif berbasis pembuatan konten dan media digital bertema rohani yang
menghasilkan dana bagi misi gereja.
2)
Pengembangan
Solusi dari Tantangan Pengelolaan Keuangan, Pemasaran Produk, dan Menjangkau
Audiens
Dari tantangan yang
disebutkan di kasus: ”Mereka menghadapi tantangan dalam mengelola keuangan
usaha, memasarkan produk, dan menjangkau target audiens secara efektif.”
Di balik tantangan
itu sebenarnya tersembunyi peluang, yaitu:
a.
Peluang
menciptakan sistem manajemen keuangan digital yang sederhana dan transparan
khusus untuk usaha gereja berbasis digital. Misalnya, menggunakan aplikasi kas
online (seperti BukuKas, Jurnal.id, atau Excel berbasis cloud) untuk memudahkan
pencatatan keuangan usaha.
b.
Peluang
membuka layanan konsultasi digital marketing untuk gereja dan komunitas Kristen
lainnya. Karena Gereja X mengalami tantangan dalam pemasaran, maka dengan
mengembangkan keahlian di bidang ini, mereka tidak hanya menyelesaikan masalah
internal, tetapi juga bisa menawarkan jasa ini ke gereja atau komunitas Kristen
lain yang menghadapi masalah serupa.
c.
Peluang
memperluas audiens lewat kerja sama digital dengan influencer Kristen,
komunitas online, marketplace, dan media digital lokal untuk menjangkau pasar
yang lebih luas.
Jadi,
Tantangan yang dihadapi membuka peluang bagi Gereja X untuk menciptakan sistem
manajemen keuangan digital, jasa digital marketing, dan kerja sama media sosial
untuk menjangkau pasar yang lebih luas.
2.
Langkah-langkah
strategis yang harus diambil oleh gereja x untuk memulai dan mengelola usaha
sampingan “kreasi misi digital” secara efektif, yaitu;
1)
Membentuk
tim pengelola usaha yang kompeten
Langkah pertama
yang perlu dilakukan adalah membentuk sebuah tim khusus yang bertanggung jawab
dalam mengelola usaha ini. Tim ini sebaiknya beranggotakan orang-orang yang
memiliki keahlian di bidang pembuatan konten digital, keuangan, pemasaran, dan
komunikasi media sosial. Dengan adanya tim yang kompeten, usaha dapat berjalan
lebih terarah, terstruktur, dan profesional.
2)
Menyusun
rencana usaha secara tertulis yang menjadi pedoman dalam pelaksanaan usaha.
3)
Menyiapkan
modal awal dan sistem pengelolaan keuangan yang menjamin usaha berjalan
profesional dan transparan.
4)
Melakukan
produksi konten dan peluncuran awal yang memperkenalkan usaha dan produk kepada
masyarakat.
5)
Menyusun
strategi pemasaran digital yang menjangkau audiens yang lebih luas melalui
media sosial.
6)
Melakukan
evaluasi secara berkala yang mengukur keberhasilan dan memperbaiki kekurangan
usaha.
7)
Menyusun
pedoman etika usaha berbasis nilai kristen
Langkah terakhir
adalah menyusun pedoman etika usaha yang berlandaskan nilai-nilai kekristenan.
Hal ini bertujuan agar usaha yang dijalankan tidak hanya berorientasi pada
keuntungan, tetapi juga tetap menjaga kesaksian iman dan nilai-nilai pelayanan.
Misalnya, usaha harus mengutamakan kejujuran, pelayanan, dan tidak menjual
produk atau jasa yang bertentangan dengan ajaran Alkitab.
3.
Dalam
mengelola usaha sampingan berbasis digital seperti Kreasi Misi Digital,
pengelolaan keuangan merupakan bagian penting yang harus diperhatikan secara
serius. Keuangan yang tertata rapi bukan hanya untuk menjamin keberlanjutan
usaha, tetapi juga untuk menjaga kepercayaan jemaat serta memastikan bahwa
usaha tetap sesuai dengan nilai-nilai etika Kekristenan.
Adapun aspek-aspek keuangan yang perlu diperhatikan
adalah sebagai berikut:
1)
Pemisahan
keuangan usaha dan keuangan gereja yang menghindari kebingungan dan menjaga
akuntabilitas.
2)
Penyusunan
anggaran yang jelas dan realistis yang menjadi pedoman keuangan yang terukur
dan realistis.
3)
Pencatatan
keuangan yang rinci dan transparan yang mempermudah evaluasi dan pengendalian
usaha.
4)
Pengelolaan
keuntungan secara bertanggung jawab yang mendukung keberlanjutan usaha dan
pelayanan gereja.
5)
Menyediakan
dana cadangan (dana darurat) yang mengantisipasi risiko usaha di masa mendatang.
6)
Audit
keuangan dan pelaporan kepada jemaat yang menjaga etika, transparansi, dan
kepercayaan jemaat
4.
Agar
usaha Kreasi Misi Digital
berjalan efektif dan dikenal oleh masyarakat luas, gereja perlu memanfaatkan
media sosial dan berbagai platform digital secara maksimal. Saat ini, media
digital bukan hanya sarana komunikasi, tetapi juga media pemasaran yang
terbukti efektif, murah, dan bisa menjangkau audiens lintas daerah, bahkan
lintas negara.
Berikut cara-cara
yang dapat dilakukan:
1)
Menggunakan
platform media sosial populer dengan tujuan untuk menjangkau berbagai kalangan
dan usia.
2)
Membuat
konten menarik, kreatif, dan konsisten dengan tujuan untuk menarik perhatian
dan membangun citra positif usaha.
3)
Menggunakan
fitur promosi berbayar (Ads) di media dengan tujuan untuk memperluas jangkauan
pemasaran secara efektif.
4)
Menjalin
kerja sama dengan influencer dan komunitas online dengan tujuan untuk memperluas
jaringan promosi melalui pihak ketiga.
5)
Memanfaatkan
marketplace dan website sendiri dengan tujuan untuk menjangkau pasar lebih luas
di luar komunitas gereja.
6)
Membentuk
komunitas digital jemaat dan pelanggan dengan tujuan untuk meningkatkan
loyalitas dan relasi dengan pelanggan
5. Dalam pengembangan usaha Kreasi Misi Digital, penting sekali
untuk memastikan bahwa setiap aktivitas usaha tetap berjalan sesuai dengan
ajaran dan nilai-nilai Kristen. Usaha gereja bukan sekadar mencari keuntungan
materi, tetapi juga menjadi sarana pelayanan yang bermartabat. Oleh sebab itu,
perlu ada pengelolaan aspek moral dan etika yang terencana agar integritas misi
gereja tetap terjaga.
Berikut cara-cara
yang dapat dilakukan:
1)
Menyusun
pedoman etika usaha berbasis nilai kekristenan yang menjadi panduan etis bagi
tim usaha.
2)
Melibatkan
pengawasan dari majelis atau dewan etika gereja yang mengawasi dan mengevaluasi
usaha secara moral.
3)
Mengutamakan
tujuan pelayanan di atas keuntungan
Menjaga motivasi
usaha tetap pelayanan, bukan profit semata
4)
Menyediakan
laporan keuangan dan kegiatan secara terbuka
Membangun kepercayaan dan akuntabilitas jemaat.
5)
Memastikan
produk dan konten tidak bertentangan dengan nilai Injil
Menjamin usaha
tidak bertentangan dengan ajaran Kristen.
Nama Kelompok 3: Armanius Nduru
Angel Barus
Camsia Silalahi
Kristin Simanjuntak
M. Kuliah : UAS Kewirausahaan
STUDI KASUS:
Gereja X di kota Y memulai sebuah
program inovatif yang bernama “kreasi misi digital”,
yang bertujuan untuk mempromsikan
misi gereja melalui platform media sosial dan media
digital lainnya. Untuk mendukung
keberlanjutan program ini, pengurus gereja berencana
mengembangkan usaha sampingan
berupa pembuatan konten digital, pelatihan media sosial
untuk komunitas, dan penjualan
merchandise bertema misi Kristen. Mereka berharap usaha
ini bisa menjadi sumber dana untuk
mendukung kegiatan misi dan komunikasi gereja.
Namun, mereka menghadapi tantangan
dalam mengelola keuangan usaha, memasarkan
produk, dan menjangkau target
audiens secara efektif.
SOAL:
1. Identifikasi peluang
kewirusahaan yang dapat diambil oleh gereja X untuk
mendukung program “kreasi misi
digital”. Sebutkan dan jelaskan minimal dua
peluang tersebut.
2. Sebutkan dan jelaskan
langkah-langkah strategis yang harus diambil oleh gereja X
untuk memulai dan mengelola usaha
sampingan ini secara efektif.
3. Apa saja aspek keuangan yang
perlu diperhatikan dalam pengelolaan usaha ini agar
usaha tetap berkelanjutan dan
bertanggung jawab secara etis?
4. Bagaimana gereja dapat
memanfaatkan media sosail dan platform digital lainnya
untuk memasarkan produk dan jasa
dari usaha ini agar menjangkau audiens yang
lebih luas?
5. Seorang pengurus ingin memastikan
bahwa usaha ini tetap sesuai dengan nilai-nilai
Kristen dan etika dalam
pengembangan usaha ini.
JAWABAN:
1. Peluang
kewirausahaan
1)
Membuat Konten dimedia Sosial
Contoh:
Renungan harian dan kata kata motivasi, dengan membuat konten yang berisikan
kata motivasi yang berisi misi digital akan membuka peluang untuk bisa
menjangkau orang lebih banyak lagi. Pada jaman sekarang ini adalah jaman era
digital, dan tentunya semua orang pasti memiliki media sosial, oleh karena itu melalui
konten yang dibuat dapat menjangkau orang lain lebih banyak.
2)
Menjual merchandise
seperti:
kaos, gelang, tootbag, topi, tumbler,
alasan:
Mendapat penghasilan untuk membantu pelayanan gereja
2. Langkah
langakah strategis
a.
Membentuk tim yang profesional : Gereja mempersiapkan
orang orang yang ahli dalam mengelola usaha,
seperti konten kreator, administrasi, desain,
b.
Membuat nama, merk, dan logo usaha
c.
Mengurus izin usaha
d.
Membuat rencana
bisnis dan model operasional
e.
Membuat SOP:
sebagai aturan yang mengikat serta cara berjalannya sebuah usaha dengan baik.
f.
Membuat rencana keuangan dan menghitung modal awal
bisnis
g.
Pemasaran dan jaringan: Pemasaran dapat dilakukan dengan
cara survei pasar dan promosi dalam media sosial
h.
Monitoring dan
Evaluasi: Brifing untuk mengevaluasi hasil kinerja dan rencana kedepannya
seperti apa.
3. Aspek yang
harus diperhatikan dalam keuangan
a.
Membedakan keuangan gereja dengan keuangan bisnis
b.
Membuat
Evaluasi keuangan setiap melakukan suatu produksi
c.
Menghitung modal, keuntungan, sebelum memulai produksi
d.
Membuat laporan
rutin: membuat laporan setiap hari dan membuat pemeriksaan keuangan satu bulan
sekali.
e.
Pembayaran
dilakukan secara tunai
f.
Menghindari pemanfaatan keuntungan dengan hal hal
pribadi
g.
Membuat
simpanan atau investasi
4. Penggunaan
media sosial untuk menjangkau audiens
a.
Menggunakan digital dengan baik
contoh: menjadikan website sebagai pusat informasi, membuat
usaha di daftar Google bussines
b.
Membuat Konten beragam, dengan membagikan foto, video,
reels, workshop dan testimoni kepada pelanggan serta membuat live streaming.
c.
Membuat Plafrom
yang sesuai seperti: tiktok, Youtube, Instagram, toko pedia,
d.
Melibatkan
jemaat sebagai volintier
e.
Membuat be Hand
the ship pembuatan produk
5. Nilai nilai
kristen
a.
Menetapkan visi dan misi yang berlandaskan nilai
kristen (kejujuran, keadilan, kasih terhadap sesama, tanggung jawab,
pelayanan).
contohnya: menjalankan uasaha secara jujur, adil dan melayani
masyarakat sesuai dengan ajaran kristus
b.
menjaga etika usaha dakam setiap aspek dan menghindari
manipulasi harga, janji palsu atau praktik yang bisa menodai kesaksian gereja.
c.
Kepemimpinan
yang menjadi teladan:
setiap anggota harus menjadi contoh dalam kejujuran dan
integritas, etos kerja tinggi dan pengambilan keputusan yang bijaksana.
d.
Mengedepankan Kesejahteraan dan Martabat
Karyawan:
sejalan dengan ajaran Kristen
bahwa setiap manusia diciptakan menurut gambar dan rupa Allah (kej1:27-28)
Penguasaha harus memberi upah yang layak, menyediakan lingkungan kerja yang
aman, mengembangkan potensia dan kemampuan karyawan.
e.
Bertanggung jawab terhadap masyarakat dan
lingkungan:
contohnya: terlibat dalam kegiatan
sosial, menjaga kelestarian lingkungan hidup
f.
Mengintegrasikan Iman dalam
praktis bisnis.
Contohnya: mengawali rapat dengan
doa, mengadakan pembinaan rohani terhadap karyawan, menyediakan waktu untuk
pelayanan sosial.
No comments:
Post a Comment