Tuesday, July 8, 2025

UJIAN AKHIR SEMESTER MATA KULIAH BIMBINGAN STUDI ILMIAH

 









Oleh :
Antonius Gultom
Generasi Memberkati Anak Bangsa











UJIAN AKHIR SEMESTER (UAS)

MATA KULIAH BIMBINGAN STUDI ILMIAH

TA. 2025

 

 Contoh 

Pengaruh Media Digital

dalam Meningkatkan Efektivitas Misi Kristen di Era Digital

 

Oleh : Antonius Gultom – STT Suwarnadwipa Medan

Antoniusgultom99@gmail.com

 

A.               Pendahuluan

Perkembangan teknologi digital telah merubah berbagai aspek kehidupan manusia, termasuk dalam bidang keagamaan dan misi Kristen. Suryadi, B. (2020); Johnson, T. (2018); Smith, J. (2019); Anderson, R. (2021); Kurniawan, A., & Suryadi, B. (2021), menyatakan bahwa teknologi digital telah merubah berbagai aspek kehidupan manusia, termasuk dalam bidang keagamaan dan misi Kristen. Teknologi digital, seperti media sosial, platform daring, dan aplikasi keagamaan, memungkinkan penyebaran pesan keagamaan secara lebih luas dan cepat. Selain itu, teknologi memfasilitasi interaksi umat dan memperkuat komunitas iman.

Di era digital ini, media digital menjadi sarana penting dalam menyebarkan pesan iman, memperluas jangkauan misi, serta memperkuat komunitas percaya. Pemanfaatan media digital tidak hanya memudahkan komunikasi, tetapi juga membuka peluang baru dalam menjangkau generasi muda dan masyarakat yang sebelumnya sulit dijangkau melalui metode tradisional. Putra, A. & Sari, D. (2022); Hartono, B. (2020); Kurniawan, A., & Suryadi, B. (2021); Rogers, E. M. (2003); Nasution, R. (2019), yang menyatakan bahwa media digital tidak hanya memudahkan komunikasi, tetapi juga membuka peluang baru dalam menjangkau generasi muda dan masyarakat yang sebelumnya sulit dijangkau melalui metode tradisional. Media sosial, platform daring, dan konten multimedia memungkinkan pesan disampaikan secara lebih menarik dan interaktif, sehingga mampu menarik perhatian kelompok yang sulit dijangkau oleh pendekatan konvensional. Penulis juga mengulas strategi komunikasi efektif yang memanfaatkan media digital untuk memperluas jangkauan dan meningkatkan partisipasi masyarakat dalam berbagai program sosial dan keagamaan. Maka, penting untuk memahami bagaimana media digital berpengaruh terhadap efektivitas misi Kristen di zaman yang serba digital ini.

Seiring dengan pesatnya perkembangan teknologi informasi dan komunikasi, media digital seperti media sosial, website, aplikasi mobile, dan platform multimedia lainnya telah menjadi bagian integral dari kehidupan sehari-hari. Dalam konteks misi Kristen, media ini digunakan untuk menyampaikan firman Tuhan, meningkatkan kesadaran akan kegiatan gereja, dan memperkuat hubungan antar jemaat. Banyak gereja dan organisasi misi Kristen memanfaatkan media digital untuk melakukan penyebaran pesan secara global dengan biaya yang relatif lebih efisien dan cepat. Meskipun demikian, penggunaan media digital juga menghadapi tantangan tersendiri, seperti memastikan pesan yang disampaikan tetap relevan dan bermakna serta mampu membangun komunikasi yang efektif.

Kurniawan, A., & Suryadi, B. (2021); Nurhadi, D., & Setiyadi, A. (2022); Rogers, E. M. (2003); Pratama, R. (2020); McQuail, D. (2010), mereka menyatakan tantangan utama yang dihadapi dalam penggunaan media digital, seperti memastikan pesan yang disampaikan tetap relevan dan bermakna serta mampu membangun komunikasi yang efektif, termasuk personalisasi pesan, pemilihan platform yang tepat, serta penggunaan konten yang menarik dan interaktif. Selain itu, pentingnya memahami audiens dan konteks komunikasi agar pesan yang disampaikan dapat diterima secara optimal dan meningkatkan kualitas hubungan antara komunikator dan penerima pesan.

Oleh karena itu, penting untuk meneliti secara mendalam bagaimana media digital berperan dalam meningkatkan efektivitas misi Kristen dan apa saja strategi yang dapat digunakan untuk memaksimalkannya di era digital ini. 

B.               Kajian Teori

Henry Jenkins (2006), menyatakan, media digital telah menciptakan bentuk komunikasi yang lebih interaktif dan partisipatif, memungkinkan pesan keagamaan dan misi Kristen untuk disampaikan secara lebih personal dan langsung kepada audiens. Hal ini meningkatkan keterlibatan dan efektivitas penyebaran misi melalui media digital.

Marshall McLuhan (2014), berpendapat bahwa media adalah "ekstensi dari manusia," dan setiap media baru membawa dampak besar terhadap cara manusia berkomunikasi dan memahami pesan. Dalam konteks misi Kristen, media digital sebagai media baru mampu mempercepat penyebaran pesan iman dan mempengaruhi pola persepsi masyarakat secara global.

David Kinnaman dan Gabe Lyons (2011), menegaskan bahwa media digital memberikan peluang besar bagi gereja dan organisasi misi Kristen untuk menjangkau generasi muda dan komunitas yang sebelumnya sulit dijangkau. Mereka menyatakan bahwa penggunaan media digital yang tepat dapat meningkatkan daya jangkau dan efektivitas misi secara signifikan.

Henry Tan (2016), media digital menawarkan platform yang memungkinkan penyebaran pesan iman secara luas dan cepat, serta membangun komunitas iman yang lebih inklusif dan berkelanjutan. Ia menekankan pentingnya strategi digital yang matang untuk mencapai keberhasilan dalam misi Kristen di era digital.

Miller dan Mason (2014), menyatakan bahwa media digital tidak hanya sebagai alat komunikasi, tetapi juga sebagai alat transformasi sosial dan spiritual. Penggunaan media digital yang efektif dapat memperkuat pesan misi dan menciptakan dampak yang lebih luas dan mendalam secara emosional dan spiritual.

 

C.              Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode survei dan kualitatif dengan wawancara mendalam. Pendekatan campuran ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran lengkap mengenai pengaruh media digital terhadap efektivitas misi Kristen.

Lokasi penelitian dilakukan di Gereja dan organisasi misi Kristen di wilayah perkotaan dan pedesaan yang aktif menggunakan media digital.  Dan subjeknya adalah pendeta, pengurus organisasi misi, jemaat aktif yang mengikuti kegiatan misi melalui media digital, dan masyarakat umum yang menerima pesan misi melalui media digital.

Teknik Pengumpulan Data dilakukan dengan melakukan observasi lebih awal melalui pengamatan langsung terhadap kegiatan misi yang dilakukan melalui media digital seperti media sosial, website, dan platform multimedia lainnya., kemudian menyebarkan kuesioner kepada jemaat dan masyarakat yang terlibat dalam kegiatan misi melalui media digital untuk mengukur tingkat efektivitas penyebaran pesan dan partisipasi mereka. Untuk melengkapinya kemudian dilakukan wawancara mendalam dilakukan terhadap pendeta, pengurus organisasi misi, dan tokoh kunci untuk mendapatkan pandangan mendalam tentang penggunaan media digital dan dampaknya terhadap efektivitas misi. 

Instrumen penelitian dengan kuesioner berisi pertanyaan tentang penggunaan media digital, tingkat partisipasi, dan persepsi efektivitas misi, yang dilengkapi dengan panduan wawancara berisi pertanyaan terbuka mengenai strategi penggunaan media digital dan hambatan yang dihadapi.

Teknik analisis data yang digunakan kuantitatif, artinya data dari kuesioner dianalisis menggunakan statistik deskriptif dan inferensial (misalnya, korelasi dan regresi) untuk mengetahui hubungan antara penggunaan media digital dan efektivitas misi.  Sedangkan analisisnya juga kualitatif, data dari wawancara dan observasi dianalisis secara tematik untuk memahami pandangan dan pengalaman peserta terkait pengaruh media digital.

Validitas dan reliabilitas dilakukan untuk mengetahui kevalidan dan kereliabelan yang diuji, pengujian validitas dilakukan melalui uji coba instrumen dan validasi ahli, sementara reliabilitas diuji menggunakan metode alpha Cronbach untuk memastikan konsistensi data.

Selanjutnya akan dilakukan pegambilan kesimpulan dan rekomendasi dari hasil analisis yang akan digunakan untuk menyusun kesimpulan mengenai pengaruh media digital terhadap efektivitas misi Kristen dan memberikan rekomendasi strategis untuk pengoptimalan penggunaan media digital dalam misi.

 

D.               Pembahasan

Dalam era digital saat ini, media digital memegang peranan penting dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk dalam kegiatan misi Kristen. Penggunaan media digital sebagai alat penyebaran pesan iman dan pelaksanaan misi Kristen telah menjadi tren yang semakin berkembang. Melalui berbagai platform seperti media sosial, website, aplikasi pesan instan, dan platform multimedia lainnya, gereja dan organisasi misi mampu menjangkau khalayak yang lebih luas dan beragam.

 

Pengaruh Positif Media Digital dalam Misi Kristen

Media digital memberikan kemudahan dan kecepatan dalam menyampaikan pesan iman kepada masyarakat global. Melalui media sosial misalnya, gereja dapat melakukan kampanye misi secara masif dan langsung, serta membangun komunitas iman yang inklusif dan berkelanjutan. Data dari survei dan wawancara menunjukkan bahwa gereja yang aktif memanfaatkan media digital mengalami peningkatan partisipasi jemaat dan masyarakat dalam kegiatan misi. Selain itu, media digital memungkinkan penyebaran pesan secara visual dan audio yang lebih menarik, sehingga pesan iman lebih mudah dipahami dan diingat.

Selain memperluas jangkauan, media digital juga meningkatkan interaktivitas antara pelaku misi dan khalayak. Kegiatan seperti live streaming ibadah, diskusi online, dan program doa bersama daring memberikan pengalaman spiritual yang lebih personal dan langsung. Hal ini sejalan dengan pendapat Henry Jenkins yang menyatakan bahwa media digital menciptakan komunikasi yang interaktif dan partisipatif, yang sangat relevan dalam konteks misi Kristen.

 

Tantangan dan Hambatan 

Namun, penggunaan media digital tidak lepas dari tantangan. Salah satunya adalah kebutuhan kompetensi digital dari pelaku misi dan pengurus gereja yang harus mampu mengelola dan memanfaatkan platform digital secara efektif. Selain itu, isu keamanan data dan privasi juga menjadi perhatian penting dalam penggunaan media digital. Beberapa masyarakat mungkin juga skeptis terhadap konten digital tertentu yang kurang mendidik atau mengandung hoaks, sehingga diperlukan strategi penyampaian pesan yang bertanggung jawab.

 

Pengaruh terhadap Efektivitas Misi

Secara umum, penggunaan media digital telah terbukti meningkatkan efektivitas misi Kristen, terutama dalam hal jangkauan geografis dan kecepatan penyebaran pesan. Data dan pengalaman dari berbagai organisasi misi menunjukkan bahwa media digital mampu mempercepat pertumbuhan komunitas iman dan memperkuat hubungan spiritual di antara jemaat. Lebih jauh lagi, media digital memungkinkan gereja dan organisasi misi untuk menyesuaikan pesan sesuai dengan konteks budaya dan kebutuhan masyarakat sasaran, sehingga lebih relevan dan berdampak.

 

E.               Penutup

Media digital merupakan alat yang sangat berpengaruh dalam meningkatkan efektivitas misi Kristen di era digital. Pemanfaatan media digital yang tepat dan strategis mampu memperluas jangkauan, meningkatkan partisipasi, dan memperkuat pesan iman secara lebih efektif. Meskipun menghadapi berbagai tantangan, keberhasilan dalam mengintegrasikan media digital ke dalam strategi misi sangat penting untuk keberlanjutan dan keberhasilan misi Kristen di masa depan.

 

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa media digital memiliki pengaruh yang signifikan terhadap peningkatan efektivitas misi Kristen di era digital. Penggunaan media digital seperti media sosial, website, dan platform multimedia lainnya memungkinkan penyebaran pesan iman secara lebih luas, cepat, dan interaktif. Media digital juga meningkatkan partisipasi jemaat dan masyarakat umum dalam kegiatan misi, serta memperkuat hubungan spiritual dan komunitas iman. Meskipun demikian, tantangan seperti kebutuhan kompetensi digital dan isu keamanan data harus tetap diperhatikan. Secara keseluruhan, media digital menjadi alat yang sangat efektif dan strategis dalam mendukung keberhasilan misi Kristen di era digital ini.

 

 

Saran

Pengembangan Kompetensi Digital, melalui gereja dan organisasi misi perlu meningkatkan kompetensi digital pelayan dan pengurusnya agar mampu memanfaatkan media digital secara optimal dan bertanggung jawab. Strategi Penyampaian Pesan yang Relevan dan Etis. Pelaksanaan misi melalui media digital harus memperhatikan aspek etika, kejujuran, dan relevansi agar pesan yang disampaikan dapat diterima dengan baik dan tidak menimbulkan kesalahpahaman.

Penguatan Infrastruktur Teknologi. Gereja dan organisasi misi disarankan untuk meningkatkan infrastruktur teknologi dan keamanan data agar penggunaan media digital berjalan lancar dan aman. Pelatihan dan Edukasi kepada Jemaat dan Masyarakat. Memberikan edukasi mengenai penggunaan media digital yang sehat dan bertanggung jawab agar partisipasi masyarakat dalam misi digital semakin efektif dan positif.

Inovasi dan Kreativitas dalam Penyampaian Misi. Mengembangkan konten yang kreatif dan inovatif agar pesan iman lebih menarik dan mampu menjangkau generasi muda serta berbagai lapisan masyarakat.

 

F.                  Daftar Pustaka

 

Anderson, R. 2021. The Impact of Social Media on Religious Practice. Journal of Religion and Technology, 12(3), 203-220. 

 

Hartono, B. 2020. Media Sosial dan Perubahan pola komunikasi masyarakat. Jurnal Media Baru, 6(1), 50-65.

 

Jenkins, H. 2006. Convergence culture: Where old and new media collide. New York University Press.

 

Johnson, T. 2018. Digital Evangelism: How Technology is Changing the Way We Share the Gospel. Christian Mission Journal, 5(1), 45-60. 

 

Kinnaman, D., & Lyons, G. 2011. Unchristian: What a new generation really thinks about Christianity. Baker Books.

 

Kurniawan, A., & Suryadi, B. 2021. Media Digital dan Komunikasi Interaktif. Jakarta: Gramedia.

 

Kurniawan, A., & Suryadi, B. 2021. Media Digital dan Transformasi Misi Kristen. Jurnal Teknologi dan Misi Kristen, 4(2), 112-130.

 

McLuhan, M. 2014. Understanding media: The extensions of man. Routledge.

 

McQuail, D. 2010. Mass Communication Theory. Sage Publications.

 

Miller, J. C., & Mason, D. T. 2014. The digital age and the church: Opportunities and challenges. Journal of Religious Media, 8(2), 45-63.

 

Nasution, R. 2019. Memanfaatkan Media Digital untuk Meningkatkan Partisipasi Masyarakat. Jurnal Sosial dan Komunikasi, 7(3), 190-205.

 

Nurhadi, D., & Setiyadi, A. 2022. Tantangan dan Strategi dalam Penggunaan Media Digital untuk Membangun Komunikasi yang Relevan dan Bermakna. Jurnal Komunikasi Digital dan Media Baru, 8(1), 45-60.

 

Pratama, R. 2020. Optimalisasi Media Digital dalam Membangun Hubungan Komunikasi. Jurnal Komunikasi dan Media, 9(3), 150-165.

 

Putra, A. & Sari, D. 2022. Strategi Komunikasi Digital dalam Menjangkau Generasi Milenial dan Z. Jurnal Komunikasi dan Teknologi, 9(2), 85-102.

 

Rogers, E. M. 2003. Diffusion of Innovations. Free Press.

 

Setiyadi, A., & Nurhadi, D. 2022. Tantangan dan Strategi dalam Penggunaan Media Digital untuk Membangun Komunikasi yang Relevan dan Bermakna. Jurnal Komunikasi Digital dan Media Baru, 8(1), 45-60.

 

Smith, J. 2019. Teknologi dan Kehidupan Keagamaan: Studi Kasus Gereja Digital. Jakarta: Lembaga Studi Keagamaan. 

 

Suryadi, B. 2020. Media Digital dalam Misi Gereja: Peluang dan Tantangan. Jurnal Misi dan Penginjilan, 15(2), 77-90. 

 

Tan, H. 2016. Media and communication in the digital age. Jakarta: Gramedia.

UJIAN AKHIR SEMESTER MATA KULIAH KEWIRAUSAHAAN II (DUA)

 




















Oleh :
Antonius Gultom
Generasi Memberkati Anak Bangsa






UJIAN AKHIR SEMESTER (UAS)

 

1.      Rasmin Halawa

2.      Mitha Dembi Duppa

3.      Laura Grecia Sihombing

4.      Hizkia Wijaya Putra

 

Kasus:

Gereja x di kota y memulai sebuah program inovatif yang bernama " kreasi misi digital" yang bertujuan untuk mempromosikan misi gereja melalui plafom, media sosial dan media digtal lainnya. Untuk mendukung keberlanjutan pengutus gereja berencana untuk mengembangkan usaha sampingan berupaa pembuatan konten digital, pemilihan media sosial untuk komunitas , dan penjualan merchandise bertema misi kristen. Mereka berharap usaha inin bisa menjadi sumber dana untuk mendukung keegiatan misi da komunikasi gereja. Namnu, mereka menghadapi antangan dalam mengelola keuangan usaha, memasarkan produk, dan menjangkau target audiens secara efektif.

Soal:

1.      Tolong identivikasi peluang kewirausahaan yang dapat diambil oleh gereja X untuk mendukung program kreasi misi digital. sebutkan dan jelaskan minimal dua peluang tersebut.

 

Jawaban:

a.      Usaha Jasa Kreatif Digital Bertema Rohani

Gereja X dapat mengembangkan unit usaha jasa kreatif yang menyediakan layanan pembuatan konten digital rohani seperti desain grafis, video pendek reflektif, ilustrasi ayat Alkitab, hingga konten untuk media sosial bertema kekristenan. Layanan ini tidak hanya digunakan untuk kepentingan internal gereja, tetapi juga dapat ditawarkan ke gereja lain, komunitas pelayanan, bahkan individu yang aktif di pelayanan digital.

b.      Penjualan Merchandise Tematik Kristen Melalui E-commerce
Gereja X dapat memanfaatkan tren e-commerce dan minat publik terhadap produk dengan makna spiritual melalui penjualan merchandise bertema misi Kristen seperti kaos dengan kutipan Alkitab, tote bag, mug, stiker, buku renungan, jurnal harian, dan aksesori lainnya. Produk-produk ini dapat dipasarkan melalui marketplace (Shopee, Tokopedia), media sosial, dan website resmi gereja.

 

2.      Sebutkan dan jelaskan langkah-langkah strategis yang harus diambil oleh gereja X untuk memulai dan mengelola sampingan ini secara efektif?

 

Jawaban:

a.       Membentuk Tim Khusus Wirausaha Digital Gereja artinya: Gereja perlu membentuk tim inti yang terdiri dari orang-orang yang memiliki latar belakang di bidang keuangan, pemasaran digital, desain konten, dan manajemen proyek. Tim ini bertugas merancang perencanaan bisnis, menjalankan operasional harian, serta mengevaluasi perkembangan usaha secara rutin.

b.      Menyusun Rencana Bisnis (Business Plan) Sederhana artinya: Gereja perlu membuat rencana bisnis yang jelas mencakup: Visi dan misi usaha digital, Target pasar yang dituju (segmen usia, komunitas Kristen, dll), Jenis produk dan layanan yang akan ditawarkan, Model pendanaan awal dan proyeksi pendapatan, Strategi pemasaran dan distribusi, dan Struktur biaya dan alur pengelolaan keuangan

c.       Mengembangkan Identitas dan Branding yang Kuat artinya: Branding adalah kunci agar produk dan konten dari Kreasi Misi Digital mudah dikenali dan diingat. Gereja perlu membangun identitas visual yang konsisten (logo, warna, gaya desain), serta menyampaikan pesan spiritual yang relevan dan inspiratif dalam setiap produk maupun konten yang dibuat.

d.      Mengelola Keuangan Secara Profesional dan Transparan artinya: Salah satu tantangan utama adalah pengelolaan keuangan. Gereja sebaiknya menggunakan aplikasi akuntansi sederhana (misalnya: BukuKas, Wave, atau Excel terstruktur) untuk mencatat pemasukan, pengeluaran, stok, dan keuntungan. Selain itu, pemisahan antara dana gereja dan dana usaha juga sangat penting agar tidak terjadi konflik atau kesalahpahaman.

e.       Menentukan Saluran Distribusi dan Platform Penjualan artinya:  Gereja harus memilih platform digital yang paling efektif untuk menjangkau audiens. Misalnya: Instagram dan TikTok untuk promosi visual konten rohani, Marketplace (Shopee, Tokopedia) untuk menjual merchandise, WhatsApp/Telegram untuk komunitas dan pelanggantetapMasing-masing platform harus dikelola secara aktif dan konsisten.

f.       Melakukan Promosi Secara Konsisten dan Kreatif artinya: Gunakan konten yang menarik dan bermakna secara spiritual, seperti: Testimoni pemakai merchandise, Video behind-the-scenes pembuatan konten,
Gereja juga bisa memanfaatkan influencer Kristen atau jemaat yang aktif di media sosial untuk memperluas jangkauan promosi.

g.      Evaluasi dan Perbaikan Berkala artinya: Secara berkala (misalnya setiap bulan), tim perlu melakukan evaluasi terhadap kinerja usaha: penjualan, engagement media sosial, pengelolaan keuangan, dan kepuasan audiens. Evaluasi ini akan menjadi dasar untuk melakukan perbaikan dan pengembangan strategi selanjutnya.

 

3.      Apa saja aspek keuangan yang perlu diperhatikan dalam pengelolaan usaha ini agar usaha tetap berkelanjutan  dan bertanggung jawab secara etis?

Jawaban:

a.       Pemisahan Dana Usaha dan Dana Gereja

Penjelasan:
Harus ada pemisahan yang jelas antara dana gereja (yang digunakan untuk kegiatan pelayanan) dan dana usaha (yang berasal dari dan untuk kegiatan komersial seperti penjualan merchandise dan jasa digital). Hal ini penting agar tidak terjadi konflik kepentingan, dan untuk menjaga akuntabilitas penggunaan dana.

b.      Pencatatan Keuangan yang Transparan dan Teratur

Penjelasan:
Setiap transaksi—baik pemasukan maupun pengeluaran—harus dicatat secara rutin dan sistematis, misalnya menggunakan aplikasi pembukuan sederhana seperti BukuKas, Excel, atau WaveApps. Laporan keuangan ini sebaiknya dibuat bulanan dan bisa dipertanggungjawabkan kepada jemaat atau dewan gereja untuk menjaga kepercayaan publik.

c.        Penyusunan Anggaran dan Proyeksi Keuangan

d.      Penjelasan:
Gereja perlu membuat anggaran tahunan/bulanan untuk usaha ini, termasuk proyeksi pendapatan, biaya produksi (misalnya biaya sablon kaos, pengiriman, dll), biaya operasional (gaji tim konten, iklan digital), serta dana cadangan. Ini akan membantu menghindari pengeluaran impulsif dan memastikan bahwa keuangan dikelola secara bijak.

e.       Pengendalian Biaya dan Efisiensi Operasional.

Penjelasan:
Untuk menjaga keberlanjutan, penting bagi usaha ini untuk menjaga efisiensi: memilih vendor yang kompetitif, menggunakan metode pre-order untuk menghindari stok menumpuk, dan memanfaatkan relawan kreatif dari jemaat untuk menekan biaya tenaga kerja. Evaluasi rutin terhadap biaya juga harus dilakukan agar usaha tetap hemat dan efisien.

f.       Audit Internal dan Laporan Pertanggungjawaban

Penjelasan:
Setiap kuartal atau tahun, sebaiknya dilakukan audit internal sederhana untuk memastikan tidak ada penyalahgunaan dana. Laporan keuangan juga bisa dipublikasikan dalam bentuk ringkasan kepada jemaat sebagai bentuk transparansi dan akuntabilitas etis.

 

g.      Pemanfaatan Keuntungan untuk Tujuan Pelayanan.

Penjelasan:
Sebagian keuntungan dari usaha ini harus dialokasikan secara jelas untuk mendukung misi dan kegiatan komunikasi gereja, sesuai tujuan awal dibentuknya program ini. Dengan begitu, usaha tetap sejalan dengan nilai-nilai etis dan spiritual gereja, dan tidak berubah menjadi usaha yang hanya berfokus pada profit.

h.      Kepatuhan terhadap Perpajakan dan Regulasi

Penjelasan:
Meskipun dilakukan oleh gereja, usaha yang bersifat komersial tetap perlu memperhatikan aturan perpajakan dan hukum usaha kecil (UMKM). Gereja harus memastikan semua transaksi legal dan sesuai regulasi agar tidak menghadapi masalah hukum di kemudian hari.

 

4.      Bagaimana dapat memanfaatkan media sosial dan plafom digital lainnya untuk memasarkan produk dan jasa dari usaha ini agar menjangkau audiens yang lebih luas?

Jawaban:

a.       Menentukan platform yang tepat sesuai target audiens

b.      Membuat konten berkualitas yang relevan dan konsisten.

c.       Memanfaatkan influencer atau tokoh kristen digital

d.      Menggunakan fitur iklan berbayar (digital ads)

e.        membuat website atau toko online

f.       Mengajak jemaat terlibat sebagai promotor digital

g.      Mengadakan kegiatan interaktif digital

 

5.      Seorang pengurus ingin memastikan bahwa usaha ini tetap sesuai dengan nilai-nilai Kristen dan tidak mengurangi integritas misi gereja. Bagaimana cara mengelola aspek moral dan etika dalam pengembangan usaha ini?

jawaban:

a.     Menetapkan landasan nilai kristen sebagai pedoman usaha

b.     Memastikan bahwa misi rohani tetap menjadi tujuan utama

c.      Menghindari komersialisasi iman

d.     Menjaga transparansi dan akuntabilitas

e.      Memberi upah yang adil dan menghindari eksploitasi

f.       Menyaring konten agar tidak menyesatkan atau sensasional

g.     Berdoa dan melibatkan jemaat dalam pengambilan keputusan





UJIAN AKHIR SEMESTER

 KEWIRAUSAHAAN-2

Nama-nama Kelompok :

1.         Obernando Hulu

2.         Lady Samuella br Barus

3.         Flora Damanik

4.         Debora Cesia Natalia

5.         Honisa

 

Kasus:

Gereja X dj Kota Y memulai sebuah program inovatif yang bernama "Kreasi Misi Digital,' yang bertujuan untuk mempromosikan misi gereja melalui platform media sosłal dan media digital lainnya. Untuk mendukung keberlanjutan program init program inovatif yang bernama "Kreasi Misi Digital,' yang bertujuan untuk mempromosikan misi gereja melalui platform media sosłal dan media digital lainnya. Mereka berharap usaha ini bisa menjadi sumber dana untuk mendukung kegiatan misi dan komunikasi gereja, Namun, mereka menghadapi tantangan dałam mengelola keuangan usaha, memasarkan produk, dan menjangkau target audiens secara efektif.

Soal Studi Kasus.

1.         Identifikasi peluang kewirausahaan yang dapet diamtil deh Gereja X untuk mendukung prcgram "Kreasi Misi Digital” Tuliskan dan jelaskan minimal dua peluang tersebut,

2.         Sebutkan dan jelaskan langkah-largkah strategis yang harus diambil oleh Gereja X untuk memulai dan mengelola usaha sampingan ini secara efektif.

3.         Apa saja aspek keuangan yang pertu diperhatikan dalam pengelolaan usaha ini agar usaha tetap berkelanjutan dan bertanggung jawab secara etis?

4.         Bagaimana gereja dapat memanfaatkan media sosial dan platfcm digital lainnya untuk  memasarkan produk dan jasa dari usaha ini agar menjangkau audiens yang lebih luas?

5.         Seorang pengurus ingin memastikan bahwa usaha itu tetap sesuai dengan nilai-nlai Kristen dan tidak mengurangi integritas misi gereja, Bagaimana caranya mengelola aspek moral dan etika dalæn pengembargan usaha ini?

 

Jawab:

1.         Ada pun peluangnya ialah:

1)        Pengembangan Program Inovatif “Kreasi Misi Digital” sebagai Usaha Kreatif Berbasis Media Sosial dan Digital

Penjelasannya:

a.         Program ini tidak hanya bersifat pelayanan rohani, tapi juga bisa dikembangkan menjadi unit usaha kreatif yang menyediakan jasa pembuatan konten digital, seperti video renungan, podcast, desain grafis bertema Kristen, dan promosi kegiatan gereja.

b.        Program ini bisa menjadi sumber penghasilan dengan menjual konten ke gereja lain, komunitas Kristen, sekolah-sekolah Kristen, bahkan pribadi-pribadi yang membutuhkan jasa konten rohani.

c.         Selain berdampak pelayanan, program ini bisa dimonetisasi melalui media digital seperti YouTube, Instagram (endorsement), dan kerja sama dengan brand-brand merchandise rohani.

Jadi, program ini dapat dikembangkan menjadi usaha kreatif berbasis pembuatan konten dan media digital bertema rohani yang menghasilkan dana bagi misi gereja.

2)        Pengembangan Solusi dari Tantangan Pengelolaan Keuangan, Pemasaran Produk, dan Menjangkau Audiens

Dari tantangan yang disebutkan di kasus: ”Mereka menghadapi tantangan dalam mengelola keuangan usaha, memasarkan produk, dan menjangkau target audiens secara efektif.”

Di balik tantangan itu sebenarnya tersembunyi peluang, yaitu:

a.         Peluang menciptakan sistem manajemen keuangan digital yang sederhana dan transparan khusus untuk usaha gereja berbasis digital. Misalnya, menggunakan aplikasi kas online (seperti BukuKas, Jurnal.id, atau Excel berbasis cloud) untuk memudahkan pencatatan keuangan usaha.

b.        Peluang membuka layanan konsultasi digital marketing untuk gereja dan komunitas Kristen lainnya. Karena Gereja X mengalami tantangan dalam pemasaran, maka dengan mengembangkan keahlian di bidang ini, mereka tidak hanya menyelesaikan masalah internal, tetapi juga bisa menawarkan jasa ini ke gereja atau komunitas Kristen lain yang menghadapi masalah serupa.

c.         Peluang memperluas audiens lewat kerja sama digital dengan influencer Kristen, komunitas online, marketplace, dan media digital lokal untuk menjangkau pasar yang lebih luas.

Jadi, Tantangan yang dihadapi membuka peluang bagi Gereja X untuk menciptakan sistem manajemen keuangan digital, jasa digital marketing, dan kerja sama media sosial untuk menjangkau pasar yang lebih luas.

 

2.         Langkah-langkah strategis yang harus diambil oleh gereja x untuk memulai dan mengelola usaha sampingan “kreasi misi digital” secara efektif, yaitu;

1)        Membentuk tim pengelola usaha yang kompeten

Langkah pertama yang perlu dilakukan adalah membentuk sebuah tim khusus yang bertanggung jawab dalam mengelola usaha ini. Tim ini sebaiknya beranggotakan orang-orang yang memiliki keahlian di bidang pembuatan konten digital, keuangan, pemasaran, dan komunikasi media sosial. Dengan adanya tim yang kompeten, usaha dapat berjalan lebih terarah, terstruktur, dan profesional.

2)        Menyusun rencana usaha secara tertulis yang menjadi pedoman dalam pelaksanaan usaha.

3)        Menyiapkan modal awal dan sistem pengelolaan keuangan yang menjamin usaha berjalan profesional dan transparan.

4)        Melakukan produksi konten dan peluncuran awal yang memperkenalkan usaha dan produk kepada masyarakat.

5)        Menyusun strategi pemasaran digital yang menjangkau audiens yang lebih luas melalui media sosial.

6)        Melakukan evaluasi secara berkala yang mengukur keberhasilan dan memperbaiki kekurangan usaha.

7)        Menyusun pedoman etika usaha berbasis nilai kristen

Langkah terakhir adalah menyusun pedoman etika usaha yang berlandaskan nilai-nilai kekristenan. Hal ini bertujuan agar usaha yang dijalankan tidak hanya berorientasi pada keuntungan, tetapi juga tetap menjaga kesaksian iman dan nilai-nilai pelayanan. Misalnya, usaha harus mengutamakan kejujuran, pelayanan, dan tidak menjual produk atau jasa yang bertentangan dengan ajaran Alkitab.

 

3.         Dalam mengelola usaha sampingan berbasis digital seperti Kreasi Misi Digital, pengelolaan keuangan merupakan bagian penting yang harus diperhatikan secara serius. Keuangan yang tertata rapi bukan hanya untuk menjamin keberlanjutan usaha, tetapi juga untuk menjaga kepercayaan jemaat serta memastikan bahwa usaha tetap sesuai dengan nilai-nilai etika Kekristenan.

Adapun aspek-aspek keuangan yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut:

1)        Pemisahan keuangan usaha dan keuangan gereja yang menghindari kebingungan dan menjaga akuntabilitas.

2)        Penyusunan anggaran yang jelas dan realistis yang menjadi pedoman keuangan yang terukur dan realistis.

3)        Pencatatan keuangan yang rinci dan transparan yang mempermudah evaluasi dan pengendalian usaha.

4)        Pengelolaan keuntungan secara bertanggung jawab yang mendukung keberlanjutan usaha dan pelayanan gereja.

5)        Menyediakan dana cadangan (dana darurat) yang mengantisipasi risiko usaha di masa mendatang.

6)        Audit keuangan dan pelaporan kepada jemaat yang menjaga etika, transparansi, dan kepercayaan jemaat

4.         Agar usaha Kreasi Misi Digital berjalan efektif dan dikenal oleh masyarakat luas, gereja perlu memanfaatkan media sosial dan berbagai platform digital secara maksimal. Saat ini, media digital bukan hanya sarana komunikasi, tetapi juga media pemasaran yang terbukti efektif, murah, dan bisa menjangkau audiens lintas daerah, bahkan lintas negara.

Berikut cara-cara yang dapat dilakukan:

1)        Menggunakan platform media sosial populer dengan tujuan untuk menjangkau berbagai kalangan dan usia.

2)        Membuat konten menarik, kreatif, dan konsisten dengan tujuan untuk menarik perhatian dan membangun citra positif usaha.

3)        Menggunakan fitur promosi berbayar (Ads) di media dengan tujuan untuk memperluas jangkauan pemasaran secara efektif.

4)        Menjalin kerja sama dengan influencer dan komunitas online dengan tujuan untuk memperluas jaringan promosi melalui pihak ketiga.

5)        Memanfaatkan marketplace dan website sendiri dengan tujuan untuk menjangkau pasar lebih luas di luar komunitas gereja.

6)        Membentuk komunitas digital jemaat dan pelanggan dengan tujuan untuk meningkatkan loyalitas dan relasi dengan pelanggan

5.      Dalam pengembangan usaha Kreasi Misi Digital, penting sekali untuk memastikan bahwa setiap aktivitas usaha tetap berjalan sesuai dengan ajaran dan nilai-nilai Kristen. Usaha gereja bukan sekadar mencari keuntungan materi, tetapi juga menjadi sarana pelayanan yang bermartabat. Oleh sebab itu, perlu ada pengelolaan aspek moral dan etika yang terencana agar integritas misi gereja tetap terjaga.

Berikut cara-cara yang dapat dilakukan:

1)        Menyusun pedoman etika usaha berbasis nilai kekristenan yang menjadi panduan etis bagi tim usaha.

2)        Melibatkan pengawasan dari majelis atau dewan etika gereja yang mengawasi dan mengevaluasi usaha secara moral.

3)        Mengutamakan tujuan pelayanan di atas keuntungan

Menjaga motivasi usaha tetap pelayanan, bukan profit semata

4)        Menyediakan laporan keuangan dan kegiatan secara terbuka

Membangun kepercayaan dan akuntabilitas jemaat.

5)        Memastikan produk dan konten tidak bertentangan dengan nilai Injil

Menjamin usaha tidak bertentangan dengan ajaran Kristen.

 

Nama Kelompok 3:    Armanius Nduru

                                   Angel Barus

                                   Camsia Silalahi

                                   Kristin Simanjuntak

M. Kuliah : UAS Kewirausahaan

STUDI KASUS:

Gereja X di kota Y memulai sebuah program inovatif yang bernama “kreasi misi digital”,

yang bertujuan untuk mempromsikan misi gereja melalui platform media sosial dan media

digital lainnya. Untuk mendukung keberlanjutan program ini, pengurus gereja berencana

mengembangkan usaha sampingan berupa pembuatan konten digital, pelatihan media sosial

untuk komunitas, dan penjualan merchandise bertema misi Kristen. Mereka berharap usaha

ini bisa menjadi sumber dana untuk mendukung kegiatan misi dan komunikasi gereja.

Namun, mereka menghadapi tantangan dalam mengelola keuangan usaha, memasarkan

produk, dan menjangkau target audiens secara efektif.

 

SOAL:

1. Identifikasi peluang kewirusahaan yang dapat diambil oleh gereja X untuk

mendukung program “kreasi misi digital”. Sebutkan dan jelaskan minimal dua

peluang tersebut.

2. Sebutkan dan jelaskan langkah-langkah strategis yang harus diambil oleh gereja X

untuk memulai dan mengelola usaha sampingan ini secara efektif.

3. Apa saja aspek keuangan yang perlu diperhatikan dalam pengelolaan usaha ini agar

usaha tetap berkelanjutan dan bertanggung jawab secara etis?

4. Bagaimana gereja dapat memanfaatkan media sosail dan platform digital lainnya

untuk memasarkan produk dan jasa dari usaha ini agar menjangkau audiens yang

lebih luas?

5. Seorang pengurus ingin memastikan bahwa usaha ini tetap sesuai dengan nilai-nilai

Kristen dan etika dalam pengembangan usaha ini.

 

JAWABAN:  

1.      Peluang kewirausahaan

1)      Membuat Konten dimedia Sosial

Contoh: Renungan harian dan kata kata motivasi, dengan membuat konten yang berisikan kata motivasi yang berisi misi digital akan membuka peluang untuk bisa menjangkau orang lebih banyak lagi. Pada jaman sekarang ini adalah jaman era digital, dan tentunya semua orang pasti memiliki media sosial, oleh karena itu melalui konten yang dibuat dapat menjangkau orang lain lebih banyak.

2)      Menjual merchandise

seperti: kaos, gelang, tootbag, topi, tumbler,

alasan: Mendapat penghasilan untuk membantu pelayanan gereja

 

2.      Langkah langakah strategis

a.       Membentuk tim yang profesional : Gereja mempersiapkan orang orang yang ahli dalam mengelola  usaha, seperti konten kreator, administrasi, desain,

b.      Membuat nama, merk, dan logo usaha

c.       Mengurus izin usaha

d.       Membuat rencana bisnis dan model operasional

e.        Membuat SOP: sebagai aturan yang mengikat serta cara berjalannya sebuah usaha dengan baik.

f.       Membuat rencana keuangan dan menghitung modal awal bisnis

g.      Pemasaran dan jaringan: Pemasaran dapat dilakukan dengan cara survei pasar dan promosi dalam media sosial

h.       Monitoring dan Evaluasi: Brifing untuk mengevaluasi hasil kinerja dan rencana kedepannya seperti apa.

 

3.      Aspek yang harus diperhatikan dalam keuangan

a.       Membedakan keuangan gereja dengan keuangan bisnis

b.       Membuat Evaluasi keuangan setiap melakukan suatu produksi

c.       Menghitung modal, keuntungan, sebelum memulai produksi

d.       Membuat laporan rutin: membuat laporan setiap hari dan membuat pemeriksaan keuangan satu bulan sekali.

e.        Pembayaran dilakukan secara tunai

f.       Menghindari pemanfaatan keuntungan dengan hal hal pribadi

g.       Membuat simpanan atau investasi

 

4.      Penggunaan media sosial untuk menjangkau audiens

a.       Menggunakan digital dengan baik

contoh: menjadikan website sebagai pusat informasi, membuat usaha di daftar Google bussines

b.      Membuat Konten beragam, dengan membagikan foto, video, reels, workshop dan testimoni kepada pelanggan serta membuat live streaming.

c.        Membuat Plafrom yang sesuai seperti: tiktok, Youtube, Instagram, toko pedia,

d.       Melibatkan jemaat sebagai volintier

e.        Membuat be Hand the ship pembuatan produk

 

5.      Nilai nilai kristen

a.       Menetapkan visi dan misi yang berlandaskan nilai kristen (kejujuran, keadilan, kasih terhadap sesama, tanggung jawab, pelayanan).

contohnya: menjalankan uasaha secara jujur, adil dan melayani masyarakat sesuai dengan ajaran kristus

b.      menjaga etika usaha dakam setiap aspek dan menghindari manipulasi harga, janji palsu atau praktik yang bisa menodai kesaksian gereja.

c.        Kepemimpinan yang menjadi teladan:

setiap anggota harus menjadi contoh dalam kejujuran dan integritas, etos kerja tinggi dan pengambilan keputusan yang bijaksana.

d.       Mengedepankan Kesejahteraan dan Martabat Karyawan:

sejalan dengan ajaran Kristen bahwa setiap manusia diciptakan menurut gambar dan rupa Allah (kej1:27-28) Penguasaha harus memberi upah yang layak, menyediakan lingkungan kerja yang aman, mengembangkan potensia dan kemampuan karyawan.

e.        Bertanggung jawab terhadap masyarakat dan lingkungan:

contohnya: terlibat dalam kegiatan sosial, menjaga kelestarian lingkungan hidup

f.       Mengintegrasikan Iman dalam praktis bisnis.

Contohnya: mengawali rapat dengan doa, mengadakan pembinaan rohani terhadap karyawan, menyediakan waktu untuk pelayanan sosial.



Kelompok Pembanding







Oleh :
Antonius Gultom
Generasi Memberkati Anak Bangsa