Pada sebuah desa hidup seorang
cendekiawan, di mana setiap hari cendekiawan tersebut menerima keluhan yang
diucapkan oleh banyak warga desa. Hal tersebut terus berulang-ulang hingga
membuat cendekiawan melakukan sebuah tindakan.
Ia mulai mengumpulkan semua orang desa
dan menceritakan sebuah lelucon. Semua orang ketika tertawa dengan lelucon yang
dibawakan cendekiawan tersebut. Hari kedua cendekiawan kembali mengumpulkan
orang-orang desa kembali.
Cendekiawan tersebut masih
menceritakan lelucon yang sama dengan hasil akhir para penduduk desa menjadi
tertawa terpingkal-pingkal. Hari ketika cendekiawan kembali menceritakan
lelucon yang sama. Namun respons yang diberikan oleh penduduk desa sedikit
berbeda dari dua hari sebelumnya.
Salah satu penduduk desa mulai
bertanya kenapa cendekiawan membacakan cerita lelucon yang sama. Mereka merasa
bosan dengan lelucon yang sama dan dibacakan oleh cendekiawan tersebut.
Cendekiawan pun menjawab dengan
sedikit kalimat “jika pada lelucon yang sama kalian bisa bosan dan tak bisa
tertawa kembali, namun kenapa dengan masalah yang sama tetap saja bisa buat
kalian menangis,”
Artinya penduduk desa tersebut terlalu
memikirkan satu masalah dalam hidupnya tanpa mencari jalan keluar. Yang mereka
hanyalah mengeluh, mengeluh dan mengeluh tanpa ada tindakan.
Tanpa sadar kita juga sering seperti para
penduduk desa yang suka mengeluh terhadap masalah yang sedang di hadapi. Bahkan
kita kerap berfokus terhadap masalah bukan bagaimana cara untuk
menyelesaikannya.
Hal inilah yang membuat kita tetap
berada diposisi yang sama. Jika mungkin kita berani mencoba untuk menyelesaikan
masalah. Maka mungkin saja kebiasaan mengeluh sudah tidak ada dalam diri kita.
Ayo mulai sekarang cobalah untuk lebih
banyak mencari jalan keluar dari masalah daripada berpusing ria terhadap
permasalahan yang sedang dialami dan tak memikirkan bagaimana cara
menyelesaikannya.
Antonius Gultom
Generasi Memberkati Anak Bangsa
No comments:
Post a Comment