Saturday, April 13, 2024
JANGAN BUANG WAKTUMU UNTUK MENGELUH
Pada sebuah desa hidup seorang
cendekiawan, di mana setiap hari cendekiawan tersebut menerima keluhan yang
diucapkan oleh banyak warga desa. Hal tersebut terus berulang-ulang hingga
membuat cendekiawan melakukan sebuah tindakan.
Ia mulai mengumpulkan semua orang desa
dan menceritakan sebuah lelucon. Semua orang ketika tertawa dengan lelucon yang
dibawakan cendekiawan tersebut. Hari kedua cendekiawan kembali mengumpulkan
orang-orang desa kembali.
Cendekiawan tersebut masih
menceritakan lelucon yang sama dengan hasil akhir para penduduk desa menjadi
tertawa terpingkal-pingkal. Hari ketika cendekiawan kembali menceritakan
lelucon yang sama. Namun respons yang diberikan oleh penduduk desa sedikit
berbeda dari dua hari sebelumnya.
Salah satu penduduk desa mulai
bertanya kenapa cendekiawan membacakan cerita lelucon yang sama. Mereka merasa
bosan dengan lelucon yang sama dan dibacakan oleh cendekiawan tersebut.
Cendekiawan pun menjawab dengan
sedikit kalimat “jika pada lelucon yang sama kalian bisa bosan dan tak bisa
tertawa kembali, namun kenapa dengan masalah yang sama tetap saja bisa buat
kalian menangis,”
Artinya penduduk desa tersebut terlalu
memikirkan satu masalah dalam hidupnya tanpa mencari jalan keluar. Yang mereka
hanyalah mengeluh, mengeluh dan mengeluh tanpa ada tindakan.
Tanpa sadar kita juga sering seperti para
penduduk desa yang suka mengeluh terhadap masalah yang sedang di hadapi. Bahkan
kita kerap berfokus terhadap masalah bukan bagaimana cara untuk
menyelesaikannya.
Hal inilah yang membuat kita tetap
berada diposisi yang sama. Jika mungkin kita berani mencoba untuk menyelesaikan
masalah. Maka mungkin saja kebiasaan mengeluh sudah tidak ada dalam diri kita.
Ayo mulai sekarang cobalah untuk lebih
banyak mencari jalan keluar dari masalah daripada berpusing ria terhadap
permasalahan yang sedang dialami dan tak memikirkan bagaimana cara
menyelesaikannya.
Antonius Gultom
Generasi Memberkati Anak Bangsa
BUAH KEBAIKAN
Suatu hari diceritakan ada sebuah rumah
di tengah hutan yang dihuni oleh seorang ibu dan anak. Anak dari ibu tersebut
terbilang masih dalam usia kecil. Pada waktu berikutnya anak tersebut berada di
halaman rumah untuk bermain.
Pada saat yang bersamaan datanglah
seekor rusa. Rusa tersebut berusaha memasukkan tanduknya ke dalam pakaian sang
anak kecil tadi. Sehingga anak kecil tersebut seperti terangkat di atas tanduk
rusa. Seketika anak tersebut ketakutan terhadap rusa dan menangis sambil
berteriak memanggil ibunya.
Secara refleks sang ibu keluar dari
rumah dan mulai melihat yang terjadi. Tak disangka anak tersebut sudah dibawa
lari ke dalam hutan oleh rusa. Sang ibu sekuat tenaga berusaha mengejar rusa
tersebut masuk ke dalam hutan.
Namun sampai di dalam hutan, anak kecil
yang dibawa rusa tersebut sudah berada di area rerumputan luas dan bermain
seperti biasanya. Sang ibu begitu bahagia telah menemukan anaknya dan mulai
menggendong anaknya.
Mereka kembali pulang ke rumah yang ditinggali.
Namun apa yang terjadi, ternyata rumah tersebut telah tertimpa oleh pohon
besar. Tentunya kondisi rumah tersebut menjadi rata luluh rantak. Sang ibu
mulai berpikir jika ia masih di dalam tanpa mengejar sang anak apa yang akan
terjadi padanya.
Seketika ia ingat pada beberapa tahun
sebelumnya ia menyelamatkan anak rusa dari incaran pemburu. Ibu tersebut
menutupi anak rusa dengan berbagai macam kain agar tak ketahuan oleh para
pemburu. Ketika para pemburu sudah tiada di tempat tersebut, sang ibu mulai mengambil
kain yang menutupi rusa dan mulai melepaskan rusa tersebut ke dalam hutan.
Tanpa disangka jika rusa yang membawa
anaknya tadi adalah anak rusa yang telah ia selamatkan dulu. Seakan-akan anak
rusa tersebut berusaha untuk mengucapkan terima kasih kepada sang ibu dengan
cara membawa anaknya lari ke hutan untuk menyelamatkan keluarga ibu dari hatman
pohon tumbang.
Dari kejadian tersebut ibu berkata
kepada sang anak jika membantu semua makhluk ciptaan Tuhan meski sekecil apa
pun kelak tetap akan berbalik pada diri kita.
Dari cerita kecil tersebut kita juga
bisa belajar bagaimana pentingnya untuk membantu makhluk Tuhan tanpa membedakan
hal apa pun. Sebab semua benih kebaikan yang kita tanamkan kelak akan kita tuai
di kemudian hari.
Jika tidak kita yang menuai, mungkin
yang akan menuai adalah anak cucu kita kelak. Tidak akan rugi untuk membantu
ciptaan Tuhan. Oleh karena itu jangan ragu untuk membagi kebaikan.
Antonius Gultom
Generasi Memberkati Anak Bangsa